Kontrak

63 7 0
                                    

"Ah maaf, Anda terlihat mirip dengan seseorang yang saya kenal." Kata Sel gugup.

Pria yang mengenakan setelan mewah itu kemudian mengajak Sel ke ruangannya. Ia duduk di kursi kerjanya, terdapat papan nama di meja bertuliskan Boy.

Sedangkan Sel menatap sekeliling melihat foto di pigura serta bagan di dinding. Ia menemukan nama Boy di urutan empat cabang tiga. Ah terlihat sangat rumit struktur organisasi tersebut. Tapi Sel berusaha untuk menghafalkan semua.

Boy menghampiri Sel menatap bagan yang sama, ia menunjukkan namanya di papan tersebut.

"Ini aku, kamu mau lihat apa lagi?" Tanya Boy.

Sel memandang Boy dengan raut penasaran, "Saya mau bapak menjelaskan semua ini. Apa tujuan bapak membuat dimensi seperti ini?"

"Bapak, bapak. Panggil Boy seperti tadi aja. Emang wajah saya terlihat tua?" Protes Boy dengan nada tengilnya.

Sel menunduk malu. Ia langsung mengutarakan niat utamanya untuk bertemu. Tanpa basa basi, Sel menceritakan semua.

"Apa kamu kuat? Pekerjaan ini bukan sekadar bersih-bersih. Kamu tahu sendiri kan saat kamu kembali, toko berganti tema sendiri, bahkan semua barang sudah diganti sendiri."

Sel masih menyimak.

"Itu sebenarnya bukan pekerjaan sistem yang serba otomatis. Ada orang di balik itu dan kamulah orangnya. Kamu harus menata, mengangkat barang, membersihkan, dan menjalankan misi dari saya." Lanjut Boy terjeda. Ia mengajak Sel untuk duduk di sofa.

Boy mengambil map kontrak kerja yang harus ditandatangani pegawai barunya ini. Sel membaca beberapa perjanjian yang menurutnya tidak akan menggangu kehidupannya, alias mudah.

Tidak terasa, buku yang ia sembunyikan di dalam bajunya terjatuh membuat jantung Sel berdetak tidak karuan.

"Ah maaf." Ucap Sel langsung menyembunyikan buku itu lagi.

"Sel." Panggil Boy pelan.

Sel menoleh, heran dengan nada bicara Boy yang mendadak santai.

"Tuh kan. Gak usah pura-pura lupa, Boy. Kita kan saling kenal."

"Enggak. Aku tahu kamu. Tapi kamu gak kenal aku."

Buku itu disahut oleh Boy. Buku yang isinya rahasia. Hanya ada satu dari berbagai dimensi. Banyak yang merebutkan buku itu, bahkan dirinya sendiri.

"Aku rasa kamu harus menjaga buku itu baik-baik. Jangan sampai diambil orang." Kata Boy.

"Kenapa begitu?"

"Buku itu memiliki rahasia. Jika disalahgunakan, kita dalam bahaya."

"Aku rasa ini catatan biasa." Kata Sel enteng. Ia memasukkan kembali ke dalam bajunya.

"Sel." Panggil Boy lagi.

"Hmm."

"Dari mana kamu kenal aku? Dulu kamu bahkan gak melirik aku sama sekali di sekolah."

Sel hanya mengingat Boy saat si kelas imajinasi, selain itu tidak ada Boy lain.

"Sekolah mana?" Tanya Sel.

"SMA Internasional Dirgantara."

Sekolah di dunia aslinya. Sekolah yang mempertemukannya dengan Roy. Rasa suka dari pandangan pertama sampai menjadi suaminya.

Benar, Sel tidak mengenalnya. Tapi apa hubungan cerita sekolahnya dengan semua ini. Fokusnya hanya menjemput Roy pulang.

Boy kemudian menyerahkan pena pada Sel untuk segera menandatangani kontrak kerja.

Photo Box Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang