Berbincang

61 12 1
                                    

Sel membawa buku catatannya yang sudah basah kuyup ke kasir, kemudian Sel mengambil handuk di display toko untuk dibeli dengan saldo koin. Setelah berhasil di-scan, Sel mengusap bukunya pelan supaya tidak robek parah.

"Yen, aku punya banyak pertanyaan." Ucap Sel, suaminya ikut nimbrung di depan kasir.

"Apa kak?" Tanya Yen sambil merapikan rambutnya.

"Sejak kapan kamu ikut travel? Apa motifmu ikut? Siapa yang kelola toko ini? Kamu sebenarnya manusia apa bukan, sih?"

Yen meringis mendengar Sel nge-rap sepanjang itu, "Aduh kak, satu satu dong."

"Intinya, ceritain peran kamu di sini." Perintah Sel.

Roy mengambil dua kursi dari teras untuknya dan Sel supaya menyimak cerita Yen sambil duduk.

"Oke. Aku manusia tulen, asli dunia sini, sama kalian. Sebelum jadi pegawai, aku sudah travel." Kata Yen.

Kemudian Sel memotong, "What? Kapan itu?"

"Sudah dua tahun, Kak."

Roy mendorong tubuhnya sendiri karena gerak refleks terkejutnya, "Gak capek? Emang gak bisa berakhir ya?"

"Berakhir, tapi aku lanjut." Balasnya singkat.

"Kenapa? Kerasan banget kayaknya sampe jadi pegawai sini." Celetuk Roy.

Sel masih mengusap bukunya sambil meniup.

Dua tahun yang lalu, Yen dan saudaranya menghampiri toko karena tertarik dengan barang yang dijual. Mereka melihat gitar akustik berwarna pink. Sistemnya sama dengan yang sekarang, pengunjung mendapat bonus foto dengan petualangan di dalam.

Terdapat konflik internal saat dua bersaudara itu menjelajah. Sehingga dengan amarah yang menggebu-gebu, mereka berjuang dengan jalannya masing-masing, meskipun itu melanggar aturan.

Akhirnya saat ada kesempatan kembali, adik Yen memilih tidak ingin mengikuti kakaknya, sehingga Yen kembali dan menemukan jalan keluar.

Tubuh Yen bebas, tapi pikiran dan hatinya tidak karena sang adik tertinggal di dunia sana. Hingga akhirnya ia ingin melanjutkan petualangannya dengan cara menjadi pegawai toko.

"Tunggu, memang kenapa kalau bukan pegawai?" Tanya Roy penasaran.

"Bisa dibilang naik level, jadi aku bisa milih sesukaku. Tema dan konsep memang aku yang memilih, tapi peluang buat bareng kalian sangat kecil."

Sel dan Roy masih mencerna omongan Yen perlahan.

"Adikmu siapa? Ada fotonya kah?" Tanya Roy sekali lagi.

Yen menunjukkan foto di galeri ponselnya. Mereka memiliki wajah yang sangat mirip.

"Kirain adikmu masih kecil." Ucap Sel.

Yen menggeleng, "Adik kembaranku, namanya Yin."

"YIN??" Kata Sel dan Roy bersamaan, mereka terkejut.

Yen menanyakan respon kedua lawan bicaranya, penasaran.

"Lah, kita sekelas sama Yin tadi!" Seru Roy.

"Terus kondisinya gimana?" Tanya Yen khawatir.

Roy memajukan kursinya dengan semangat, "Sejujurnya kita gak merhatiin dia. Tapi kata temen sekelasku, Yin cerita kalau dia terjebak di sana dan hilang entah kemana."

Mendengar itu, mata Yen berkaca-kaca. Membayangkan adiknya harus bertahan hidup seperti itu selama dua tahun. Sel mengelus kepala Yen sambil memeluknya.

Photo Box Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang