Berganti

62 9 2
                                    

"Mana atasanmu! Aku mau nuntut!" Teriak Sel menggebu-gebu. Begitu ia keluar dari Photo Box, tembok yang memblokir jalan keluarnya telah tiada. Seharusnya jika ia pulang bersama Roy, mereka bisa kembali pulang saat itu juga.

"Apa apaan ini?" Sel juga telah melihat barang miliknya dan Roy telah dibereskan Yen.

"Aku mau resign, kak." Jawab Yen pelan dengan menyeret dua koper di tangannya. Koper lainnya dipegang Yin.

Padahal Yen ingin pergi dengan perasaan senang, bukan dengan menatap iba pada Sel.

Kepala toko atau bahkan pemilik toko ini sebenarnya tidak ada yang tahu. Dahulu Yen ditawari oleh seorang kakek yang berkunjung ke toko. Gaji yang ia terima memang tidak main-main. Dari dua digit, bahkan bisa mencapai tiga digit.

"Iya, mana orang itu?!" Bentak Sel. Ia berlari ke toko yang sudah dikosongkan.

Sel kemudian teringat buku ajaibnya, mencoba menggambar air untuk menemukan jawabannya. Tetapi nihil. Sel melempar buku itu dengan kasar ke meja kasir.

Ia menghubungi suaminya lewat ponsel tetap tidak aktif. Gadis yang tengah meringkuk di pojokan ini tiada hentinya menangis sambil memanggil nama Roy.

Yin menghampiri Sel mencoba menenangkan, "Kak, aku akan bantu."

"Bantu gimana?"

Yen memegang pundak adiknya, menggeleng. Sejujurnya ia lelah menghadapi berbagai perjalanan aneh di toko. Dua tahun lamanya, waktu dari masa muda yang terbuang habis di sini. Uang yang telah terkumpul akan ia gunakan untuk hidup normal di kehidupan aslinya.

"Nanti aku kasih clue hidup di perputaran waktu."

Sel mengusap pipinya yang basah, menyimak cerita Yin.

"Tapi toko ini sudah kosong. Terus caranya gimana? Siapa yang tanggung jawab dari semua ini??!!" Nada Sel kian menaik.

"Polisi? Ya makin gak mungkin." Lanjutnya protes.

Yen menjelaskan bagaimana ia bisa bertemu dengan si kakek misterius itu membantunya. Bertemu di dimensi lain saat masuk ke pencarian lowongan kerja di Photo Box dengan konsep putih. Bukan memakai pakaian serba putih, melainkan tanpa membawa apapun.

"Jadi si kakek itu dalangnya?" Tanya Sel, tapi Yen menggeleng.

"Bukan. Masih ada lainnya lagi." Tambah Yen.

Waktu itu ia tak sengaja melihat struktur bagan di ruangan kakek. Tapi ia tak sempat membaca semua karena ia kembali tiba-tiba setelah tekan kontrak.

"Oke. Akan aku gantikan." Ucap Sel tegas.

"Gantikan apa kak?"

"Biarkan aku yang handle kasir."

Sel tahu, betapa lelahnya Yen berjuang sendiri mencari adiknya. Lagi pula dirinya tidak ada hubungan saudara dengan si kembar. Untuk apa merepotkan orang lain.

"Kak ..." Lirih Yen.

"Sama aja kan petualangannya? Kita bisa pilih area sendiri." Sahut Sel dengan percaya diri.

Yen menggeleng, "Gak semudah itu kak."

"Gak peduli." Bantah Sel.

"Beneran kak. Aku bisa terbiasa setelah satu tahun kerja. Banyak jobdesc -nya, bukan semata-mata cuma jadi kasir doang." Tambah Yen.

"Dih aneh. Pekerjaan kasir tapi yang dikerjakan bisa sampai di luar kasir. Yaudah jelasin, apa aja sebelum aku tekan kontrak."

Yen mengajak Sel dan Yin ke ruangan kerjanya, tempat yang sempat dipinjam untuk tidur bersama Roy. Di sana masih ada ruangan lagi di balik cermin.

Photo Box Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang