Happy reading
"Dad, sekolah Aga tetep kan?"
"Tetep kok dek."
Sekarang Aga sudah tidak canggung lagi dengan Raga. Dia merasa sangat nyaman, bener-benar nyaman. Dia merasa bahwa ini adalah rumah ternyamannya selama dia hidup.
"Aga tetep pake motor yang dikasih ayah aja dad," ujar Aga. Wildan memaksa Raga untuk membawa motor yang bisanya dipakai Aga sekolah.
"Daddy anter aja deh ya."
"Gak mau, orang sekolahnya juga deket kok. Pokoknya Aga mau naik motor aja!"
Raga yang mendengar hanya menganggukkan kepalanya. Selama anaknya senang, semua itu tidak masalah. Karena dia juga sudah mempekerjakan orang untuk menjaga anaknya dimanapun dia berada.
Mereka memakan sarapannya dengan tenang. Setelah itu, Aga menyalimi tangan Raga lalu pergi bersekolah. Tidak tau saja Aga bahwa dia diikuti oleh orang suruhannya. Bagaimanapun dia tidak ingin anaknya kenapa-kenapa.
***
Sesampainya di sekolah, Aga mendudukkan dirinya di bangku.
"Kemaren lo sakit apa bro," tanya Bumi.
"Cuma demam kok bro."
"Udah sembuh?" Hima bertanya.
"Udahh dong. Buktinya gue udah sekolah. Gimana sih kalian."
Aga juga tidak lupa bercerita pada kedua sahabatnya bahwa dia sudah tidak tinggal dengan keluarga Margantara lagi. Sebelumnya mereka juga sudah tahu bahwa Aga adalah anak angkat. Mereka bersyukur akhirnya Aga bertemu dengan orang tua kandungnya.
Saat bel istirahat berbunyi, mereka menuju kantin. Hima dan Aga mencari bangku kosong, sedangkan Bumi memesan makanan. Saat sedang mencari bangku kosong, Aga melihat sosok Zigas yang melambaikan tangan ke arahnya. Dia dan Hima pun mendekati mereka.
"Sini dek, duduk sini," ujar Zigas sembari menepuk-nepuk bagian kosong disebelahnya. Zigas mendudukkan dirinya di situ. Tidak lupa juga Hima yang duduk di samping Aga.
"Abang kangen banget tau gak si. Rumah jadi sepi tau gak. Nanti setiap hari libur kamu harus nginep ya dek," celoteh Zigas. Teman-teman Zigas yang melihatnya hanya tersenyum jijik melihat Zigas yang biasanya mukanya petentengan songong berubah menjadi lembut ketika berbicara dengan Aga.
"Iya bangg," jawa Aga seadanya.
"Pesanan datang~," ujar Bumi tiba-tiba.
Aga memesan nasi goreng dengan es jeruk sedangkan yang lain memakan bakso.
"Minta baksonya dong Bum," minta Aga karena tergiur dengan merahnya kuah bakso.
"Pedes banget ini, janganlah," saran Bumi karena dia memang penyuka pedas. Begitu juga dengan Hima yang kuahnya sama-sama memerah. Sedangkan Aga kurang bisa memakan makanan pedas.
"Nih punya gue aja," ujar Gama sembari menyodorkan mangkuk nya yang tinggal setengah.
"Makasih Bang Gama, baik dehh," seru Aga sembari memakan bakso Gama yang kuahnya tidak diberi sambal.
"Katanya lo kemaren sakit ya cil?" Tanya Deon.
"Iya Bang."
"Udah baik emang lo cil?"
"Ih Bang Deon banyak nanya, Aga jejelin juga nih bakso."
"Jejelin aja cil, seneng gua mah," cengir Deon.
"Suapin abang juga dong dek," rayu Zigas ikut menggoda adiknya, membuat Aga kesal.
"Ahh kalian sama aja! Yang beda emang cuma Bang Gama aja!"
Mereka makan diselingi canda tawa, begitu juga Bumi dan Hima yang ikut terlarut obrolan dengan teman-teman Zigas.
***
Pulangnya, Zigas menemani Aga ke parkiran. Setelah mengeluarkan motor, dia berucap kepada Aga untuk berhati-hati. Zigas masih berada di sekolah karena sedang ada kegiatan.
