Pada malam harinya, Zigas diperbolehkan pulang. Setelah semua barang diberekan, mereka menaiki mobil yang sudah menunggu mereka. Aga membantu Zigas untuk memasuki mobil dengan hati-hati.
Karena jaraknya yang tidak terlalu jauh, membuat mereka tidak sadar bahwa mobil sudah memasuki pekarangan rumah.
Zigas langsung saja disuruh untuk beristirahat oleh Wildan, karena perintah dari dokternya juga.
Di ruang tamu, tersisa Yasa dan juga Aga. Wildan pun langsung memasuki kamarnya untuk beristirahat.
"Kakak mau ke rumah sakit?"
"Iya dek, ada panggilan. Kakak pergi dulu ya."
"Iya kak. Hati-hati," peringat Rido pada kakaknya itu. Dia tau pasti kakaknya lelah sekali.
Setelah itu hanya tersisa Aga di ruang tamu. Dia begitu malas untuk menuju kamarnya. Jadi dia menyandarkan tubuhnya di sofa sembari memainkan hpnya. Membalas pesan dari Hima dan Bumi yang membahas tugas kelompok mereka. Waktu baru menunjukkan pukul 8 malam, tetapi Aga rasanya mau tidur. Tubuhnya terasa pegal-pegal, padahal dia hanya menemani Zigas di rumah sakit. Memang dasarnya saja remaja jompo.
Saat akan masuki kamarnya, Aga diberitahu oleh Bi Siti bahwa ada tamu yang mencari dirinya.
Dia pun melangkahkan kakinya ke arah pintu untuk melihat siapa yang mencarinya. Saat sampai di depan pintu, dia bisa melihat seorang berperawakan tinggi yang membelakanginya.
"Emm permisi, Anda siapa ya?" Aga bertanya.
Saat seseorang itu membalikkan badannya, dia melihat sosok yang ditemuimya tadi siang.
"Heh om, kok tau rumah saya. Om ngikutin saya kan?!!"
Bukan hal yang sulit bagi seorang Raga menemukan Aga, karena yang pasti Raga bukanlah orang yang sembarangan. Dia adalah sosok pebisnis yang sukses dan namanya akhir-akhir ini masuk ke dalam rentetan orang yang paling berpengaruh di dunia. Untuk mencari seseorang hanyalah hal kecil untuknya.
"Aga ini daddy kandungmu. Kamu kenal dengan om Tama kan? Juga Argi dan Bryan, mereka adalah keponakan om."
"Maaf tapi saya bukan bagian dari mereka om. Mending sekarang om pergi dari sini dehh. Pak ariff!! Usir om om ini!!" teriak Aga dengan memanggil satpam yang berjaga di depan rumah. Teriakan Aga tidak hanya mendatangkan Pak Arif namun juga Wildan. Wildan yang awalnya ingin mengecek kamar anak-anaknya mendengar suara dari ruang tamu.
"Ada apa ini?" Wildan berujar.
"Ayahh, tolongin Aga Yah. Ada orang asing yang ngikutin Aga," ujar Aga sambil berlari memeluk Wildan.
"Lohh dengan Pak Raga kan?"
"Wah saya tidak menyangka akan bertemu pak Wildan disini. Padahal seharusnya kita baru bertemu tadi siang."
Mendengar percakapan mereka membuat Aga bingung.
'Apakah mereka saling kenal?' Pikir Aga.
"Karena kita sedang diluar kita gak usah pakai bahasa formal ya, Raga?"
"Tentu saja Wildan."
Wildan membawa Raga ke ruang tamu untuk duduk di sofa. Tidak lupa dengan Aga yang menempel nempel padanya.
Akhirnya Raga menceritaka semua masa lalunya. Tentang bagaimana hubungannya yang ditentang oleh orang tuanya, sampai dengan dia yang akan mengambil Aga di usia Aga yang ke 16 tahun. Namun yang didapatkannya adalah Aga yang sudah tidak ada di rumah kakaknya-Tama.
Aga yang mendengar semuanya pun menundukkan kepalanya. Raga juga sudah menunjukkan foto kakek, nenek, Tama, Bryan , Argi dan juga Saras yang merupakan keluarga Aga dulu.
Kedatangan Raga kesini tidak lain dan tidak bukan adalah untuk membawa kembali Aga.
