14

87 7 0
                                    

Happy reading






Ketika Aga menuruni tangga, Aga sungguh excited karena melihat Raga yang sedang duduk di bawah. Entah mengapa dia merasa rindu dengan daddy nya itu.

"Daddyy."

"Eh iya Ga, kamu makan gih. Daddy udah makan duluan tadi."

"Iya dad," Aga pun makan dengan cepat. Dia ingin menghabiskan waktu dengan daddy nya sebelum Raga berangkat ke kantor.

"Dad, nanti lembur gak? Aga pengin makan di luar deh."

"Kayaknya gak lembur. Yaudah nanti kita makan di luar. Kamu gak ada kelas hari ini?"

"Daring dad."

Setelah itu, Raga pamit karena harus ke kantor. Aga pun bersiap-siap  mandi dan berganti baju. Hari ini dia juga akan keluar dengan Bryan. Abangnya itu mengajaknya main dan Aga tentu menyanggupinya. Lagipula dia bosan di rumah seharian. Mau mengajak Fian keluar pasti belum bangun.

Aga melihat penampilannya di kaca menggunakan celana jeans hitam yang  dipadukan dengan kaus cream nya. Dia keluar ketika Bryan bilang bahwa dia sudah berada di depan rumahnya.

"Loh, kok kelasnya cepet Bang?"

"Iya, tadi cuma dikasih tugas aja. Yuk langsung gas aja kita," suruh Bryan pada Aga agar naik ke boncengan motor nya.

Bryan lamgsung melajukan motornya. Katanya kemaren Aga ingin pergi ke pantai. Ya, walaupun masih sekitar jam 10-an siang, mereka tetap kekeuh ingin ke pantai. Entah mengapa Aga ingin seklai pergi ke pantai dari kemaren-kemaren. Dia ingin mengajak Raga, namun dia tahu Raga sibuk. Ketika hari libur pun Aga masih segan kepada Raga untuk pergi ke pantai, karena takut daddy nya kecapekan. Kebetulan tadi malam Bryan bertanya apakah dia ingin main suatu tempat, Aga pun dengan antusias menjawab pantai.

Jarak pantai yang mereka tuju memang jauh. Mereka menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam untuk sampai di tempat tujuan. Namun, lama perjalanan tersebut tidak membuat mereka menyesal. Melihat deburan ombak dan pasir putih serta angin sepoi-sepoi yang menerpa wajah mengingat banyak pohon, benar-benar membuat Aga bahagia.

"Dek bentar dulu," Bryan menghentikan langkah Aga yang akan berlari menuju pantai.

Bryan memakaikan sebuah topi berwarna hitam ke kepala Aga.

"Lagi panas-panasnya, untung aja gue bawa topi."

"Lah, lo gak pake topi Bang?"

"Gak usah. Gue mah bocah petualang. Kaya gak tau aja, hahaha."

Aga hanya menganggukkan kepalanya tanda setuju mengingat sedari kecil, abangnya sering dimarahi ibunya karena selalu pulang sore entah dengan lumpur diwajahnya ataupun baju yang basah karena bermain di empang tetangga.

"Yuk, katanya mau megang air nya."

Aga pun berlari dengan antusias ke arah pantai dengan Bryan di belakangnya. Pantai nya memang tidak terlalu ramai mengingat sekarang bukan weekend, namun menurut Aga lumayan banyak orang walaupun siang. Kata abangnya pantainya akan bertambah ramai lagi ketika sore. Mereka mengejar sunset di pantai ini, karena terlihat jelas.

Aga dengan iseng melempar percikan air ke arah Bryan. Bryan pun tak mau kalah. Dia juga melempar air ke arah sang adik. Mereka menghabiskan waktu dengan saling berbicara mengenai kesibukan masing-masing. Tak lupa mereka juga berfoto, kalo kata Bryan mah biar semua orang tau kalo Aga tuh adeknya.

Benar kata Bryan, pantai nya semakin sore malah semakin ramai. Akses jalan yang mudah membuat pantai ini menjadi destinasi wisata favorit bagi para pengunjung yang kebanyakan mahasiswa. Karena penasaran dengan sunset nya, akhirnya Aga memutuskan untuk menunggu sunset terlebih dahulu.

"Itu tuh, sunset nya dek."

"Eh bagus banget ya, bang."

"Emang dek, lo lihat aja tuh orang-orang lagi foto bareng sunset. Terus nanti mereka posting dah di sosial media pake lagu galau."

"Iya Bang, kemaren temen gue juga ada yang buat story sunset pake lagu galau."

Mereka berdua tertawa bersama. Setelah puas melihat sunset, mereka pulang karena hari sudah menjelang malam.














Jangan lupa vote dan komen

XERAGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang