Di pojok kafe yang nyaman, dua sosok duduk dengan penuh kegembiraan. Senyum merekah di wajah mereka, terpancar dari percakapan yang penuh kehangatan. Mereka saling bertatapan, mata mereka bersinar dengan keceriaan.
Mereka melanjutkan percakapan mereka, tertawa dan bercanda, menikmati kebersamaan mereka di salah satu kafe di kota Jogja. Di saat itu, dunia terasa begitu sempurna, dihiasi oleh kebahagiaan mereka yang tiada tara.
Nebula tiba-tiba mengubah topik percakapan menjadi politik, "Kakak pilih siapa buat pemilu tahun depan?"
"Nomor 02 sih aku," jawab Arsen.
"Aku juga," sambung Nebula.
"Aku rasa yang lainnya ga bener," ujar Arsen sambil tertawa. Mereka lalu mulai membahas calon-calon presiden lainnya dengan nada santai.
"Anies Baswedan, calon presiden potensial, dilihat oleh pendukungnya sebagai pemimpin berani dan berintegritas. Namun, ia juga dikritik karena kinerja kontroversialnya sebagai Gubernur DKI Jakarta. Pandangan terhadapnya sangat tergantung pada sudut pandang individu dan pengalaman masyarakat dengan kebijakan dan tindakannya.
Kalau nanti IKN ga jadi sayang, kan lumayan ya mega proyek di IKN kalau dapat 1 proyek 100M aja, dapat profit 10% udah dapat 10M lumayan buat foya-foya," Lanjut Arsen.
"Ganjar Pranowo, sebagai calon presiden potensial, memiliki citra yang bervariasi. Di satu sisi, ia dianggap sebagai pemimpin berpengalaman dan berdedikasi terutama dalam kesejahteraan rakyat. Namun, ada juga kritik terhadap kebijakan dan proyeknya sebagai Gubernur Jawa Tengah serta keraguan terhadap kemampuannya menghadapi tantangan nasional. Pandangan terhadap Ganjar sangat tergantung pada sudut pandang individual dan pengalaman masyarakat dengan rekam jejaknya.," tambah Arsen.
"Nah kalau 02, Prabowo Subianto, sebagai calon presiden. Pendukungnya melihatnya sebagai pemimpin yang kuat, tegas, dan berkomitmen untuk memperbaiki ekonomi dan keamanan negara. Namun, ada juga kritik terutama terkait dengan catatan hak asasi manusia dan kontroversi politik yang melibatkannya. Pandangan terhadap Prabowo dipengaruhi oleh sudut pandang dan pengalaman individu, serta faktor-faktor lain seperti isu-isu ekonomi, sosial, dan politik pada saat kampanye." Lanjut Arsen.
"Tapi katanya bakalan kerjasama sama Jokowi ga sih?, kan Gibran anak Jokowi yakan masa sih Gibran sama bapaknya ga kerja sama," sambung Nebula.
"Kaesang juga tiba-tiba jadi ketua partai PSI, kan aneh ya kok bisa barengan sama Gibran jadi cawapres. Pasti udah direncanakan sih," jawab Arsen.
Mereka terus melanjutkan diskusi mereka dengan penuh semangat. Arsen dengan antusias menceritakan pandangannya tentang calon presiden, sementara Nebula mendengarkan dengan serius, sesekali memberikan tanggapannya.
Teman-teman Arsen yang duduk di meja sebelah mulai memperhatikan pembicaraan mereka. Mereka menggeleng-gelengkan kepala, tidak percaya bahwa topik yang dipilih mereka adalah politik.
Malam semakin larut. Arsen memeriksa jam tangannya dan menyadari bahwa sudah waktunya Nebula pulang. Dia tidak ingin gadis itu pulang terlalu larut malam.
"Bocil," panggil Arsen kepada Nebula dengan penuh kelembutan.
"Waktunya pulang," lanjut Arsen.
"Baiklah," jawab Nebula.
"Ku antar ya," tawar Arsen.
"Ga usah, aku naik gojek aja," tolak Nebula.
"Kenapa kalau sama aku gratis loh?" goda Arsen.
"Engga, gojek murah kok," balas Nebula tetap pada pendiriannya.
"Mending diantar," dukung Lanny menimpali.
"Ga usah," Nebula bersikeras.
Arsen mengalah, dia tahu bahwa masih butuh proses yang panjang untuk menjadi lebih akrab dengan Nebula. Namun, dia senang dengan progress yang sudah mereka capai saat ini.
Nebula sedang dalam perjalanan pulang menggunakan ojek online. Angin malam menyapu wajah Nebula, memberikan sensasi dingin namum menyegarkan setelah mengobrol panjang dengan Arsen. Sebagai seorang introvert, energi sosialnya sudah habis sekarang, namun cahaya lampu jalan kota Jogja yang redup menciptakan suasana yang romantis dan menenangkan baginya sedikit mengisis energinya.
Arsen: tiatiii Nebulaaa <3
Nebula: kakak juga hati-hati
Pesan dari Arsen membuat Nebula tersenyum meskipun dia tetap pada keputusannya untuk pulang sendiri. Meskipun demikian, perasaan hangat dari pertemanan mereka masih terasa di hatinya, membuat perjalanan malamnya terasa lebih ringan.
Arsen: kapan-kapan main lagiii ya...
Nebula: iya kakak...
Arsen: aku pulang duluuu
Nebula: iya hati-hati
Padahal di kafe Nebula sudah pamit tapi sekarang lelaki itu masih pamit. Lucu. Pikirnya.
Setibanya di rumah kontrakannya, Nebula segera mandi dan bersiap untuk tidur. Namun, dia merasa sulit untuk tertidur karena banyak hal yang terjadi malam ini. Setelah beberapa bulan tidak pernah nongkrong di kafe lagi, pertemuan satu kali dengan laki-laki itu telah mengajarkan Nebula banyak hal. Dia mulai mengenal beberapa teman sekelasnya berkat Arsen, yang telah mengajarkannya untuk bersosialisasi.
"Diajak kenalan dong, Nebula," pinta Arsen.
"Hallo," sapanya kepada teman Arsen.
"Iyaa," balas teman Arsen itu.
"Ayo tanya namanya, Nebula," Arsen memberikan petunjuk, namun Nebula sudah bingung.
"Ihh, kakak aja," rengek Nebula manja.
"Namanya Peter," ucap Arsen sambil menghela napas.
"Hallo, Peter," sapa Nebula berusaha ramah.
"Hallo, kak Nebula," balas Peter.
"Kok kamu tahu aku?" tanya Nebula.
"Iyaa, kak, kan kita satu kampus dulu," jawabnya.
"Kamu bahkan tidak tahu teman satu kampusmu dulu, Nebula," tambah Arsen.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Twee Ingenieurs
RomanceNebula Niscala Sanykala, seorang mahasiswi magister Teknik Sipil di Yogyakarta yang introvert dan penyendiri, harus menghadapi tantangan sosial saat harus menjalani kuliah offline. Meski merasa tidak nyaman dengan interaksi sosial, Nebula berusaha b...