Jangan Lupa Vote & Komennya Teman-Teman
"Di angkat gak Chris?"
Ashel dengan perasaan gelisa terus bertanya di samping Christo yang tadi ia perintahkan untuk menelfon Zean sebab hari ini adalah hari kedua Zean tak masuk sekolah setelah pemakaman Indira.
"Nomernya masih gak aktif Shel" Christo memberi jawaban yang sama seperti jawabannya sebelumnya.
"Coba lagi boleh gak Chris?"
Christo mengangguk sabar, menuruti permintaan Ashel walau berapa kalipun ia mencoba menghubungi Zean, tetap saja nomor pria itu tak bisa di hubungi.
"Sama aja Shel, masih gak aktif juga"
Ashel menghembuskan nafas pasrah sembari menunduk, "Mungkin Zean kurang sehat, kecapean" ucap Christo lagi, dan Ashel mulai terlihat mengangguk lesuh.
Makan di kantin tanpa Indira juga Zean rasanya begitu sepi menurutnya, ada rasa sedih di hatinya, ia tak terbiasa tak melihat Zean di sekolah, walau beberapa minggu terakhir hubungannya dengan Zean cukup buruk, namun ia masih bisa memantau dan melihat sahabatnya itu, tapi hari ini rasanya begitu berbeda saat Zean benar-benar tak ada, apalagi Indira juga tak ada dan tak akan pernah ada lagi bersama mereka.
Ashel tiba-tiba meneteskan airmatanya, mengingat Indira yang biasanya akan menemaninya di kantin jika ia memilih makan sendiri tak ingin bergabung bersama Zean, "Ashel?" Christo merangkul dan mengusap pelan pundak Ashel.
"Biasanya kalau gak ada Zean gua selalu di temenin Indira Chris" ucap Ashel dengan suara bergetar.
Christo mengangguk mengerti akan apa yang Ashel rasakan saat ini, ia beralih menepuk pelan punggung Ashel, Christo pun merasakan kehilangan yang sama, walau waktunya mengenal Indira tak lama, namun gadis ceria itu seolah punya tempat di hati siapapun orang yang mengenalnya.
"Sabar yah, gua yakin Indira udah bahagia sekarang, udah gak sakit lagi" ucapan Christo itu akhirnya mampu membuat Ashel menghapus airmatanya sembari mengangguk tersenyum, membayangkan Indira tersenyum bahagia dengan wajah berseri tanpa rasa sakit.
******
"Ashel, bisa tolong bawa buku teman-teman kamu ke ruang guru?" Ucapan guru fisikanya mengalihkan perhatian Ashel yang tengah bersiap untuk pulang, ia segera mengangguk sebagai jawaban pada sang guru sebab hari ini ketua kelas di kelasnya tak masuk.
Setelah selesai membereskan barang-barangnya Ashel mulai mengangkat tumpukan buku di meja guru di kelasnya dan melangkah menuju ruang guru, Ashel masuk ke dalam ruang guru sembari menyapa sopan guru-guru yang sempat berpapasan dengannya.
"Makasih yah Ashel"
"Sama-sama buk" jawab Ashel mengangguk sopan pada sang guru setelah meletakan buku-buku tersebut, dan mulai berbalik untuk keluar dari ruangan tersebut, namun kalimat yang samar-samar ia dengar tiba-tiba menghentikan langkahnya.
"Buk Vivi, tolong surat pindah Zean di kirim sekarang yah"
Ashel segera menoleh ke arah suara dimana ia melihat kepala sekolah SMA48 tengah berdiri di sana memerintahkan salah satu staf.
"Aduh sayang banget yah, SMA48 kehilangan siswa kayak Zean, padahal anak pemilik sekolah loh, emang Zean kenapa pindah pak?"
Awalnya Ashel mengira ia hanya salah dengar, namun ucapan salah seorang guru setelahnya seolah memvalidasi kebenaran dari kabar yang ia dengar dari kepala sekolah tadi.
Ashel segera berlari keluar dari ruang guru, rasanya ia benar-benar tak menerima berita tersebut, ia harus mengonfirmasi langsung kepada yang bersangkutan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best FriendZone Shit (HIATUS)
Romance"Kalian tau tidak, hal paling menyakitkan dari sebuah persahabatan yang terjalin sejak kecil antara pria dan wanita? Ya, tepat sekali, disaat salah satunya cukup sial karena jatuh hati sendirian" - Zean "Siapa bilang pria dan wanita tidak bisa bersa...