Kerajaan (1)

345 25 0
                                    

Roy terjebak di dalam ruangan sempit, mengetahui ada gagang pintu di belakangnya, ia langsung membuka. Betapa terkejutnya Roy saat ada dua pria berpakaian seragam menghadang jalannya.

"Eh siapa kalian?" lengan Roy dipegang oleh kedua pria tersebut.

"Seellll? Kamu di mana sih?" panggilnya berkali kali.

"Baginda raja bersembunyi di gudang, Ratu" ujar salah satu pria yang menyeret Roy.

"Raja? Ratu?" gumam Roy, matanya mendelik. Mengapa bukan Sel yang menjadi ratu. Siapa wanita yang sedang memasang wajah murka di depannya?

Sang Ratu menggenggam rotan erat dan mengejar Raja hingga berlarian keliling ruangan. Roy tak mengetahui apa salahnya hingga dipukul.

"Aw! Aw!" Pekik Roy hingga berlutut memohon ampun.

Sang Ratu berdiri tegap, meletakkan rotan di meja sebelahnya, "Sudah malam! Kenapa tidak pulang ke rumah! Saya menunggu dari tadi, anda berpamitan pergi mandi sejak siang, namun sampai sekarang ternyata bersembunyi, kenapa???!!!" amuk baginda Ratu.

Roy menggelengkan kepalanya berkali kali tidak mengerti.

"Ampun ratu, saya tidak tahu sebenarnya ini di mana?"

Baginda ratu mulai kesal, tangannya mengepal, "Ini istana kita, anda di gudang sedang apa? Bersetubuh dengan wanita lain?"

"Ampuun, sumpah! Hah??!" Roy sampai mengelus kedua telapak tangannya, matanya terbelalak saat dirinya dituduh seperti itu. Dengan bahasanya yang sedikit belepotan karena menjelaskan asal dan namanya dengan nada cepat, membuat Ratu dan kedua pengawal tadi kebingungan.

Setelah itu, diajaklah Roy ke tempat makan untuk mencicipi masakan yang telah dibuat Ratu sejak tadi siang. Padahal baru saja ia menyantap tahu telur bersama Sel.

"Besok ada kegiatan bersama saya" ujar Ratu, acara penting kerajaan.

"Hah? Emang ngapain dah?" Roy masih melahap hidangan yang belum pernah ia rasakan di zamannya.

"Etdah buseett, demen banget sama ini, nih nasi gak kayak biasanya kumakan"

Ratu mengernyitkan dahi, tutur bahasa Roy tidak seperti biasanya yang diucapkan, "Bicara apa?" tanyanya halus.

Roy lupa untuk berbicara sopan dalam kerajaan.

"Rasanya enak, saya suka"

Ratu tersenyum mendengar jawaban Roy hingga menangis. Mengetahui itu, Roy mengipasi ratu dan menanyakan keadaannya.

"Aron. Itu nasi aron" jawab Ratu.

"Eh jangan nangiiss, aduh. Kamu sakit hati sama aku?"

Ratu menggeleng, air matanya jatuh semakin deras. Roy bingung harus melakukan apa selain menyuapi sang Ratu supaya tangisannya berhenti.

"Itu ... ikan bumbu kuningnya mantap" Kemudian Roy mengacungkan kedua jempolnya. Makanannya sebagian habis, namun masih ada lauk yang tersisa. Ia membungkusnya untuk disimpan, siapa tahu sebentar lagi ia bertemu dengan Sel. Khawatir jika istrinya kelaparan saat ini.

Raja dan Ratu kini berada di ruang kerja untuk mendiskusikan kegiatan esok. Ternyata jadwal Roy adalah memperbarui aturan dikarenakan banyak protes dari masyarakat.


Menghukum mati binatang yang membuat kebisingan, memasuki dan merusak area perkebunan/sawah.

Wisata tenis meja dikhususkan untuk keluarga kerajaan.

1/4 hasil panen wajib diserahkan kepada kerajaan.


"Tunggu, kok gini amat aturannya?"

"Mengapa?" tanya Ratu. Bagian yang dibaca Roy merupakan aturan utama yang tidak bisa diganti, sehingga Ratu membuka lembaran dibaliknya.

"Perubahan total! Aku harus mengubah semuanya?"

"T-Tapi, yang perlu diubah hanya yang diprotes warga"

Roy mengusir ratu setelah berdebat, ia akan menyendiri untuk berpikir jernih. Kemudian Roy pergi ke halaman rumah dengan membawa gulungan aturan kerajaan, sejenak untuk refreshing. Ia menatap langit berdoa supaya segera dipertemukan dengan Sel.

Terdengar suara ricuh di balik pembatas kerajaan. Dengan tubuhnya yang tinggi, ia mengintip kegaduhan di seberang sana. Ada anak gadis yang diseret pengawal. Roy langsung memanjat dinding itu daripada melewati gerbang.

"Hei! Ada apa ini" Roy dengan sigap menghadang mereka.

"Anak ini mencuri ubi di depan kebun kita" ujar salah satu pengawal.

"Harus dipotong tangannya!" sahut yang lain. Keributan itu memancing atensi warga di sekitar.

"Ngawur! Sembarangan motong tangan bocah, ajaran siapa! Kalian semua sudah mendengarkan cerita dia belum?!"

Semua terdiam kecuali gadis itu dengan wajah lusuhnya menangis, ia hanya mendapat satu buah ubi saja. Padahal rencananya ingin mengambil 4 untuk orang tua dan adiknya.

"Benarkah kamu mencuri?" tanya Roy baik baik. Gadis itu menggeleng, ia menunjuk ke arah timur, ada beberapa tanaman liar di luar batas kebun raja.

"Itu bukan punya raja kok, punya raja ada pagar kayu di sana. Kamu belum makan ya?"

Roy mengambil bungkusan makanan yang ja simpan di sakunya, lauk ikan bumbu kuning yang kebetulan tersisa empat. Ia berikan pada gadis itu.

"Untuk keluarga di rumah, dihabiskan ya"

"Pengawal, antar anak itu sampai rumahnya dengan selamat, jangan diapa-apain!" perintah Roy. Ia kemudian membubarkan warga yang ikut kepo.

Tiba tiba suara koin seperti notifikasi transaksi mobile banking terdengar, membuatnya penasaran. Ia meraba tubuhnya sendiri dan mendapatkan ponsel.

1.000 poin.

"Waahahahaaa!!! Lah iya, kan ada HP buat chat Sel"

"Sel? Kamu di mana? Aku sekarang jadi raja"

Pesan tidak terkirim.

Jaringan tidak tersedia.

Lokasi tidak dapat ditemukan.

"WANJEERRRR!!!!!!!!"

Sejenak ia memejamkan matanya, berpikir dengan situasi sebelumnya.
Kalau tadi Roy memakai baju raja dan menjadi raja, mungkinkah Sel menjadi kumbang?

"SEEEEEELLLLLLLLLLLL!!!!"








👑👑👑











































ratu


ratu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Photo Box Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang