Hari itu cukup melelahkan bagi Nebula. Menunggu berjam-jam di bandara membuat tubuhnya pegal. Sekarang, di atas kasur empuknya, dia merasa bingung. Apakah ia harus datang ke Andeska atau tidur saja di sini? Dia sudah berkali-kali menolak ajakan lelaki itu, padahal Arsen sangat perhatian dan tak pernah menyerah. Setelah berpikir sejenak, Nebula memutuskan untuk mengalah kali ini. Sesekali, dia memang harus bertemu dengan banyak orang.
Nebula meraih laptop dan semua peralatan "perangnya", lalu memesan GrabCar. Hari itu cukup panas, dan Nebula sangat malas harus terkena sinar matahari di luar sana. Memang, dia bisa jadi gadis manja.
Saat mobil datang, Nebula menghela napas panjang dan keluar dari rumahnya. Udara panas langsung menyapa, membuatnya meringis. "Kenapa panas sekali?" gumamnya dalam hati sambil masuk ke dalam mobil yang ber-AC. Setidaknya, perjalanan ini akan sedikit lebih nyaman.
Selama perjalanan, pikirannya melayang-layang. Ia memikirkan setelah sekian lama tidak belajar bersama teman-temannya. Ia sekarang memulai semuanya kembali. Nebula tersenyum kecil, merasa sedikit bersalah karena telah menolak banyak ajakan orang-orang. "Mungkin kali ini aku harus memberikan kesempatan," pikirnya. Lagipula, bertemu dengan banyak orang tidak selalu buruk. Mungkin ia akan mendapatkan sesuatu yang berharga dari pertemuan ini.
Ketika mobil tiba di tempat tujuan, Nebula turun dan mengucapkan terima kasih kepada sopir. Ia berjalan masuk ke tempat mereka janjian, mata mencari-cari keberadaan Arsen. Tempat itu memiliki dua lantai, lantai pertama sepi tidak ada orang sama sekali yang ada hanya pekerja disana. Nebula memutuskan menghubungi Arsen.
"Dimana? Dimana? Dimana?" seru Nebula seperti anak kecil.
"Naik ke lantai dua, Bubu. Aku disini, dekat jendela" jawab seseorang di seberang sana.
Nebula menghela napas lega dan berjalan menuju tangga. Lantai dua juga cukup sepi. Di dekat jendela, ia melihat Arsen menatapnya Bersama dengan kedua temannya. Mereka baru bertiga. Nebula tersenyum canggung dan berjalan mendekat.
"Hei, Nebula!" seru Lanny dengan suara ceria.
"Akhirnya datang juga, bocilsss," sambut Angel, tertawa kecil.
Arsen hanya tersenyum menatap kedatangan bocilnya itu yang bejalan kearahnya, 'bocilnya?' 'nya?' gadis itu belum menjadi miliknya. Arsen menyediakan kursi untuknya.
Namun, Nebula malah berjalan menuju kursi yang berseberangan dengan mereka. "Sini aja, Nebula," ajak Arsen, berharap dia mau duduk di dekatnya.
"Gak mau, di sana sempit," balas Nebula kekanak-kanakan.
Nebula duduk dan meletakkan laptopnya di meja. Meskipun hari ini terasa melelahkan, dia merasa keputusan untuk datang adalah keputusan yang tepat. Kadang-kadang, mengalah dan membuka diri pada orang lain bisa memberikan pengalaman yang berharga. Nebula siap menghadapi pertemuan ini dengan perasaan yang lebih ringan dan terbuka.
"Udah makan?" tanya Arsen, suaranya penuh perhatian.
"Udah di bandara," jawab Nebula singkat.
"Pesen sesuatu dulu sana," suruh Arsen, tetap ingin memastikan Nebula merasa nyaman.
"Nanti aja," balas Nebula.
Alih-alih langsung belajar, Nebula malah membaringkan diri di kursi panjang itu sambil menatap langit-langit. Lanny dan Angel yang melihatnya hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala.
"Nebulaaa..." peringat Arsen, melihat gadis itu malah bermalas-malasan. "Kerjain dulu yang teorinya, nanti hitungan aku kasih tahu caranya..." lanjutnya dengan nada sabar.
"Iyaa, nanti," jawab Nebula sambil memejamkan matanya sebentar. Tak lama kemudian, dia tertidur nyenyak di kursi panjang itu.
Arsen memandang Nebula dengan lembut. "Hmm, mungkin capek habis dari bandara," gumamnya pelan, memaklumi keadaan gadis itu. Dia membiarkan Nebula beristirahat sejenak, menyadari bahwa kadang-kadang, yang dibutuhkan seseorang hanyalah sedikit waktu untuk bersantai sebelum kembali menghadapi dunia.
***
Nebula perlahan-lahan terjaga dari tidurnya yang singkat sekitar tiga puluh menit. Dia membuka mata perlahan, disambut dengan cahaya lampu dan Cahaya matahari yang akan terbenam. Dia merentangkan tubuhnya dan menggeliat pelan, bangkit dari posisinya tadi. Duduk sambil menatap kosong ke depan, mencoba untuk kembali ke keadaan yang penuh semangat. Tiba-tiba, suara riuh dari ketiga orang di seberang meja menyapa.
"Selamat pagi, Nebula!" ucap ketiganya bersamaan, dengan senyum ramah di wajah mereka.
Hal tersebut membuat Nebula merasa malu karena baru bangun tidur. "morniiiing..." balasnya, meskipun ia tahu bahwa sebenarnya sudah menjelang malam dan kalimat tadi adalah candaan. Namun, sikap ceria dari teman-temannya membuatnya merasa lucu.
"Yuk, mulai kerjain tugasnya," ajak Arsen, penuh semangat.
"Bisa, yuk!" sahut Lanny, siap untuk memulai.
"Dikerjain tugasnya, Nebula," tambah Angel, menantikan respons dari temannya.
Namun, Nebula diam tersenyum canggung, menatap layar laptopnya yang masih kosong. Nebula masih mengumpulkan nyawa-nya, tapi mereka mencoba membuatnya lebih ringan dengan candaan.
"Nebula kan udah tidur tadi," canda Lanny, mencoba menghibur.
"Ini lagi proses berpikir," jawab Nebula.
Mereka semua tertawa. "Ahahaa, otaknya masih ketinggalan di bandara," goda Angel, menyambung candaan.
"Lagi reconnecting otaknya," tambah Arsen, disambut tawa lagi oleh mereka.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Twee Ingenieurs
RomanceNebula Niscala Sanykala, seorang mahasiswi magister Teknik Sipil di Yogyakarta yang introvert dan penyendiri, harus menghadapi tantangan sosial saat harus menjalani kuliah offline. Meski merasa tidak nyaman dengan interaksi sosial, Nebula berusaha b...