15

30 2 0
                                    

Happy reading










Setelah mengantar Aga, Bryan langsung pulang karena ada urusan. Aga sampai rumah jam setengah delapan malam. Dia ingat janjinya dengan Raga untuk makan malam bersama. Maka, walaupun badannya terasa capek, Aga bersiap-siap karena Raga biasanya pulang jam delapan malam.

Aga menunggu di ruang tamu. Dia sudah bilang kepada pelayan untuk tidak memasak makan malam. Dia membuka hp dan mengirim pesan kepada Raga karena waktu sudah menunjukkan pukul setengah sembilan.


Daddyy

Jangan lupa nanti makan malem di luar ya dad ...

Daddy dimana?

Aga udah siap-siap nih

Dad??





Karena tidak ada satupun pesan yang dibalas, Aga memutuskan untuk menelpon daddynya saja. Siapa tau lupa kan? Namun, pada panggilan kelima tetap tidak diangkat. Aga pun tetap menunggu di sofa. Perut yang tadinya merasa lapar, sekarang sudah tidak lapar lagi. Aga jadi merasa bersalah pada dirinya sendiri. Pasti daddynya itu sedang sibuk dengan pekerjaannya, belum lagi beberapa hari ini Raga memang lembur. Seharusnya dia tidak terlalu memaksakan sesuatu. Ya, seharusnya dia tidak terlalu banyak keinginan ya?







"Den, bangun den," lengannya seperti di tepuk dengan pelan. Aga mengerjapkan matanya dan melihat pelayan yang biasanya bersih-bersih membangunkannya.

"Loh Bi, kok udah disini. Emangnya sekarang jam berapa?"

"Ini udah pagi den. Lagian aden kenapa tidur di sofa. Nanti badannya pegal loh."

Aga pun melihat hp nya dan melihat memang sudah pagi.

"Yaudah Aga ke kamar dulu ya Bi, oh iya bikinin ayam balado dong bi. Tapi jangan pedas-pedas ya," pinta Aga.

"Iya den," jawab pelayan tersebut.

Aga langsung saja ngacir ke kamarnya. Untung saja kelasnya siang, jadi dia tidak gugup. Belum lagi perutnya benar-benar lapar, karena terakhir dia makan bersama Bryan di pantai.

Dia melihat hpnya, siapa tau saja Raga sudah membalas pesannya. Namun, belum ada balasan yang ia dapat.

Setelah mandi, Aga langsung saja makan. Aga mengambil satu potongan ayam balado yang ada di mangkuk besar di hadapannya.

"Oh iya Bi, daddy belum pulang?" Tanya Aga karena dia juga tidak melihat mobil Raga di garasi.

"Kata Mang Ujang mah, bapak emang gak pulang dari semalem. Kayaknya nginep deh, den."

"Oh iya Bi, makasih."

Aga melanjutkan makannya dengan tidak selera. Dia bertanya-tanya mengapa Raga tidak menghubunginya.









***





"Makasih ya om, aku gak tau lagi kalo gak ada om gimana keadaan mama. Aku takut banget."

"Udah gak papa, sekarang mama kamu udah baik-baik aja kok. Yuk sekarang kita makan. Kamu belum makan kan dari tadi malem?"

"Yuk om!"





***





"Kenapa muka lo, dah kaya orang yang mikirin utang negara aja."

"Gak papa."

"Eh mau ikut organisasi gak? Atau UKM gitu??"

"Gak tau."

"Enaknya makan mie ayam apa bakso ya?"

"Terserah."

"Ga, lo kenapa sih daritadi, jawabnya udah kaya badan si Heli aja."

"Kenapa sama badan Heli?"

"Pendek."

"Oh."

Fian menghela nafasnya sabar. Dari sebelum kelas, sampai sekarang selesai kelas entah mengapa mood temannya itu buruk.

"Kalo ada apa-apa, cerita sama gue lah Ga. Nanti kita adu nasib."

Aga memberikan death glare pada Fian. Yang ditatap hanya nyengir kuda.

"Canda elahh. Kalo ada masalah cerita lah siapa tau gue bisa bantu. Gue juga kalo ada masalah pasti cerita ke lo kan? Lo udah gue anggep adek sendiri Ga," ucap Fian pada Aga.

Aga hanya tersenyum mendengar perkataan Fian.

"Makasih ya Yan, cuma masalah kecil kok. Udah gak badmood lagi gue. Gue main ke kosan lu yak," Aga berbicara sambil berlari menuju parkiran. Meninggalkan Fian yang masih melongo melihat moodswing Aga.

"Heh tungguin gue bocahh."
















Jangan lupa vote dan komen

XERAGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang