16

31 4 2
                                    

Happy reading







Aga memasuki rumahnya dan melihat presensi sang daddy yang sedang tiduran di sofa. Dia langsung mendekat dan mencoba membangunkan karena takut badannya pegal-pegal.

"Dad ... dad ..."

"Loh Ga, kamu udah pulang?"

"Iya Dah. Oh iya,  kok kemaren gak pulang? Mana telpon Aga juga gak dibales."

"Oh iya dari kemaren daddy emang gak pegang hp. Tante Sarah sakit, dia tuh temen daddy waktu di Australia. Daddy aja baru tahu dia pindah kesini beberapa hari yang lalu. Jadi Sandy kemaren panik karena tante Sarah sakit. Daddy akhirnya nginep deh karena gak tega sama Sandy sendirian."

'Aku juga sendirian dad,' batin Aga.

"Ohh iya, yaudah Aga ke kamar ya Dad," Aga memilih untuk pergi ke kamarnya saja. Jujur saja mendengar ucapan daddy nya itu, dia merasa bahwa dia bukanlah prioritas.

Aga yang melihat wajah murung Aga merasa bersalah. Dia sadar dia bukanlah seorang ayah yang baik. Jauh dari anak bertahun- tahun membuat Raga justru lebih dekat dengan Sandy. Baginya Sandy bisa mengobati rasa rindunya kepada Aga kecil. Apalagi mereka seumuran. Namun dia sadar sekarang Aga sudah ada di hadapannya. Namum, rasa sayangnya pada Sandy juga sama besarnya dengan rasa sayangnya pada Aga. Ya, Raga merasa dia harus belajar lebih banyak lagi untuk menjadi ayah yang baik untuk Aga.

"Tok ...tok ... tok... ."

"Iya, bentar."

Aga membuka pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintunya.

"Oh daddy, ada apa dad?"

"Mau makan malam di luar?" Tanya Aga. Dia baru saja melihat hp nya dan melihat pesan dan panggilan dari anaknya kemarin. Dia juga bau ingat bahwa dia memiliki janji untuk makan malam bersama anaknya.

"Emm, maaf dad. Tapi tadi Aga udah makan sama teman Aga," ujar Aga. Sebelum pulang, Fian mengajaknya untuk makan pecel lele tadi. Mana porsinya besar lagi, jadi Aga masih merasa kenyang.

"Oh yaudah, kalo gitu langsung tidur aja ya. Besok ada kelas?"

"Ada dad," jawab Aga.

"Yaudah daddy mau ke bawah dulu," pamit Raga. Dia sebenarnya ingin quality time dengan Aga. Namun, dia tau anaknya juga punya kesibukan.

Aga menutup pintunya. Dia memegang dadanya. Dadanya terasa nyeri. Memang biasanya nyeri, namun kali ini rasanya berbeda. Rasa nyeri itu jauh berkali kali lipat lebih sakit. Dia sebenarnya ingin turun ke bawah, menemani sang daddy makan. Namun, dia tak mau ayahnya melihat dirinya yang sedang kesakitan ini. Aga berfikir ini pasti nyeri biasa, nanti juga hilang.

***


"Mau ngerjain kapan Ga?"

"Abis ini aja kali ya, ke kos lu ya," jawab Aga pada Fian.

Aga melihat jam tangannya yang menunjukkan pukul 2 siang. Kelas keduanya diakhiri dengan tugas kelompok berisi dua orang. Aga tentu saja sekelompok dengan Fian. Karena tugasnya masih ringan, Aga berfikir untuk langsung mengerjakannya saja agar tak menumpuk. Fian pun menyetujuinya.

Aga hari ini tidak membawa motornya, entah mengapa dia sedang malas. Jadi tadi Aga diantar oleh Mang Ujang dengan motornya.

"Gue bonceng ya, gak bawa motor."

"Loh tumben lo Ga."

"Lagi gak enak badan gue tadi pagi."

"Sekarang?"

"Udah gak kok. Yuk otw."


















***






Aga sampai di rumah pada malam hari. Dia sebelumnya sudah ijin kepada Raga bahwa dia ada kerja kelompok dengan Fian. Lagipula daddy nya juga sudah pernah bertemu dengan Fian waktu Fian main ke rumahnya.

Saat melewati ruang tamu, biasanya Aga hanya menemukan sepi ataupun melihat Raga yang duduk di ruang tamu dengan tv yang menyala jika sedang tidak lembur. Namun kali ini agaknya berbeda. Dia merasa ruang tamu kali ini terasa lebih hidup.

"Dad."































Jangan lupa vote dan komen

XERAGRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang