8

116 9 0
                                    

Happy reading









Saat akan menelpon balik daddynya, Bumi memanggilnya. Katanya ada seseorang yang mencarinya. Saat turun ke lantai bawah, dia melihat daddynya yang sedang duduk di ruang tamu dengan ayah Bumi.

"Dad.."

Raga yang melihat Aga pun langsung bertanya kepada anaknya, mengapa tidak mengabarinya terlebih dahulu. Saat bertanya satpam di rumahnya, katanya anakanya akan pergi ke rumah temannya dan akan mengabarinya saat sampai. Namun, hingga malam tiba, Aga tidak mengabari apapun. Terlebih lagi hp anaknya juga tidak bisa dihubungi. Raga tentu saja khawatir.

Namun, karena dia juga memiliki bodyguard yang selalu mengawasi anaknya itu, dia langsung mendapatkan lokasi dimana putranya berada dengan cepat.

"Aga lupa," ujar Aga sambil memamerkan senyumnya.

Raga pun berpamitan dengan sang pemilik rumah. Tak lupa Aga juga berpamitan dengan Bumi dan Hima. Sebenarnya dia agak malu dengan kedua temannya, masa udah gede masih dicariin. Apalagi melihat muka mengejek Bumi tadi, ahh pasti dia akan diejek besok.

Aga duduk di samping Raga. Mereka berada di dalam mobil. Motornya dibawa oleh orang suruhan Raga.

"Kalo mau pergi selalu kabarin dek."

"Iya, Aga lupa dad. Maaf .."

"Iya gak papa, daddy cuma takut kamu gak betah di rumah. Rumah pasti sepi yaa. Mulai sekarang daddy bakal sering di rumah kok," ujar Raga. Dia akan lebih sering meluangkan waktunya di rumah, janjinya dalam hati.

"Iya gapapa, yuk masuk. Kita makan malem bareng," ajak Raga ketika mobil sudah memasuki pekarangan rumah.

Aga langsung digiring menuju meja makan yang sudah tersaji banyak hidangan. Melihat ada ayam balado, Aga pun langsung excited. Raga yang melihatnya hanya terkekeh geli.

"Sini piringnya."

Raga mengambilkan nasi untuk anaknya. Aga yang merasa mendapat perlakuan spesial benar-benar senang. Aga tak pernah merasakan kasih sayang dan perhatian sebesar ini sebelumnya.

"Makasih daddy."

"Makan yang banyak. Ayah sengaja minta masakin ayam balado."

"Siap dad ."

Mereka makan dengan tenang. Setelah makan Raga langsung menyuruh Aga untuk beristirahat.

Aga memasuki kamarnya dengan perasaan senang. Jadi seperi ini rasanya mempunyai keluarga. Sekarang bolehkah ia berharap lagi dengan keluarga kandungnya yang asli? Ya, dia berharap bahwa daddynya akan selalu menyayanginya. Tidak seperti orang-orang di masa lalunya.






***








3 bulan kemudian

Tak terasa hari ini adalah hari kelulusan. Aga tak menyangka bahwa masa SMA nya sudah berakhir. Aga sudah terdaftar di perguruan tinggi favorit di daerahnya. Tapi untuk Bumi dan Hima, takdir berkata lain. Mereka lolos di universitas luar kota. Mau tak mau mereka pasti akan jarang bertemu. Tapi Aga tak bersedih. Selama tujuannya masa depan, dia akan selalu men-support kedua sahabatnya itu.

Aga masuk ke jurusan manajemen bisnis. Sebenarnya dulu Aga berniat masuk jurusan psikologi, namun ketertarikannya berubah setelah dijelaskan sedikit mengenai bisnis oleh ayahnya. Dia berniat untuk memasuki jurusan itu. Raga pun tak memaksa anaknya untuk memilih jurusan ini. Bahkan waktu anaknya bilang dia ingin mempelajari bisnis lebih dalam, dia bertanya apakah itu memang keinginan dirinya sendiri. Dan dengan tegas Aga menjawab bahwa dia memang tertarik dengan bisnis. Raga yang mendengarnya tentu ikut senang, karena bagaimanapun Aga adalah anak satu-satunya.



***





Setelah menjadi pengangguran yang menghabiskan waktu bersama dengan Bima dan Hima, sekarang adalah hari pertama Aga berkuliah. Ahh dia jadi kangen dengan kedua orang itu.

Aga sudah menyiapkan semua keperluan yang dibutuhkan untuk ospek hari pertamanya. Tidak lengkap rasanya jika panitia tidak meminta hal yang aneh. Aga sudah membawa caping, nametag dengan tali rafia, dan juga camilan-camilan yang namanya dia gak habis fikri.

"Gak ada yang ketinggalan dek?"

"Aman dad," jawab Aga. Setelah itu menyalimi tangan Aga, untuk kemudian masuk ke dalam bangunan besar yang akan menjadi tempatnya menuntut ilmu beberapa tahun kedepan.

Aga mencari letak Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Untung saja sebelum ospek, dia sudah tour universitas terlebih dahulu. Jadi dia tak terlalu bingung. Setelah menemukan fakultas yang ditujunya, dia langsung ikut berbaris dengan anak anak yang lain.

"Heh dek!! Capingmu mana!"

Aga yang merasa tatapan kakak panitia menatapnya pun mengernyit heran.

"Saya kak?"

"Iyalah kamu, siapa lagii coba."

Aga memegang kepalanya. Lohh bukankah dia tadi sudah membawanya, ohh tunggu. Jangan-jangan ketinggalan di mobil. Mana dia taruh di jok tengah lagi. Pasti daddynya tak akan sadar. Mau menelpon pun, sudah terlamat mengingat acara akan dimulai beberapa menit lagi.

"Ketinggalan kak."

"Kamu ngikut yang lain dulu. Tapi kalo nanti kamu jadi sasaran panitia lain itu salahmu sendiri yaa."

Aga yang mendengar pun hanya mengucapkan terima kasih kepada pamitia tersebut.

Dia duduk sembari memperhatikan banyak anak yang seperti dirinya. Ada yang sedang berbincang dengan sebelahnya, ada juga yang hanya diam-diaman saja.

Bahu aga ditepuk dari sebelah kanannya, Aga pun meoleh.

"Hai namanya siapa?"

"Aga, nama lo siapa?"

"Nama gue Fian. Btw lo prodi manajemen bisnis kan?" Tanyanya sembari melirik nametag yang dikenakan Aga.

"Iyaa,lo ..."

"Gue juga. Kita satu prodi. Akhirnya dapet temen yang sejurusan juga. Daritadi gue kenalan dapetnya beda jurusan."

Aga hanya tersenyum mendengarnya. Sepertinya Fian ini tipe orang  seperti Bumi. Berisik.

"Eh panitianya nanti marah-marah gak ya. Katanya kan senioritas di fakultas ini tuh masih kerasa."

Aga yang mendengarpun menanggapi.

"Gak tau sih gue. Kita liat aja nanti."

"Iya sii, siapa tau mereka gak kaya yang sebelum-sebelumnya ya. Ehh lo tau gak sii gu-"
















Jangan lupa vote dan komen

XERAGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang