Bel sekolah sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Aga sedang piket, bersama dengan kawan lainnya yang memang jadwalnya piket.
"Eh Rev, ini kok gak bisa dihapus sih," tanya Aga kepada Reva yang sedang menyapu.
"Itu mah Bu Sri pasti pake spidol permanen lagi," ujar Reva
"Jukii, jukii sini dah bantuin gue."
"Nama gue Jeki, njirr."
"Alah sama aja," balas Aga
Setelah 10 menitan, mereka selesai piket. Mereka langsung keluar dari kelas. Ada yang duduk-duduk di gazebo sekolah, ada yang mengikuti ekstrakurikuler,dan banyak yang langsung pulang.
Rido tadinya ingin nebeng sama Bumi atau Hima, tapi mereka tadi buru- buru ada urusan.
Jadilah sekarang Rido berjalan ke kelas abangnya, Zigas. Soalnya kalo gak disamperin anaknya pasti ngikut anak yang lagi main bola. Entah itu sepak bola, basket, voli, ataupun olahraga bola yang lain.
"Bang Gamaa ...," panggil Rido melihat Gama yang masih di kelas dengan beberapa siswa lain. Kalo kata Aga mah, mereka pasti lagi gosip. Karena tidak melihat abangnya, Aga teepaksa memanggil Gama yang ada disitu. Dia tidak terlalu kenal dengan teman abangnya kecuali Gama dan Deon.
"Ehh ada Aga, ngapain ke sini? Nyariin si Zigas?"
"Iyaa Zigas nya mana Bang?"
"Lagi maen basket noh sama Deon."
"Indoor apa outdoor bang?"
"Indoor."
"Oke tengkyu abangkuh."
"Jijik Ga."
Aga hanya cengengesan. Setelah itu, dia menuju lapangan indoor yang ada di sekolahnya.
Dia bisa melihat Zigas yang sedang bermain basket dengan anak-anak yang mengikuti ekstra basket. Maklum, dia dulunya mantan kapten basket. Cuma ya, karena sudah kelas 12, jadi jabatannya harus habis.
"Zigass!" Aga mencoba memanggil nama abangnya itu. Namun karena terlalu menikmati permainan sampai tidak mendengar ada yang memanggilnya berkali-kali. Hingga pada akhirnya yang menyadari jika ada yang memanggil Zigas adalah adik tingkat kelas 10.
Zigas berhenti bermain dan melangkahkan kakinya ke arah Aga.
"Oh iya gue lupa, dek."
"Engga Zigas sengaja kok Ga," ujar Deon mengompori.
"Pokoknya mau gue aduin Papa!"
Inilah yang Aga khawatirkan kalo berangkat dengan abangnya. Paati dia harus menunggu beberapa menit bahkan pernah berjam-jam. Padahal kan Aga ingin rebahan, selain itu dia juga lapar. Tapi abangnya malah bermain. Padahal tadi pas berangkat dia sudah bilang untuk langsung pulang.
"Ealah cuma sebentar kok dek, yuk pulang," ujar Zigas sambil merangkul Aga dengan Deon dibelakangnya yang sedari tadi terus menggoda Aga.
Setelah mengambil tasnya, Zigas langsung keluar dari kelas. Mengabaikan panggilan dari teman- teman sekelasnya yang mengajak nongkrong.
"Gak dulu bro, ada tugas negara," ujar Zigas pada teman-temannya.
Aga mendahului Zigas ke parkiran. Dia sudah ada di parkiran, bahkan sedang mengeluarkan motor abangnya itu. Zigas yang melihatnya hanya tertawa. Pasti adiknya itu ingin rebahan.
"Yok bang!"
"Iyaa pake helm dulu."
Mereka akhirnya pulang dengan sekantong jajanan yang sudah Aga beli tadi ketika melewati pusat jajanan kaki lima. Ada pentol, batagor,siomay, dan ada juga es buah dan jus jambu di pelukannya.
Sampai rumah, dia langsung lari ke dalam rumah. Meninggalkan Zigas yang masih memasukkan motornya ke garasi.
Rumah masih sepi, karena ayahnya akan pulang jam 8 malam. Sedangkan Yasa sepertinya akan pulang tengah malam. Sekarang jam masih menunjukkan pukul 5 sore. Aga duduk di sofa dan memakan jajanan yang dia beli. Takutnya kalo dingin gak enak.
"Nih Bang, lo suka siomay kan, gue beliin nih," ujar Aga kepada Zigas yang sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk, maklum baru mandi.
"Ihh adek abang yang satu ini emang perhatian deh,"sahut Zigas memakan siomay yang sudah berada di piring.
"Bang, nanti temenin gue tidur ya."
Sudah menjadi kebiasaan bagi Aga tidur bersama salah satu anggota keluarganya. Kadang bersama sang ayah, Kak Yasa, ataupun Zigas. Entah kenapa rasanya Aga ingin tidur dengan Zigas. Mungkin sudah lama dia tidak tidur dengan abangnya yang satu itu.
"Siapp dek."
"Nanti abang mau keluar dulu tapi. Tenang aja gak pulang malem kok."
Aga hanya menganggukkan kepalanya, tanda setuju. Zigas memang mempunyai banyak kesibukan di luar rumah. Entah nongkrong ataupun melatih basket. Ya, bermain basket memang sudah menjadi bagian dari hidup Zigas.
Di rumah ini memang mempekerjakan ART dan tukang kebun yang merupakan sepasang suami istri yang sudah lama mengabdi di keluarga Margantara. Mereka dibuatkan rumah beberapa ratus meter dari rumah utama mereka ini. Ada juga satpam dan beberapa pekerja lainnya yang disediakan tempat tinggal pula, namun ada yang memilih pulang ke rumah masing-masing. Sang majikan pun tidak mempermasalahkan, yang penting ketika jam kerja mereka bekerja.
Malam tiba, dimana sang ayah kembali ke rumah. Mereka makan malam tepat setelah ayahnya mandi.
"Yah Zigas ijin keluar, mau main."
"Pulangnya jangan kemaleman, kamu taukan kalo kamu pulang malem apa yang bakal ayah lakuin?"
"Ishh iya yahh."
Sedangkan Aga sedang memakan makanannya sambil bermain hp, membuat sang kepala keluarga yang melihat langsung menegurnya.
"Makanannya dimakan dulu dek, jangan main hp."
"Iya, Yah," jawab Aga. Padahal dia sedang asik-asiknya menonton anime on-going.
Setalah makan malam selesai, Aga memutuskan untuk kekamarnya terlebih dahulu. Besok hari Sabtu, jadi Aga memilih untuk mengerjakan tuags-tugasnya. Sampai tak terasa sudah tiga jam Aga mengerjakan setengah dari semua tugas yang dia punya.
Bang Zigas
Dek, abang otw pulang. Mau nitip makanan gak?Martabak coklat keju bang
Oke
Setelah membalas pesan abangnya, Aga merapikan buku-buku yang berserakann di meja belajarnya. Dia memutuskan untuk menunggu Zigas di ruang tamu, sambil menonton TV.
Setelah menunggu hampir setengah jam, akhirnya Zigas pulang sambil menenteng pesanannya.
"Lama amat bang."
"Diserobot pesenan gue sama emak-emak anjir."
"Haha mamposs."
Aga pun memakan martabaknya, begiu pula Zigas. Aga dengan mertabak manisnya dan Zigas dengan martabak telurnya.
"Aduhh adek-adek gue makan martabak gak ngajak-ngajak," tiba-tiba suara Yesa terdengar dari belakang.
"Ish abang ngagetin," jawab Aga.
"Anda siapa ya?"
"Anjir banget lo Gas, sini gue minta!
Memang keluarga mereka adalah pecinta martabak telur, hanya Aga yang menyukai martabak manis.
Jadi Aga hanya menatap kedua abangnya dengan mulut yang terus mengunyah, sambil melihat keduanya sedang berebut martabak telur.Like and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
XERAGRA
Teen Fictionkelanjutan dari book Rido Namanya XERAGRA RIDO MARGANTARA Panggilannya adalah Aga. Umurnya 16 tahun dan sudah menduduki bangku terakhir SMA. Remaja dengan sikap dinginnya. Baginya masa lalu adalah hal yang selalu ingin dihindarinya. Dia memutuskan u...