Setelah sampai di rumah, Aga langsung memasuki kamarnya dan berganti baju.
"Daddy belum pulang ya Bi?" Aga bertanya kepada salah satu pelayan yang berada di dalam dapur.
"Belum, den. Tuan Raga biasanya pulang malam."
Aga melihat hpnya. Daddynya mengirimi pesan untuk makan terlebih dahulu, karena dia akan pulang malam.
Aga pun memutuskan untuk makan terlebih dahulu. Jujur saja Aga merasa kesepian berada di rumah sebesar ini sendirian. Walaupun banyak pelayan dan satpam, namun tetap saja terasa sepi. Dia memainkan hp nya. Ada ajakan pergi dari Bumi dan Hima. Mereka mau berkumpul di rumah Bumi. Sudah lama juga Aga tidak main ke rumah Bumi. Aga pun meng-iyakan ajakan tersebut.
Setelah selesai memakan makanannya, Aga memutuskan untuk mandi lalu bersiap-siap ke rumah Bumi.
Dengan memakai setelan celana training dan juga hodie berwarna abu-abu, Aga menuruni anak tangga. Dia mengeluarkan motornya dari garasi.
"Mau kemana den?" Tanya satpam yang berjaga.
"Mau ke rumah teman pak, gak jauh kok rumahnya."
"Udah ijin sama Tuan besar?"
"Emm belum pak, tapi kalo udah sampe di rumah Bumi nanti Aga langsung telpon daddy kok pak."
"Iya den, jangan lupa kabarin tuan besar."
"Yaudah kalo gitu, Aga pergi dulu ya pak."
"Iya, ati-ati den."
Aga melajukan motornya dengan kecepatan sedang. Jarak rumah Bumi dengan rumah yang sekarang ditinggalinya jauh lebih dekat daripada ketika berada di rumah Wildan.
Saat sampai di depan rumah Bumi, Aga sudah melihat ada motor Hima. Dia turun dari motornya dan mengetuk pintu.
"Tok... tok... tok..."
Pintuk dibukakan oleh seorang wanita berusia 30-an tahun. Dia mamanya Bumi.
"Eh Aga udah lama gak main kesini. Tante kangen tau gak. Cia juga kangen kan, sama kakak Aga," ujar Sila-mama Bumi sembari bertanya kepada anak kecil di gendongannya.
"Kak Agaa," panggil anak 4 tahunan itu.
"Hehe iya tante, baru sempet. Mereka pada dimana?" Tanya Aga sembari membawa Cia ke gendongannya.
"Mereka di kamar. Sana ikut kekamar udah ditungguin sama Bumi sama Hima. Sini Cia ikut mama dulu, nanti ikut kak Aga lagi."
"Yaudah Aga ke atas dulu ya, Cia~"
Aga menuju kamar Bumi. Dari luar sudah terdengar suara genjrengan gitar. Pasti itu Hima yang sedang memainkan gitar Bumi. Selain itu, ada juga suara game online, pasti itu Bumi yang sedang bermain game di komputernya. Benar saja, ketika memasuki kamar Bumi, dia melihat Bumi yang sedang memakai headphone duduk di depan layar komputernya dengan Hima yang sedang asik bernyanyi-nyanyi kecil sembari memainkan gitarnya.
"Halo guyss," sapa Aga.
"Ehh dah sampe lo Ga, join sini lahh," ujar Bumi. Mereka lupa bermain sampai tak terasa waktu sudah malam.
Ketika membuka hp, Aga membulatkan matanya, dia lupa belum mengabari daddynya. Dia melihat puluhan pesan dan panggilan tak terjawab dari Raga.
Jangan lupa vote dan komen.
KAMU SEDANG MEMBACA
XERAGRA
Teen Fictionkelanjutan dari book Rido Namanya XERAGRA RIDO MARGANTARA Panggilannya adalah Aga. Umurnya 16 tahun dan sudah menduduki bangku terakhir SMA. Remaja dengan sikap dinginnya. Baginya masa lalu adalah hal yang selalu ingin dihindarinya. Dia memutuskan u...