10

115 9 0
                                    

Happy reading







Pada hari kedua, seluruh mahasiswa dikumpulkan untuk mendapatkan informasi mengenai seluk beluk dan juga berbagai macam kagiatan yang ada di kampus. Para mahasiswa hanya tinggal duduk dan memperhatikan pembicara. Aga hanya menatap bosan, disampingnya juga ada Fian yang sedari tadi mengomentari ini itu dan hanya dibalas deheman oleh Aga.

'Akhirnya selese juga,' batin Aga.

"Gue duluan ga, lo jadi dijemput kan?"

"Iya, jadi kok. Hati-hati bro," ujar Aga kepada Fian.

Aga sebenernya belum menghubungi Raga. Dia asal jawab aja tadi.

Aga mengeluarkan hp nya, dia ingi meminta jemput. Namun, saat ia mengecek hp nya mati. Ah iya, dia lupa bahkan sebelum berangkat saja baterai hp nya tinggal 10%. Mana dia tidak sempat mengecas hp nya.

Aga celingak celinguk kebingungan. Apakah dia akan menaiki bus? Tapi dia tidak tau rute ke rumahnya dan setahunya tidak ada bus yang melewati daerahnya ketika pulang. Dia juga tidak berani meminjam hp mahasiswa baru, karena mukanya asing semua.

Aga sangat ingin pulang sekarang. Tubuhnya sungguh capek. Tau gitu tadi dia menjawab belum pada Fian. Setidaknya dia bisa meminjam hp temannya itu. Sekarang dia menyesal berbohong kepada Fian.

Dia hanya berharap Raga menjemputnya, walaupun dia tidak mengabarinya. Aga menunggu hampir setengah jam. Apakah dia harus berjalan kaki? Tapi dengan jarak tempuh yang jauh, Aga ragu. Apalagi dengan kondisi tubuhnya yang sudah lemas.

"Kenapa belum pulang dek? Yang lain udah pada pulang loh," seseorang bertanya kepada Aga. Ahh dia mengingatnya. Dia adalah panitia yang menegurnya di hari pertama.

"Emm iya kak, nunggu jemputan."

"Ohh, yaudah kakak duluan ya dek. Jangan lupa besok masih ospek. Jangan sampe ada barang yang ketinggalan."

Aga bimbang, apakah dia harus meminjam hp kakak tingkatnya ini atau menunggu sampai sang daddy menjemputnya. Melihat sang kakak tingkat yang mulai melangkahkan kakinya menuju parkiran membuatnya memberanikan diri untuk meminjam hp panitia tersebut.

"Kak/Chris," bersamaan dengan itu, dari arah yang berlawanan, ada seseorang yang berteriak juga. Dia melihat kakak tingkatnya menoleh ke arah orang yang berlawanan dengannya.

"Dari mana lo," tanya Bryan pada Chris- sohibnya dari awal kuliah.

"Oh itu, ada maba yang belum pulang. Sebagai kating yang baik gue tanyain lah," jawab Chris.

Bryan mengikuti arah pandang Chris. Bryan yang merasa mengenal sosok tersebut akhirnya menghampiri seseorang yang ditunjuk Chris.

"Dek, belum dijemput?"

Aga yang ditanya oleh Bryan hanya diam. Dia menarik memegang kedua pundak Aga agar melihat ke arahnya. Aga pun hanya memundurkan langkahnya takut.

"Dia takut sama lo, Bry," ujar Chris sembari menarik tangan Bryan menjauh dari Aga.

"Lagian emang lo kenal, kok sokap sih," tanya Chris lagi.

"Adek gue."

"Ohh adek yaa ..., Hahh adekk??!" Kaget Chris. Karena setahunya temannya tidak pernah menceritakan sosok adik.

Tidak mengindahkan Chris, Bryan menatap Aga lagi dengan tatapan lembutnya. Untuk sesaat, membuat Aga terpaku.

"Lo belum dijemput? Om Raga sibuk? Lo gak bawa motor?" Tanya Bryan berturut-turut.

"Iya, hp gue mati. Baterainya abis," ujar Aga lirih.

"Yaudah gue anter."

"Gak usah."

"Ayo, udah mau malem ini. Lo juga capek kan? Mau istirahat?"

Akhirnya Aga pun menyetujuinya. Dia menunggu Bryan yang sedang mengambil motor ditemani oleh Chris.

"Jadi, nama lo Aga?"

"Iya, kak."

"Ohh kenalin, nama gue Chris. Temennya abang lo."

"Maaf ya, gue gak tau lo adiknya Bryan, tau gitu gu-"

"Titt .. titt."

Belum juga Chris menyelesaikan kalimatnya, suara klakson motor Bryan lebih dulu menyela.

"Duluan ya, Kak." Ujar Rido sembari berlari kecil ke arah Bryan.

"Duluan bro," ujar Bryan juga pada Chris.

"Yoo."










 

Jangan lupa vote dan komen

XERAGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang