17

93 6 2
                                    

Happy reading








"Dad..."

Raga menoleh melihat anaknya yang baru saja pulang.

"Eh udah pulang kamu Ga, oh iya Sandy bakalan nginep buat beberapa hari ke depan ya. Soalnya Tante Sarah ada kerjaan di Australia selama beberapa minggu ke depan."

"Oh iya, yaudah Aga mau ke kamar dulu ya Dad," pamit Aga yang dibalas anggukan oleh Raga.





Aga mandi, kemudian menuju ruang makan karena perutnya terasa sangat lapar.

Dia melihat di meja makan sudah ada daddynya dan juga Sandy. Aga duduk berhadapan dengan Sandy. Dia melihat keduanya sudah makan duluan terlihat dari nasinya yang sisa setengah.

Aga mengambil sedikit udang asam manis dan juga cah kangkung di hadapannya.

"Gimana kuliahnya Ga?" Tanya Raga pada Aga.

"Baik-baik aja kok, Dad."

"Oh iya Sandy juga udah daftar kuliah di PTS disini. Kapan masuknya?"

"Senin depan om."

"Kao kamu butuh apa-apa, minta tolong aja sama Aga ya, jangan sungkan. Lagian kan kalian juga seumuran."

"Iya om."

Aga hanya diam mendengarkan keduanya. Sejujurnya, ia tak masalah dengan kehadiran Sandy. Namun melihat tatapan Sandy ke arahnya yang menunjukkam raut wajah tak suka sungguh mengganggu Aga.

"Nanti tolong anter Sandy ke kamar tamu ya Ga. Daddy ada pertemuan penting malem ini. Kayaknya bakal pulang malem. Daddy mau siap-siap dulu.

"Iya Dad," jawab Aga.

Setelah Raga pergi, hanya tersisa Aga dan juga Sandy di meja makan. Sandy sudah selesai makan sedari tadi. Dia sedang memainkan gawai nya. Sedangkan Aga yang baru selesai makan pun melihat ke arah Aga.

"Yuk gue anterin ke kamar."

Sandy tak menjawab. Hanya diam, tapi tetap mengikuti kemana Aga pergi. Hingga sampai lah mereka di sebuah pintu berwarna putih yang berada di lantai dua.

"Ini kamar lo, kata daddy udah dibersihin kok. Barang lo juga udah masuk kan ya. Kalo gitu gue mau ke kamar ya."

"Iya," jawab singkat Sandy kepada Aga.







***





Hari berganti, minggu berlalu, dan tak terasa Aga merasa sang daddy mulai berubah. Apalagi kehadiran Sandy yang katanya cuma sebentar menginap di rumah ini. Namun, kenyataannya Sandy malah lebih sering mengina disini. Belum lagi sosok Tante Sarah yang juga sering mampir ke rumah walau hanya sekadar untuk memasak makanan untuk sarapan ataupun makan malam.

"Ga, katanya lo gak mau pulang kemaleman. Sana pulang, lagian tugasnya dah selese semua kan?"

Aga yang tersadar dari lamunanya hanya mengangguk.

"Gue pulang dulu ya," pamit Aga pada Fian.

Fian hanya mengangguk. Tidak lupa mengucapkan hati-hati kepada temannya itu. Setelah melihat motor Aga yang mulai menjauh dari pandangannya, baru Fian memasuki kos nya lagi.










Saat memasuki rumahnya, dia sudah melihat pemandangan yang tak asing kagi. Ya, pemandangan yang dulunya terasa asing sekarang sudah tak asing lagi baginya. Saking seringnya dia melihat ini.

"Eh udah pulang Ga, ayok ikut makan malem," ajak Tante Sarah padanya. Meja makan yang dulunya sepi, sekarang tampak ramai semenjak kedatangan Sandy dan Tante Sarah.

"Aga tadi udah makan sama temen Tan, ini masih kenyang," tolak Aga secara halus.

Aga tidak bodoh untuk mengetahui apa yang akan terjadi kedepannya. Waktu yang seharusnya banyak dia habiskan dengan sang daddy, kini hanyalah sebuah harapan. Nyatanya, sosok daddy baginya lebih sering menghabiskan waktunya untuk Tante Sarah dan Sandy. Selebihnya dia sibuk di kantor. Dia tidak pernah mengunjungi kamarnya seperti awal-awal dia disini. Aga masih ingat janji Raga ketika membawanya kesini. Oleh karenanya, dia yakin bahwa ini hanyalah masalah waktu.




























Jangan lupa vote dan komen

XERAGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang