14

498 73 3
                                    

Maaf jika membosankan.









Sore ini semua penghuni rumah dikejutkan dengan kedatangan Bu Zahra beberapa warga dan juga dokter. Dengan tergesa-gesa mereka memasuki rumah dan terlihat ada dua orang yang dibopong.

" Taruh di sofa dalam." Ucap Bu Zahra membimbing warga agar meletakkan kedua mahasiswa di ruangan keluarga.

Mahasiswa yang awalnya mengerjakan beberapa berkas agenda  mereka, menyingkir dari sofa agar para bapak-bapak bisa menaruh orang yang mereka bawa.

Terlihat kedua mahasiswa itu, Rian dan Erga pingsan dengan luka pukulan yang ada di wajah mereka. Para mahasiswi dengan cekatan ikut membantu dokter untuk membersihkan luka temannya.

Rachel yang terlihat khawatir mencoba menanyakan kepada Bu Zahra apa yang sebenarnya terjadi pada temannya, tapi Bu Zahra juga tidak mengetahui pastinya. Ia diberi tahu warga jika ada mahasiswa yang tergeletak di jalanan penghubung antara desa.

Selang beberapa lama terdengar adanya suara erangan dari salah satu korban, Rian. Icha yang sebelumnya membantu mengobati luka Rian, mendekat dan memberikan segelas air putih untuk diminum. " Pelan-pelan." Ujarnya.

Setelah menyelesaikan minumnya Rian sudah dicecar oleh Bu Zahra tentang siapa yang membuat mereka seperti ini. Rian menunduk takut mendengar pertanyaan itu, membuat Bu Zahra mencoba menyakinkan dirinya agar menjawab pertanyaannya.

Icha yang berada di samping Rian mengerti tatapan kosong yang ditujukan pemuda itu padanya. Bersamaan dengan itu datanglah seorang gadis yang menarik atensi mereka.

Icha segera bangkit menghampiri gadis itu dan menariknya ke lantai dua menuju kamar. Setelah menutup dan mengunci pintu, Icha dengan kesadaran penuh memberi tamparan keras pada pipi gadis itu. " Kamu kan yang membuat kak Erga sama Rian luka sampai pingsan."

Bentakan dan tamparan keras membuat gadis itu tertunduk dengan tatapan kosong. " Kalau ada masalah kenapa harus pakai kekerasan, hah!. Mau jadi jagoan kamu hah, iya!?."

Icha terus mengeraskan suaranya membuat matanya memerah. Sedangkan gadis yang ia bentak masih menunduk entah apa yang sedang dipikirkan olehnya.

" Jawab aku Khala, kemana nyali kamu tadi?." Icha tak henti-hentinya mengeluarkan urat lehernya, memegang dagu gadis didepannya agar menatapnya.

Khala menatap mata yang selalu memberinya tatapan penuh kasih namun sekarang mata itu memerah penuh amarah.

" Berhenti ngelakuin hal yang membuat kamu bahaya, aku gak mau kamu kenapa-napa."

Isak tangis terdengar dari gadis yang kini mulai menundukkan kepalanya. Tubuhnya bergetar tenggelam dalam tangis, ia marah kecewa dan juga takut. Ia takut jika ada hal yang membuat gadisnya terjerat dan ia juga takut jika hal itu biasa membuatnya jauh dari gadisnya.

Khala mendekat merengkuh tubuh itu mencoba menenangkan dengan usapan lembut yang dia berikan.

" Aku gak mau kamu terjerat setelah apa yang kamu lakuin, aku gak mau jauh sama kamu." Icha terus terisak dalam pelukan Khala, banyak sekali hal-hal yang ada dipikirannya.

Khala terus menenangkan gadis dipelukannya, mengelus punggung gadisnya agar sedikit tenang. Setelah merasa tenang, Khala melepas pelukan memegang kedua pipi Icha mengusap air mata yang masih tersisa. " Maaf udah buat kamu khawatir, maaf udah buat kamu nangis dan semarah ini ke aku. Tapi ini bukan aku yang ngelakuin in....

