Arsen membelai lembut rambut Nebula yang tertidur di sampingnya. Matanya yang lembut menatap penuh kasih, membisikkan kata-kata dengan nada penuh cinta.
"Ayang, bangun," suaranya lirih namun penuh harapan. Nebula tetap diam, napasnya yang tenang menunjukkan kedamaian dalam tidurnya.
"Bangun, sayaaaang," Arsen mencoba lagi, kali ini lebih manja, sembari mengecup kening Nebula. Kelopak matanya sedikit bergetar, tapi masih belum ada jawaban.
"Hmmm...." gumam Nebula dalam tidurnya, suaranya serak dan terdengar jauh.
"Bangun sayang, kak Arsen mau pulang," bisik Arsen dengan nada yang lebih mendesak, namun masih terdengar lembut seperti angin pagi yang mengusap wajah. Tangan Arsen mengelus pipi Nebula, mencoba membangkitkan kesadarannya.
"Engg...." suara lemah itu terdengar lagi, Nebula bergerak sedikit, mencoba melawan gravitasi kantuk yang masih menahannya.
"Yaaang, bangun..." Arsen memohon, kali ini dengan suara yang lebih tegas namun tetap penuh kelembutan. Ia menatap wajah Nebula yang mulai menunjukkan tanda-tanda bangun, bibirnya mengulas senyum kecil.
"Iya," akhirnya Nebula membuka matanya perlahan, suara lembutnya menyambut Arsen dengan kehangatan. Senyum mengembang di wajah Arsen, rasa syukur memenuhi hatinya saat melihat mata kekasihnya yang kini menatap balik dengan penuh kasih.
Arsen menarik gadis itu duduk, mendekap gadis itu dalam pelukannya, mendekatkan wajahnya ke Nebula kemudian dengan cepat mengulum bibir itu lembut. Ciuman itu turun ke bawah. Arsen menciumi leher Nebula, kemudian dengan gemas mengigitnya. Gadis itu, yang awalnya tenggelam dalam setengah kesadaran, tiba-tiba tersentak bangun. Dengan cepat, ia mendorong laki-laki itu, dengan gerakan penuh kewaspadaan.
"KAKAK!" teriak Nebula dengan suara yang serak, penuh harap dan keluhan yang tersirat.
"Kakak kan udah janji," suaranya terdengar sedikit bergetar, mengungkapkan perasaan yang tertahan.
"Iya sayang, makanya bangun, kak Arsen mau pulang," jawab Arsen lembut, mencoba meredakan kekhawatiran yang membayang di wajah Nebula. Namun, Nebula hanya diam, menatap kesal laki-laki itu dengan mata yang berkilat penuh emosi.
"Kenapa cemberut? Gamau kak Arsen pulang?" tanya Arsen dengan senyum yang lembut, mencoba mencairkan suasana.
"Dih, Enggaaaa," balas Nebula, bibirnya mengerucut, menunjukkan rasa tak setuju yang mendalam.
"Kalau iya juga gapapa, sayang, besok kakak nginap," goda Arsen sambil mengusap lembut pipi Nebula.
"Gamauuu," Nebula menepis tangan Arsen dengan manja, wajahnya masih menyiratkan kegusaran.
"Kenapa?" tanya Arsen dengan nada penasaran, matanya menatap dalam ke arah Nebula.
"Nanti aku di apa-apain sama kakak," jawab Nebula.
"Di apa-apain gimana?" tanya Arsen sambil mengangkat alis, menahan tawa yang hampir pecah gadis itu benar.
"Tadi waktu tidur aku mimpi buruk," gumam Nebula, wajahnya mulai memerah malu.
"Ahahahaha," tawa Arsen pecah, penuh kehangatan. "Mimpi apa?"
Nebula hanya menunduk, wajahnya semakin merah.
"Ya mimpi buruk aja," bisiknya pelan, suaranya hampir tidak terdengar.
"Mimpinya gimana sayang?" tanya Arsen berbisik ditelinga Nebula dengan lembut dan menggoda, membuat Nebula menjadi gugup.
"Gatauuu, Nebula ga bisa ngejelasinnya," jawab Nebula dengan polos dan bingung, matanya menunduk tidak dapat melihat laki-laki itu.
"Ahahahaha," tawa Arsen semakin keras. "Nebula mimpi basah ya?" tanya Arsen nakal.
"Hah? Gimana?" tanya Nebula kaget, matanya membulat tak percaya.
"Itu bukan mimpi sayang," bisik Arsen sambil tersenyum nakal.
"Oh ya? Terus kenapa kakak kayak gitu?" tanya Nebula dengan nada bingung, tidak percaya, matanya masih penuh tanya.
"Kayak gitu gimana?" tanya Arsen dengan senyum nakal yang masih tersisa di wajahnya.
"Gatauuu ah, kok ga jelas gini," jawab Nebula dengan nada kesal.
"Ahahahaha, you're so cute baby," kata Arsen sambil menarik Nebula ke dalam pelukannya.
"I wanna stay, but I have to go home," bisik Arsen lembut di telinga Nebula, memberikan ciuman hangat di keningnya, meninggalkan jejak kasih yang mendalam.
"Baiklah, udah malam juga." Balas Nebula.
"Antarin sampai bawah ya," Pinta Arsen, suaranya setengah manja.
"Iya," jawab Nebula dengan lembut sambil tersenyum hangat.
"Aku pulang dulu, hati-hati di rumah, jangan lupa pintunya dikunci. Kalau takut, telpon aku," katanya, suaranya lembut namun penuh perhatian.
"Iyaaa kakak," Nebula merespons dengan nada jahil.
"Ga takut kan?" tanya Arsen, sedikit khawatir.
"Engga, malahan lebih takut pas ada kakak," jawab Nebula, matanya berkilat nakal.
Arsen menaikkan alisnya, bingung. "Kenapa?"
"Iya, takut diapa-apain, ahahahah," ucap Nebula bercanda, matanya bersinar dengan canda.
Arsen hanya tersenyum nakal, mengelus kepala gadis itu lembut. "Jangan memancing, sayang." ucapnya, gadis itu tidak tau saja apa yang terjadi saat ia tertidur lelap tadi.
"Kak Arsen jadi gamau pulang," lanjut Arsen dengan manja, memeluk gadis itu erat.
Nebula tertawa ringan, membiarkan laki-laki itu membawanya ke dalam pelukkan, membalas pelukannya erat merasakan aroma dan kehangatan laki-laki itu. "Hmmmmm... gamau pulang," suara manja dari Arsen terdengar lagi.
"Pulang, kakak..." Nebula menggerutu, wajahnya sedikit merengut.
"Mau nginap tapi besok masih kerja," Arsen beralasan, meski terlihat ada keraguan di matanya.
"Kan masih ada hari lain, ayaaang," goda Nebula, suaranya penuh canda.
Arsen terdiam sejenak, ekspresinya bingung dan penasaran. "Apa...?"
"Tadi Nebula panggil kak Arsen apa?" tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya.
"Ahahhah, apa ya..." jawab Nebula, pura-pura lupa, wajahnya memancarkan kepolosan.
"Ulaaaang..." pinta Arsen, sedikit mendesak.
"Ga ada pengulangan, ahahahah..." Nebula menolak dengan senyum lebar.
"Ulang, sayang," Arsen memohon, tatapannya lembut namun memohon.
"Tidaaak, pulang sanaaaa," jawab Nebula, suaranya tegas tapi penuh tawa.
"Gamau pulang kalau ga diulang," desak Arsen, matanya penuh harapan.
"Yaudah tidur di mobil ya, Nebula pinjamin parkirannya buat mobil kak Arsen," jawab Nebula sambil tertawa, matanya berkilau nakal.
"Jahat," keluh Arsen, berpura-pura sedih.
"Playing victim," jawab Nebula, menggoda.
Arsen menggelengkan kepalanya, tersenyum lebar, dan sekali lagi memeluk Nebula erat, merasakan kehangatan dan cinta yang terpancar di antara mereka.
TBC
Halo, maaf pendek ya teman-teman saya sibuk hari ini <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Twee Ingenieurs
RomanceNebula Niscala Sanykala, seorang mahasiswi magister Teknik Sipil di Yogyakarta yang introvert dan penyendiri, harus menghadapi tantangan sosial saat harus menjalani kuliah offline. Meski merasa tidak nyaman dengan interaksi sosial, Nebula berusaha b...