Tak terasa Aga dan Zigas sudah memasuki semester terakhir di kelas 12. Mereka begitu disibukkan dengan persiapan-persiapan masuk ke perguruan tinggi.
"Bumiii, jangan deket-deket elahh, gue lagi nulis nih."
"Ishh Bum minggir bentar deh."
"Ganggu bet sih lo sana mending sama Jeki noh lagi maling mangga."
"Bum-," ucapan Aga terpotong oleh Hima yang mengeluarkan suara.
"Kalian lagi ngapain sih, ribut banget deh."
"Ini Him, si Bumi gue lagi nulis ganggu banget dah," ujar Aga sambil menunjuk Bumi yang sedang memainkan hpnya sambil menyenderkan punggungnya ke arah Aga yang sedang mengerjakan tugas.
"Bum jangan ganggu!" Hima memerintah membuat Bumi yang mendengar memutar bola matanya malas, akan tetapi tetap menuruti perintah Hima. Baginya Hima akan menakutkan kalau marah, jadi Bumi gak berani cari masalah dengan Hima. Padahal mereka adalah teman sedari SD.
"Ehh kalian lulus dari sini mau masuk mana dah?" Aga bertanya kepada Bumi dan Hima.
"Kalo gue sih penginnya masuk Universitas sini aja dah, kampus favorit nomer satu tuh," jawab Bumi membuat Aga dan Bumi pun saling menyaut.
"Kok sama"
"Kok sama"
Membuat mereka bertiga saling menatap satu sama lain dan tertawa.
"Haha kayaknya kita emang sehati deh," ujar Aga karena ternyata mereka satu tujuan walaupun mungkin beebeda jurusan mengingat mereka bertiga memiliki kecenderungan yang berbeda-beda.
"Nanti nongkrong dulu kuy," ujar Bumi.
"Main ke rumah gue yok lah, maen PS kita," ajak Aga yang membuat kedua temannya yang lain menganggukkan kepalanya.
"Boleh tuh, udah lama juga kita gak ngumpul" ujar Bumi yang diangguki oleh Hima dan Aga.
Setelah bel pulang sekolah berbunyi, mereka langsung menuju rumah Aga dengan motornya masing-masing. Mereka memasuki bangunan megah yang nampaknya masih sepi akan penghuninya. Zigas tadi sudah berpesan pada Aga bahwa dia akan pulang malam.
"Kalian otw kamar dulu sana," perintah Aga pada Bumi dan Hima. Keduanya memang sudah beberapa kali main di rumah Aga, tentu sudah hapal dengan letak kamar Aga.
Aga melangkahkan kakinya ke arah dapur untuk mencari Bi Siti.
"Bi, tolong siapin camilan sama minuman ke kamr Aga ya Bi, ada Bumi sama Hima."
"Baik, Den Aga."
Aga pergi menuju kamarnya dan melihat kedua temannya yang sudah posisi siap bermain.
"Yang menang nanti lawan gue ya bro," kata Aga.
"Idihh yang gak pernah menang diem aja," jawab Bumi.
"Ahh dasar Bumi tukang kentut."
"Bocil diem aje yaa."
"Berisik," sentak Hima yang mendengar pertengkaran keduanya. Membuat Aga dan Bumi menghentikan pertengkaran mereka karena sudah diberi tatapan maut oleh Hima.
"Elo sihh."
"Elo lahh."
"Elo yaa!!"
Hima berdehem dan menatap tajam keduanya, membuat Aga maupun Bumi hanya nyengir.
Mereka pun melanjutkan permainan mereka. Mengabiskan waktu bersama di kala masih siswa menengah atas. Karena kedepannya mereka sadar akan kesibukannya masing-masing. Aga tidak pernah berharap lebih dengan yang namnya keluarga dan teman. Karena bagaimanapun mereka datang dan pergi begitu saja. Hanya saja menunggu waktu yang tepat. Itu adalah pemikiran Aga sekarang.
***
Aga memasuki rumahnya kembali setelah mengantar Bumi dan Hima pulang. Hari sudah malam, namun penghuninya belum ada yang pulang kecuali dirinya.
Saat akan memasuki rumahnya, handphone di genggamannya bergetar menandakan ada telepon. Dia melihat nama kakaknya-Yasa.
"Halo kak ..."
"Bisa tolong bawain baju-baju Zigas? Kakak sama Ayah ada di rumah sakit, Zigas drop lagi."
"Dimana kak?" Balas Aga dengan nada khawatirnya.
"Di rumah sakit Betara."
"Iya kak, Aga siap-siap dulu."
"Makasih dek."
Aga menyiapkan baju-baju Zigas ke dalam sebuah totebag ukuran sedang. Sebenarnya keadaan Zigas yang drop bukanlah hal yang pertama sejak Aga tinggal di keluarga Margantara ini. Apalagi memngingat pertemuan peetamanya dengan Zigas dan Yasa adalah di rumah sakit. Walaupun sampai sekarang keluarganya masih tutup mulut mengenai hal tersebut. Rido pun tak memaksa, karena dia sadar dia hanyakah orang baru di keluarga ini.
Rido menaiki motornya dan menjalankan dengan kecepatan sedang, mengingat hari sudah malam. Dengan waktu sekitar 30 menit Rido sampai di rumah sakit tempat Zigas dirawat.
Dia memasuki sebuah kamar VIP sesuai yang diberitahu oleh kakak pertamanya itu.
Membuka pintu dan melihat Zigas yang tengah berbaring dengan jarum infus di punggung tangannya.
Ada ayahnya yang sedang mengelus pergelangan tangan Zigas yang bebas dari infus, juga ada Yasa yang mengelus rambut sang adik. Sebuah pemandangan yang begitu harmonis walaupun tidak ada sosok seorang ibu.
Terkadang Aga iri melihat Zigas yang dilimpahi begitu banyak kasih sayang, walaupun dia tidak memiliki sosok ibu. Tidak seperti dirinya yang- ah sudahlah.
Aga mendekati tiga orang berbeda usia. Mata Zigas masih terpejam.
"Abang kenapa yah?"
"Abang kamu cuma kecapekan aja kok," jawab sang ayah.
Selalu jawaban itu yang Aga terima setiap dia bertanya kondisi Zigas. Aga pun tak bertanya lebih jauh, karena dia tau itu bukan ranahnya untuk bertanya walaupun dia sudah menjadi bagian dari keluarga Margantara.
Aga meletakkan barang-barang ayahnya di meja depan sofa yang ada di ruangan itu.
"Kamu udah makan?" tanya sang kakak.
"Belum nanti ajalah makannya."
Aga merebahkan tubuhnya di sofa, tubuhnya merasa lelah. Padahal dia tidak melakukan aktivitas yang berat. Matanya begitu berat. Perlahan-lahan matanya menutup.
Jangan lupa vote dan komen

KAMU SEDANG MEMBACA
XERAGRA
Teen Fictionkelanjutan dari book Rido Namanya XERAGRA RIDO MARGANTARA Panggilannya adalah Aga. Umurnya 16 tahun dan sudah menduduki bangku terakhir SMA. Remaja dengan sikap dinginnya. Baginya masa lalu adalah hal yang selalu ingin dihindarinya. Dia memutuskan u...