Dengan cepat Icha melepas paksa kedua tangan Khala yang ada di pipinya. " Terus kalau bukan kamu siapa?, anak buah kamu, iya!?." Ucapnya kembali membentak. " Itu sama aja, kalaupun ada apa-apa kamu juga ikutan?!. Stop untuk membuat semua orang rugi dengan apa yang kamu lakukan. Aku cuma punya kamu khal."

Khala tak kuasa melihat mata coklat kesukaannya terus meneteskan air mata. Ia memeluk kembali tubuh yang mulai bergetar. Ia terus melontarkan ucapan maaf telah membuat gadis kesayangannya sekacau ini.

" Hei, udah ya nangisnya!." Ucap Khala sambil mengusap pipi Icha yang terus basah. " Dengerin aku, aku gak pernah nyuruh mereka buat ngelakuin penyerangan, itu inisiatif mereka. Eza tau kamu hampir dilecehkan dari kak Rachel, itu yang membuat dia gak terima. Aku teman dia, kamu juga temannya kak Rachel mangkanya dia sama anak-anak yang lain ngelakuin itu. Mereka teman-teman aku dan apapun masalah yang menyangkut aku atau orang yang paling penting di hidup aku, itu juga masalah mereka. Dan termasuk kamu." Ucapnya dengan lembut.

" Tapi itukan juga bahaya."

Khala yang mendengar nada bicara Icha penuh isakan membuatnya terus merasa bersalah. Ia memberikan senyuman memberi elusan lembut dan kecupan di bibir Icha. " Hanya disini?." Tanyanya dan dijawab dengan anggukan kecil.

Khala perlahan mendekatkan bibir mereka mengecup dan melumat bibir ranum kesukaannya. Ia memegang pinggang dan juga leher Icha agar ciuman mereka semakin dalam dan penuh nafsu.

Icha yang merasa tidak nyaman mencoba memukul dada Khala agar melepaskan pelukannya. " Ish, gak usah kasar!." Sedangkan sang empu hanya tersenyum dan berganti mencium rahang dan turun ke lehernya.

Icha sedikit menjambak rambut gadis yang terus mengecup dan membasahi leher jenjangnya. Ia tak kuasa menahan erangan yang keluar dari mulutnya. " Jangan dihis.... Akhhh." Belum sempat ia melarang Khala untuk memberinya tanda tapi gadis itu dengan kuat menghisap kulit halusnya.

Khala yang tak kuasa menahan nafsu mengelus pinggang Icha dengan kedua tangannya. Memberi rangsangan lebih pada gadis yang sudah tidak berdaya dibuatnya. Khala memasukkan tangannya mengelus perut halus Icha dan mencoba untuk puncak yang belum pernah ia gapai.

Icha yang sadar dengan gerakan gadis didepannya, memegang tangan yang akan melampaui batas. Ia menatap wajah yang penuh harap padanya, ia tersenyum dan mengecup bibir itu dengan singkat. " Memang aku siapa kamu?, mau meminta lebih!." Ucapnya dengan senyum jail.

Khala yang mengetahui ia dijebak hanya bisa memanyunkan bibirnya, membuat sang empu tertawa. " Kak." Ucapnya memelas.

" Berani macarin aku?." Tanyanya membuat Khala hanya diam. " Mending kamu mandi bersihkan otak mesum kamu." Ucapnya.

" Kak dikit aja, ya!?." Pintanya.

" Kalau mau, punya kamu aja biar gak sedatar itu." Ucap Icha sambil menunjuk dada Khala yang tidak memiliki benjolan.

Khala memanyunkan bibirnya sambil memegang kedua tangan Icha. " Kalau aku bisa sabar nunggu kejelasan hubungan ini, kamu juga harus sabar menghadapi nafsu besar kamu itu." Jelas Icha dan memberi kecupan. " Udah sana mandi, aku mau kebawah lihat kondisi teman-teman aku." Ucapnya mengecup kembali bibir Khala dan pergi dari sana.








Maaf jika menunggu.

Trima dan kasih.
👇✨👇

K H A U L A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang