9

51 3 0
                                    

Happy reading












"Itu yang dibelakang dengerin gak?"

Belum sempat Fian menyelesaikan ucapannya, ada panitia yang menegur mereka. Ternyata acaranya sudah mau dimulai. Fian dan Aga pun kicep. Setelah itu mereka mendengarkan apa yang sedang panitia itu ucapkan.

Pertama-tama, ada perkenalan dari panitia ospek yang akan membimbing mereka selama 3 hari ke depan. Aga hanya melihat itu sambil memakan camilan yang dia bawa.

"Nah selanjutnya ada ketua ospek fakultas kita tahun ini. Silahkan buat paketu..."

"Nama Saya Bryan Hegrotama. Kalian bisa panggil saya Kak Bryan. Have fun aja ospek kita ya. Kalo kalian kesulitan kalian bisa minta tolong kakak-kakak panitia ...."

Aga yang awalnya hanya menunduk karena tak memakai caping, sedangkan panas matahari sangat menyengat, mendongakkan kepalanya dengan cepat ketika mendengar nama yang tidak asing tertangkap indra pendengarannya.

Di depannya ada sosok dari masa lalunya. Abang yang dulu selalu bersamanya, ah tapi bukankah hubungan mereka sekarang hanya sebatas sepupu, itupun kalo Bryan mau mengakuinya.

Aga bertanya-tanya apakah daddynya juga tau bahwa keponakannya berkuliah disini. Selama perkenalan oleh Bryan, Aga hanya menundukkan kepalanya, tidak menoleh sekalipun ke depan mengingat orang yang sedang berbicara benarlah Bryan-abangnya dulu.

Aga akan mencoba untuk menghindari Bryan. Mungkin susah, mengingat tandanya mereka satu fakultas. Aga hanya berharap mereka tak satu jurusan. Acara pun terus berlangsung sampai sore. Selama itu pula Aga juga berkenalan dengan banyak teman walaupun dia tidak ingat siapa saja tadi yang mengajaknya berkenalan. Dia hanya mengingat Fian saja. Lagipula daritadi Fian terus mengekor dirinya, gimana dia gak hapal coba.

Aga pulang dengan menaiki ojek online. Ayahnya ada pertemuan penting, jadi tak bisa menjemputnya. Lagipula dia sebenarnya ingin naik motor tapi tidak diperbolehkan. Katanya nunggu kalau ospeknya sudah selesai.

Fian sudah pulang terlebih dahulu. Dia juga tadi menawarinya tumpangan, namun karena arah rumah mereka berbeda, Aga tak mau merepotkan. Lagipula mereka sama- sama capek. Aga menunggu driver nya datang di cafe depan universitas, mengingat gerbang universitas benar-benar padat dengan maba seperti dirinya.

"Lama banget sih," Aga menggerutu sendiri karena driver nya tak kunjung datang. Padahal jarak ke arahnya tak terlalu jauh. Tapi mengingat kota yang ditinggalinya terkenal dengan kemacetannya yang parah, jarak dekat pun pasti terasa jauh.

Saat sedang melihat-lihat jalanan, Aga dikejutkan dnegan seseorang yang menepuk pundaknya.

"Dek ..."

Ya, itu adalah Bryan. Susah payah Aga menghindar saat ospek, eh sekarang orangnya malah berada di depannya. Aga tidak tau bagaimana harus bereaksi. Pertemuan terakhir yang begitu mengecewakan membuatnya ragu untuk bereaksi seperti layaknya sepupu.

"Dengan mas Aga?" Tiba-tiba ada suara driver ojek yang bertanya.

"Iya pak, cepetan bisa gak pak? Saya buru-buru nih," ujar Aga dengan tergesa, lalu naik ke atas jok motor. Meninggalkan seseorang yang menatapnya dengan sendu.

"Lo ngapain disini Bry?"

Bryan yang ditepuk pundaknya pun hanya menggeleng menjawab pertanyaan dari temannya itu.







***






Setelah sampai di rumah, Aga hanya memikirkan mengenai pertemuannya dengan Bryan. Dia akhirnya memutuskan untuk mandi terlebih dahulu.

Setelah itu dia menuruni untuk mengisi perutnya. Dia memakan malamnya sendiri, karena Raga masih ada rapat.

Dia menuju ruang keluarga. Menyalakan tv dan tiduran dia atas sofa. Dia memainkan hp nya. Tadi dia sudah bertukar nomor hp dengan Fian. Mereka membahas apa saja yang akan mereka bawa besok. Tidak lupa Fian juga mengingatkan agar Aga tidak melupakan barang apapun.

"Kamu udah makan dek?" Tanya Raga melihat Aga yang sedang memainkan hp nya.

"Udah dad," jawab Aga. Raga mendudukkan dirinya di sofa sebelah Aga setelah Aga mendudukkan dirinya.

"Gimana hari pertamanya?"

"Biasa aja dad. Oh iya, aku mau tanya sesuatu sama daddy," ujar Aga dengan raut wajah bimbang nya.

"Tanya apa?"

"Emm, daddy tau kalo Bang Bryan kuliah di situ?"

Melihat sang daddy yang hanya diam, Aga paham bahwa dadynya memang tau ini semua dari awal.

"Tadi Aga ketemu sama Bang Bryan. Tapi kita belum sempet bicara. Lagipula Aga juga gak mau ketemu lagi sama Bang Bryan."

"Maafin daddy, dek ..."

"Iya gapapa kok dad. Aga mau ke kamar dulu. Daddy jangan lupa makan malem."

Raga hanya menatap kepergian anaknya dengan lesu. Dia hanya ingin mendekatkan mereka lagi. Lagipula dia sudah melihat raut menyesal dari keponakannya itu. Dia berharap bahwa dengan adanya Bryan di sana memudahkannya untuk dapat mengawasi Aga. Apalagi dengan mereka yang satu jurusan membuat intensitas mereka bertemu lebih sering. Dia paham, anaknya juga butuh waktu setelah semua yang dihadapinya.



















Jangan lupa vote dan komen

XERAGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang