Nebula berdiri di depan pohon Natal setinggi dua meter yang berdiri megah di sudut ruang tamu, memegang setumpuk hiasan pohon Natal. Aroma manis dari kue-kue Natal yang sedang dipanggang memenuhi seluruh rumah, menciptakan suasana hangat dan penuh kegembiraan.
Dengan hati-hati, Nebula menghias pohon itu dengan bola kaca berwarna merah dan emas yang berkilauan di bawah cahaya lampu. Ia menggantungkan bola satu per satu pada setiap cabang pohon yang kuat, lalu melangkah mundur sejenak untuk mengagumi hasil karyanya. Senyum tipis terukir di wajahnya.
"So pretty," pikirnya, tangannya bergerak dengan lincah, menghias setiap sudut pohon itu dengan lampu-lampu yang berkelap-kelip, memberikan sentuhan magis pada pohon tersebut. Sebagai sentuhan terakhir, ia menempatkan sebuah bintang emas di puncak pohon, yang bersinar terang dan memancarkan kehangatan Natal.
Mengagumi hasil karyanya, Nebula mengambil gambar pohon Natal yang telah ia hias dan mengirimkannya ke Arsen. Hubungan mereka kini cukup baik, sering saling mengabari dan berbagi cerita.
Nebula: Selamat malam Natal, kak Arsen. <3
Tak lama setelah mengirim pesan itu, ponselnya bergetar, tanda pesan dari Arsen masuk.
Arsen: Selamat malam Natal, Love.
Arsen: Wow, you did an amazing job, Bubu! It looks fantastic. Wish I could be there to see it in person.
Nebula tersenyum sendiri melihat pesan itu. Pipinya memerah.
Nebula: Can't get me out of your mind, can you?
Arsen melihat pesan itu dan tersenyum lebar, matanya berkilau dengan penuh kasih. Dia bisa membayangkan senyuman manis Nebula dan cara gadis itu menatapnya dengan lucu.
Arsen: You're always on my mind, even when I try to focus on other things.
Nebula tertawa kecil, matanya berkilau.
Nebula: Ahahahha really?
Arsen membayangkan suara tawa Nebula yang selalu membuat hatinya berdebar. Dia merasakan kerinduan yang mendalam, seolah ada bagian dari dirinya yang hilang ketika Nebula tidak ada di sisinya.
Arsen: Of course, baby!
Arsen: Kangen kamuuuuu ☹
Nebula merasa hatinya hangat membaca pesan itu.
Nebula: I miss u too.
Arsen mengetik dengan cepat, merasakan kerinduan yang semakin dalam. Setiap malam terasa lebih panjang dan sunyi tanpa kehadiran Nebula di dekatnya.
Arsen: I miss u more than anything.
Nebula menghela napas, merasa berat untuk meninggalkan percakapan.
Nebula: I have to go.
Arsen merasa cemas, tidak ingin percakapan berakhir begitu cepat. Setiap detik berbicara dengan Nebula adalah momen berharga baginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twee Ingenieurs
RomansaNebula Niscala Sanykala, seorang mahasiswi magister Teknik Sipil di Yogyakarta yang introvert dan penyendiri, harus menghadapi tantangan sosial saat harus menjalani kuliah offline. Meski merasa tidak nyaman dengan interaksi sosial, Nebula berusaha b...