Bagian 2: Kucing dan Bunglon

28 3 0
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mundur ke bulan Juli.

Lebih jauh lagi sebelum peristiwa pertikaian, dan Kucing sudah mengendus keberadaan Badak.



"Hai, Ca. Saya mau tanya. Per awal bulan kemarin, kita kan udah tutup pendaftaran Kelompok Eka. Karya yang memenuhi syarat udah diseleksi?"

"Eh, halo, Mas! Udah beres dong."

"Gimana perkembangannya?"

"Jadi gini, Mas. Lomba puisi itu pesertanya ada kali sampai 340-an, cerpen 420 pas, yang cergam 180 sekian atau berapa gitu deh seingat saya. Pokoknya total lebih dari 900 loh, Mas. Udah kita kurasi semua dan kita usahakan supaya yang lolos di setiap lomba bisa pas minimal seratus orang, sulit juga karena banyak yang masuk, tapi no problem. Setelah ini tabel peserta bisa saya kirim."

"Wah ... kalau dari Kelompok Eka aja segitu berarti tembus target, ya. Saya kira biaya pendaftaran 200 ribu bakalan memberatkan, tapi kayaknya lumayan banyak yang antusias."

"Antusias dong, Mas. Kalau menang kan walaupun juara tiga aja udah balik modal seratus kali lipat. Mana dapet banyak benefit pula."

"Haha, iya juga. Ya udah kalau gitu. Terima kasih ya, Ca."

"Terima kasih kembali, Mas."

Aksa mengulas senyum ramah. Ditanggapi dengan kedip lucu oleh Caca, panitia lomba Literasi Lestari, Tim Kurasi Kelompok Eka yang memegang kendali penuh untuk lomba puisi, cerita pendek, dan cerita bergambar. Kemudian langkah Aksa mengarah ke meja Prita—Tim Kurasi Kelompok Dwi—yang berjarak tepat tiga kubikel dari tempat Caca. "Mbak Prita, apa kabar?"

"Sehat, puji Tuhan. Mas Aksa sehat? Mau update di sini juga, ya?"

"Hahaha, iya. Tolong laporannya ya, Mbak."

"Oke, Mas. Jadi minggu ini kan minggu ketiga bulan Juli, kita bakal stop pendaftaran sesuai timeline. Nanti malam jam 12 tet, kita tutup akses untuk lomba novel, naskah teater, sama cipta lagu. Dan ... sejauh ini yang daftar kurang dari seratus buat dua lomba."

"Serius?" Napas Aksa tertahan. "Gimana, Mbak?"

"Jadi, paling banyak di Kelompok Dwi ini justru dari cipta lagu sih, Mas. Ada sekitar 160 lebih gitu deh kalau berdasarkan last update. Cuma cipta lagu yang melebihi target."

"Terus yang lain?"

Prita menyodorkan tablet dengan tampilan respons formulir di layar. "Per malam kemarin yang daftar lomba novel tuh kurang dari seratus. Naskah teater paling sedikit, enggak sampai 70 orang. Meskipun di bawah perkiraan kalau dibanding Eka, menurutku ini udah permulaan yang bagus banget. Apalagi materi Dwi cukup berat. Ditambah, ini pertama kali loh Pena Buana ngadain lomba gini, tapi udah disambut antusias, mana dapet sponsor banyak lagi."

Rasa AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang