48

426 56 8
                                    

Jangan Lupa Vote & Komennya Teman-Teman

"Buk, ibuk harusnya nahan Marsha buk" Zean berjalan mondar mandir sembari mengacak rambutnya di depan sang ibu, pasalnya ia bangun pagi ini dan menyadari Marsha tak ada lagi di rumahnya setelah semalam mereka bertengkar dan Sisca menyuruhnya untuk tidak mengganggu Marsha, bahwa ia harus memberi gadis itu waktu untuk menenangkan diri.

"Marsha berhak mutusin apapun di hidupnya nak, gak ada satupun orang di rumah ini yang bisa nahan dia, termasuk kamu sekalipun" ucap Sisca mencoba menyadarkan Zean akan sikap posesifnya yang sepertinya menurun dari sang ayah, Sisca bahkan masih bisa mengingat bagaimana sikap Nio dulu.

"Apapun masalah kalian, ibuk sama sekali gak membenarkan kamu ngebentak dia Zee" tambah Sisca yang semalam benar-benar kecewa mendengar bagaimana anak semata wayangnya itu membentak pacarnya.

Zean menunduk di depan ibunya, "Maafin Zean buk"

"Ayah sama bunda Marsha adalah orang paling lembut dan penyayang yang pernah bunda tau selama bunda kenal mereka nak, ibuk yakin Marsha di besarkan dengan penuh kasih sayang dan kelembutan, dan sikap kamu semalam sangat berbanding terbalik dari hal itu Zee"

Zean semakin merasa bersalah, ia meraih ponselnya dan mencoba untuk menghubungi Marsha namun nomor gadisnya itu tak aktif, membuat Zean merasa semakin frustasi, melangkah mondar mandir dengan panik.

"Kasih dia waktu nak, biarin ia menenangkan diri sementara kamu juga intropeksi diri"

"Gak bisa buk, Zean harus cari Marsha, dia kesini buat nyusul aku buk, aku gak bisa biarin dia sendiri" Zean sama sekali tak setuju dengan sang ibu, ia benar-benar khawatir, lebih tepatnya takut Marsha meninggalkannya, takut hubungannya berakhir dan ia kehilangan gadis itu.

"Dia aman nak, Marsha di tempat yang aman"

Sisca cukup kaget dengan anaknya yang sekarang sudah bersimpuh di depannya, "Ibuk please kasih tau aku Marsha dimana buk" ucap Zean memohon sebab ia tau ibunya pasti tau kemana pacarnya pergi.

"Maafin ibuk nak, ibuk udah janji sama Marsha, dia gak mau kamu nyusulin dia" jawab Sisca, walau sedikit menyesakan melihat bagaimana hancurnya Zean saat ini namun ia sudah berjanji pada Marsha sebelumnya untuk tak membiarkan sang anak tau keberadaan gadis itu.

Zean luruh terduduk di atas karpet bulu di depan sang ibu, merutuki apa yang telah terjadi, dan tiba-tiba pria itu terlihat dengan cepat meraih ponselnya ketika mendengar bunyi notifikasi dari benda tersebut, berharap itu adalah pesan dari Marsha namun saat ia membukanya ternyata itu adalah pesan masuk dari Ashel, mengajaknya ke taman kompleks perumahan mereka, Ashel juga mengirimkan foto dirinya sudah siap menunggu di depan rumah bersama Christo.

Melihat Christo seketika membuat Zean kembali terfikirkan satu kemungkinan yang sempat muncul di pikirannya semalam, wajahnya berubah emosi dan tiba-tiba ia berdiri melangkah keluar dari rumahnya, Zean bahkan mengabaikan ibunya yang terus memanggilnya, pria itu berjalan cepat menuju rumah Ashel.

"Nah ini dia" ucap Ashel tersenyum melihat kedatangan Zean, namun raut wajahnya tiba-tiba berubah begitu kaget melihat apa yang Zean lakukan berikutnya.

Bugh

Christo tersungkur di halaman rumah Ashel saat Zean tiba-tiba menyerangnya tanpa aba-aba, "ZEE KAMU APA-APAAN SIH ZEE" teriak Ashel dengan otomatis berlari ke samping Christo, membantu pria itu untuk berdiri.

"LU KAN YANG NGASIH TAU MARSHA GUA KELUAR BARENG ASHEL KEMARIN? LU KAN YANG MANAS-MANASIN MARSHA!" ucap Zean dengan emosi menatap tajam Christo sembari menunjuk-nunjuk pria di depannya itu dengan emosi, menurutnya Christo satu-satunya orang yang mungkin memberitahukan hal itu pada Marsha.

Best FriendZone Shit (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang