05

809 81 1
                                    



Maaf jika membosankan.



Tirai cahaya terlihat indah di pagi hari kicauan burung berirama dengan merdunya kesejukan menyambut aktivitas semua makhluk. Suara kebisingan pagi hari telah terdengar mulai dari ibu yang sibuk rumpi sambil memilah-milah sayur yang dijual pedagang keliling sampai suara bising kenalpot tua para bapak-bapak menuju area persawahan.

Dengkuran halus masih mendominasi seisi ruangan sunyi dan sepi tak ada yang menggangu aktivitas mereka. Perlahan sayup mata terbuka merasakan pancaran tirai cahaya hangat menyentuh sebagian wajahnya. Ia menggeliat dalam tidurnya kembali memposisikan diri dengan nyaman. Ia membenarkan posisi kepalanya, terdengar erangan halus diatas kepalanya membuat matanya terbuka lebar. Ia terkejut ketika melihat makhluk lain yang ia peluk sontak ia mendongak dengan cepat sampai terjadi benturan dagu dan dahi yang begitu keras.

Benturan itu sontak membangunkan dua insan dari tidur pulas nya. " Eh maaf maaf, sakit ya?!." Sambil mengusap rahang Khala.

Khala hanya menggeleng memeluk Icha dari belakang dan menyembunyikan wajahnya di belakang leher Icha. Ia mencoba menggesekkan ujung hidungnya di leher Icha dan mengelus perut gadis didepannya ini.

Ketegangan kembali ia rasakan hembusan dan gesekan berganti menjadi kecupan dan juga lumatan. Apakah ini pantas dilakukan pagi hari?.

Ahh, ia hanya mampu menggigit bibir menahan semua erangan yang keluar. " Khala emmh." Ia mencekam lengan Khala yang terus mengelus perutnya dari dalam piyama. Tapi seperti sama seperti sebelumnya, bukan keras kalau bukan kepala Khala, ia terus mengecup leher jenjang Icha yang mulai basah. Menurutnya aroma tubuh gadis ini begitu candu baginya. Semakin lama kesadarannya hilang, yang awalnya hanya jail tapi kini ia terpancing dengan aroma dan juga erangan yang keluar dari mulut Icha. Perlahan ia menaikkan jemarinya memberikan elusan lembut pada belahan yang tak terlihat.

Icha berusaha menarik tangan Khala agar tidak semakin jauh menyentuh area sensitifnya. Tak lama tangan itu terlepas ketika seseorang mengetuk pintu kamar dan memanggil salah satu dari mereka. " Icha kamu di dalam." Mengenali suara itu Icha langsung bergegas bangkit dan keluar dari kamar.

Dengan penampilan yang berantakan ia begitu terkejut ketika melihat orang dihadapannya. Ia mengira kedua sahabatnya yang membangunkannya terlihat perempuan paruh baya menatapnya dengan intens.

Bu Zahra memerhatikan penampilan Icha, rambut acak-acakan dua kancing bawah piyama yang terbuka dan keringat yang membasahi dahi dan lehernya. Bu Zahra menatap gadis yang menunduk dengan curiga, apa yang membuatnya sekacau ini?.

Icha yang mengerti dengan tatapan Bu Zahra ia segera berpamitan untuk ke kamarnya sebelum ia di interogasi.

Sedangkan Bu Zahra mencoba membuka pintu kamar sang putri untuk menanyakan rasa curiganya. Tapi naas dengan cepat pintu itu telah terkunci dari dalam sedangkan orang di balik pintu itu enggan menjawab panggilannya. Apa yang mereka lakukan?.

__________




Pagi berganti siang, siang menjadi sore, sore menjadi tempat tongkrongan yang nyaman bagi penikmat penanti senjata. Begitu juga dengan Khala dan ketiga sahabatnya, duduk santai di bebatuan pinggiran kali kecil sebagai pengairan utama bagi para petani. Ditemani hangatnya kayu yang terbakar dan juga aroma gosong kulit ikan yang di panggang memanggil nafsu untuk memakannya.

Disaat ketiga sahabatnya menyiapkan ikan Bakaran mereka Khala hanya bermain air sambil melihat gadis yang terus mencuri perhatiannya. Rambut kecoklatan yang menari mengikuti angin pencahayaan senja yang membuatnya sangatlah cantik. Apakah ia benar-benar menyukai gadis itu atau hanya sekedar tertarik seperti sebelumnya?.

K H A U L A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang