Entah dari mana datangnya kekuatan itu, atau mungkin Arsen sedang lengah dalam gelora hasrat, Nebula berhasil melepaskan kedua tangannya dari genggaman Arsen. Dengan penuh tekad, ia menggigit lengan Arsen dengan kuat.
"Aaargh... Nebula," rintih Arsen kaget dan kesakitan. Lengannya berdarah, terdapat bekas gigitan yang dalam. "Sial, sakit sekali Nebula..." Arsen menggigit bibirnya, berusaha menahan rasa sakit, tatapannya terpaku pada luka yang dibuat oleh gadis itu.
Nebula segera berdiri dari tempat tidurnya, matanya menatap Arsen dengan marah dan penuh emosi.
Nebula, dengan rambut cokelatnya yang terurai berantakan, melihat Arsen dengan mata cokelatnya marah. Wajahnya yang biasanya lembut dan polos, terlihat sedikit kemerahan karena aktivitas barusan.
"Kakak, aku anak dibawah umur!," ucapnya protes marah karena perlakuan Arsen tapi malahan terlihat seperti anak kecil, marah tapi menggemaskan.
"ahahahahha," Arsen hanya tertawa kecil.
"aaaw, tangan ku sakit sayang," lanjutnya dengan nada manja, memperlihatkan bekas gigitan Nebula.
"Kakak jahat!" seru Nebula kesal.
"Lihat tangan aku luka karena digigit, Nebula." Ucap Arsen berpura-pura sedih, menatap tangannya yang digigit Nebula.
"Tapi kakak yang mulai duluan," Jawabnya membela diri, tapi dengan wajah sedikit iba menatap luka yang ia buat.
"Sakitnya tangan kak Arsen. Sini obtain tangan kakak," Pinta Arsen lagi, memasang wajah sedihnya.
Nebula mulai merasa bersalah. "Hmm, baiklah, maafkan aku. Tapi kakak juga salah. Aku kan masih di bawah umur!" katanya dengan kesal.
Arsen tersenyum nakal. "Bubu, anak SMA sekarang aja sudah sering clubbing."
"I'm not one of them," jawab Nebula tegas.
"Iya, iya, Bubu kan anak baik" kata Arsen sambil tertawa.
"Sini, kak Arsen rapiin bajunya Nebula," ujar Arsen memanggil Nebula agar kembali ke kasur dengan menggoda.
"Ga usah," balas Nebula galak.
"Hahahaha," Arsen tertawa kecil. "Sini, sayang."
Nebula berlari ke kamar mandi untuk merapikan pakaian dalamnya yang dilepas oleh laki-laki itu. Sedangkan, Arsen berbaring santai di atas kasur, sambil membuka ponselnya. Sambil tersenyum, Arsen berpura-pura tidak melihat, tetapi matanya sesekali melirik ke arah Nebula dengan ekspresi jahil dan nakal.
***
Laki-laki itu duduk dengan nyaman pada Kasur Nebula, mata terfokus pada layar ponselnya yang terang benderang. Jari-jemarinya gesit bergerak, mengatur strategi dan mengendalikan hero dalam pertempuran sengit di Mobile Legends. Ekspresi wajahnya berganti antara konsentrasi mendalam saat menghindari serangan lawan dan kegembiraan saat berhasil melakukan serangan balik yang mematikan. Setiap langkah dan keputusan diambil dengan teliti dan penuh perhitungan, seolah-olah sedang menari dengan irama yang sempurna di atas medan perang digital.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twee Ingenieurs
RomanceNebula Niscala Sanykala, seorang mahasiswi magister Teknik Sipil di Yogyakarta yang introvert dan penyendiri, harus menghadapi tantangan sosial saat harus menjalani kuliah offline. Meski merasa tidak nyaman dengan interaksi sosial, Nebula berusaha b...