"Kamu pikirin lagi ya, daddy pulang dulu. Kalo kamu udah siap, telpon daddy," ujar raga sambil mengeluarkan kartu nama yang sudah ada nomor teleponnya.
Raga tau pasti anaknya masih syok. Makanya dia berusaha untuk memberi pengertian secara pelan-pelan dan juga waktu untuk memikirkan semuanya. Bagaimanapun Raga sudah tau apa yang sudah dilalui anaknya di masa lalu. Dia hanya ingin menebus segala waktu seharusnya dia berikan kepada putra semata wayangnya.
Setelah berpamitan, Raga lalu pergi. Meninggalkan Aga dan Wildan bersama pikirannya masing-masing.
***
"Udah sehat kamu?"
"Udah kok yah, lagipula bosen tiduran terus," ujar Zigas menjawab pertanyaan Wildan.
"Yang lain mana, yah?"
"Kakak kamu masih tidur, baru pulang subuh tadi. Kalo adek kayaknya juga masih tidur. Bentar ayah liat dulu."
"Biar Zigas aja, yah," tawar Zigas dengan melangkahkan kakinya ke arah kamar Aga.
Ketika masuk ke dalam kamar aga, yang terlihat adalah adiknya yang masih bergelung dalam selimut dengan kondisi membelakanginya.
"Dek, bangun ... bangunn! Dah siang," ujar Zigas sembari menggoyangkan tubuh Aga ke kiri dan ke kanan. Namun tidak ada respon seperti biasanya. Akhirnya Zigas membuka selimut dengan paksa. Dia melihat adiknya yang masih memejamkan matanya dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya.
"Yahh! Ayah!"
Wildan memasuki kamar Aga dan bertanya kepada Zigas ada apa.
"Adek kayaknya demam deh yah, daritadi gak mau bangun tapi tubuhnya panas."
Karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk membawa Aga ke rumah sakit, maka Wildan menghubungi dokter kenalannya untuk memeriksa Aga. Setelah beberapa menit dokternya pun datang dan mulai memeriksa Aga yang masih tidak sadarkan diri.
"Gimana keadaan anak gue, Ga?" Tanya Wildan pada temennya yang selelsai memeriksa anaknya itu-Saga.
"Anak lo demam, dan ini bisa terjadi karena efek hujan-hujanan maupun tekanan. Usahakan jangan membuat pasien berfikir terlalu keras. Selain itu kurangi begadang juga, kayaknya dia juga gak terbiasa sama begadang deh, makanya dia masih dalam kondisi tertidur. Infusnya kalo abis bisa dipasang sama Yasa kan?"
Setelah memberikan resep obat dan menjelaskan beberapa hal, Saga pamit undur diri. Wildan kembali ke kamar Aga dan melihat dua putranya yang lain sedang menjaga Aga. Ya, Yasa juga terbangun karena teriakan dari Zigas.
"Adek kenapa, yah," itu suara Yasa.
"Demam kak, masalah infus ayah serahin ke kamu ya," perintah Wildan pada Yasa dan dibalas dengan anggukan.
"Kok adek gak bangun-bangun, yah?"
"Adeknya kayaknya ngantuk deh Bang, jadinya gak kebangun. Udah tungguin aja, nanti pasti bangun kok," ujar Wildan menenangkan Zigas.
"Ada yang ayah bicarain sama kalian."
Wildan akhirnya menceritakan kejadian semalam, dimana Raga-ayah kandung Aga ingin membawa Aga pergi untuk tinggal bersamanya. Wildan juga berujar bahwa penyebab Aga demam kemungkinan saja karena terlalu stress dengan kejadian semalam. Dia berpesan kepada kedua anaknya untuk menghibur Aga agar tidak terlalu banyak pikiran.
Jangan lupa vote dan komen
![](https://img.wattpad.com/cover/357562289-288-k703585.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
XERAGRA
Teen Fictionkelanjutan dari book Rido Namanya XERAGRA RIDO MARGANTARA Panggilannya adalah Aga. Umurnya 16 tahun dan sudah menduduki bangku terakhir SMA. Remaja dengan sikap dinginnya. Baginya masa lalu adalah hal yang selalu ingin dihindarinya. Dia memutuskan u...