FUN

64 9 0
                                    


Dalam keramaian kafe itu, seorang laki-laki duduk diam, matanya tertuju pada seorang gadis di sampingnya. Gadis itu tenggelam dalam dunianya sendiri, jemarinya memegang segelas milkshake berwarna merah muda, wajahnya yang bulat sesekali tersenyum pada sesuatu yang ia lihat pada ponselnya. Suara hiruk-pikuk pengunjung lain, deting cangkir dan piring, serta alunan music jazz yang lembut, seakan tak mampu menembus dinding dunianya. Laki-laki itu hanya bisa menatap gadis itu.

Tidak dapat menahan dirinya, laki-laki itu perlahan menyentuh jari mungil gadis tersebut. Sentuhan itu membuat gadis itu terhenti, tersadar dari dunianya sendiri. Ia mengalihkan pandangannya dari ponselnya dan menatap lelaki yang telah menyentuh jarinya. Mata mereka bertatapan sesaat. Ada sesuatu yang menenangkan dalam tatapan mata indah lelaki itu, seolah mereka telah saling mengenal sejak lama.

"Kenapa?" tanya Nebula, suaranya nyaris berbisik.

"Gapapa" balas Arsen tersenyum menggoda, sambil terus menggenggam dua jemari kecil Nebula. Sentuhan itu terasa hangat, mengalirkan rasa tenang yang aneh namun menyenangkan bagi Nebula.

"Orangtua kamu kerja apa" Arsen mencoba mencari topik pembicaraan untuk mereka berdua.

"Kontruksi" jawab Nebula singkat.

"Iyaa, kontruksi bagian apa?" tanya Arsen, mencoba menggali lebih dalam.

"Bagian apanya? Kan ada banyak, ada perencana, pelaksana, pengawas. Bagian apa?" Arsen mengulangi pertanyaannya, ingin mendapatkan jawaban yang spesifik,

"Kontraktornya, kakak" jawab Nebula lembut.

"Dimana nya? Di Lapangan?"

"Yang punya perusahaan kontruksinya," jelas Nebula

"Oh, pasti orangtua mu keras, ya?"

"Kok tau?" Nebula terkejut.

"Iya, soalnya orang di lapangan harus tegas" jelas Arsen.

"Kamu dari kalimantankan?"

"Iya"

"Punya kebun sawit, ga?"

"Engga semua orang Kalimantan punya kebun sawit, ya" kesal Nebula.

"ahahaha," Arsen tertawa ringan.

"Kakak, nama panggilannya apa?" tanya Nebula, baru sadar bahwa selama ini dia tidak tau nama panggilan laki-laki ini.

"Tebak," goda Arsen.

"Gatau."

"Aku udah kasih tau, loh"

Nebula teringat sesuatu. "Bentar, nyontek dulu." Nebula membuka ponselnya, membuka aplikasi WhatsApp, dan mencari Riwayat chatting mereka.

"Kak Arsen, ya?" ucapnya sambil tersenyum,

Laki-laki itu hanya diam, tersenyum lebar melihat tingkah Nebula.

Setekah itu, suasana kembali hening. Arsen memutuskan untuk kembali tidur, memejamkan mata dengan tenang. Sementara itu, Nebula yang bingung harus berbuat apa, memutar kembali kartun Disney-nya di ponsel. Ia bersandar di dinding, mulai meresapi cerita kartun yang familiar baginya.

Terlalu fokus pada kartun Disney-nya, Nebula tidak menyadari bahwa Arsen sebenarnya tidak sedang tidur. Arsen berbaring di samping Nebula, tetapi matanya tidak berhenti menatap gadis itu. Ia memperhatikan ekspresi dan tingkah laku Nebula yang tiba-tiba menyandarkan diri kepada Lanny mencari posisi ternyamannya. Arsen memperhatikan dengan seksama, mencoba memahami apa yang tengah terjadi dalam benak Nebula.

"Nebula, kalau gabut, kerjain tugasku aja deh," goda Arsen.

"Capek nih, pulang kerja harus ngerjain tugas," keluh Arsen.

"Aku bodoh," jawab Nebula cuek.

"Memang," balas Arsen sambil tertawa kecil

"Ya ga perlu disetujui jugaaaa," kesal Nebula, saat Arsen menyetujui perkataannya.

"AHAHAHA," tawa Arsen pecah.

"Lanny, lu harus tahu, Nebula mau bolos... Nebula tadi mau apa?" tanya Arsen, meminta Nebula untuk menjelaskan.

"Apa...apa?" tanya Lanny penasaran.

"Aku mau habisin jatah absenku, kan dalam 1 semester kita punya jatah ketidakhadiran 30% iya kan?" jelas Nebula bangga dan bersemangat.

"Masa kesempatan tidak hadir yang sudah disediakan oleh kampus itu, tidak kita gunakan sebaik-baiknya. Rugi dong," tambahnya.

"Cewe gila" ucap Lanny sambik menggelengkan kepala.

"AHAHAHAH" Arsen tertawa, mendengarkan pola pikir yang aneh dari Nebula.

"Nebulaaa, kamu perempuan paling unik yang pernah aku temui" lanjut Arsen sambil masih tertawa.

Nebula dengan santainya, bangga dengan pemikirannya itu.

"Satu-satunya orang yang kamu kenal di kelas Cuma Lanny, kan" goda Arsen.

"Masa sih, kayaknya enggaa," bantah Nebula.

"Coba, orang itu namanya siapa?" tanya Arsen sambil menunjuk seorang perempuan yang duduk tak jauh dari mereka.

Nebula terdiam sejenak, otaknya berusaha mengingat. Ia tahu orang tersebut juga berada di kelasnya, akan tetapi ia tidak tahu namanya.

"udahlah, nanti otakmu terbakar, loh" kata Arsen menggoda nya lagi.

Hal tersebut membuat gadis itu cemberut kesal, karena ia kalah. Yang dikatakan Arsen benar, ia memang tidak mengetahui orang-orang di kelasnya.

"Kalau yang itu..." tunjuk Arsen lagi. Seseorang lewat didepan mereka. Kali ini Nebul tidak mau kalah, tapi karena ia memang tidak tau. Ia menggunakan cara curang.

"kakak, kakak Namanya siapa?" tanya Nebula seperti anak kecil kepada orang itu.

"siapa yaaa?" jawab orang itu, malahan menggodanya.

Nebula jadi terdiam bingung harus bagaimana. Beberapa saat detik kemudian.

"Renata..." jawab gadis itu ramah.

"Nama kakak itu Renata" lapor Nebula bangga kepada Arsen, berhasil mengetahui nama orang yang ia tidak kenal sebelumnya.

Nebula tersenyum lebar dan matanya berbinar-binar.

Arsen hanya tersenyum sambil memainkan ponselnya, sementara Nebula masih menatap Arsen dengan polos, menunggu respon dari lelaki itu. Arsen semakin tersenyum gemas, menyadari bahwa gadis itu sedang menunggunya.

"Nungguin ya?" ucap Arsen gemas. Nebula tersenyum malu, menyadari bahwa ia terlalu excited. Sudah lama ia tidak bersemangat seperti ini.

"Good job, Nebula" puji Arsen dengan senyuman menggoda.

Membuat Nebula ikut tersenyum Bahagia.

TBC

Twee IngenieursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang