Chapter 2

290 22 0
                                    

Beberapa hari kemudian.

Orang yang menabrak Tika sudah di temukan dan tentunya sudah di habisi oleh Bimo. Katakanlah Bimo kejam karena tega menghabisi penabrak itu tapi memang ini lah Gen dari keluarga Reinhart. Ia tidak akan segan-segan membalas orang berkali-kali lipat ketika ada yang menyakiti keluarganya.

Keadaan Tika pun membaik dan sedang bermain dengan ketiga cucu mereka, yaitu Oliver, Shania dan Oktavia.

Di ruangan pribadi Bimo, ia sedang duduk di kursi kayu nya sambil mengetuk-ngetuk tongkat yang ada di genggaman nya, kemudian tak lama putranya datang bersama seseorang yang ia tunggu sejak tadi.

"Pa, Galih sudah datang." beritahu Bram.

Bimo menatap Galih dari bawah sampai atas. Satu kata yang ada di pikiran Bimo.

Gelandang..

"Tuan Bimo." Galih berkata sambil membungkuk.

"Duduklah."

Galih pun duduk di sofa menghadap Bimo. Jantung Galih berdebar kencang karena suasana yang menurut nya mencekam apalagi ia di tatap oleh 2 pria yang berpengaruh di Desa ini.

"Bram." Bimo melirik putra nya yang langsung mengambil 3 koper berisi uang tunai.

Kedua mata Galih melotot melihat sejumlah uang di depan nya. Ia bahkan menganga lebar saking kagetnya melihat uang sebanyak ini seumur hidup nya.

"Ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ini..." Galih tergagap menatap Bimo dan Bram bergantian.

"Ambilah. Anggap saja ini ucapan terima kasih kami karena kau telah menyelamatkan istriku." kata Bimo.

Galih meneguk ludahnya berkali-kali tapi sejenak ia terdiam memikirkan sesuatu.

"Apa kurang?" tatapan Bram seketika menyipit tajam.

"Maaf, Tuan. Saya tidak bisa menerima ini." kata Galih. Sontak saja kedua pria itu kaget bukan main karena Galih menolak uang mereka.

"Apa maksud mu, heh!" Bram mulai emosi.

Bimo segera mengangkat tangan nya memberi tanda agar Bram berhenti berbicara.

"Apa kurang? Kalau begitu aku akan menambah 3 koper lagi." ujar Bimo mendapat dengusan kasar dari Bram.

Matre!

Galih menegangkan tubuhnya lalu memandang lekat Bimo dan Bram.

"Maaf, apa hanya segini nilai nyawa Nyonya Tika?" perkataan itu terlontar begitu saja dari mulut Galih, pria miskin yang tidak berpendidikan!

"Hei! Jaga mulutmu!" Bram berdiri sambil menatap nyalang Galih.

Galih ketakutan tapi ia berusaha melawan rasa takutnya itu demi masa depan nya.. Masa depan keluarga nya....

"Apa yang kau inginkan." ucapan yang telah di tunggu-tunggu oleh Galih sejak tadi.

"Bisakah kita bicara berdua saja Tuan?" ucapan Galih lagi-lagi membuat Bram emosi sebab itu artinya ia di usir dari sini.

Siapa Di Hatimu? (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang