17

545 71 2
                                    


Maaf jika membosankan.

















Kuasa gelap telah mengarungi malam, angin pembawa sunyi terus memasuki ruang persegi. Terlihat nyaman tapi tidak dengan suasana hati. Suara rintihan yang mengalun, deru isakan terdengar pilu beriringan dengan air yang tak henti-hentinya mengalir.

Suasana sebelumnya menegang menjadi sedih yang berkelanjutan, hari yang cerah berganti menjadi lara yang tidak tertahan.

Mendengar juga melihat apa yang terjadi siang tadi, membuat hatinya pilu. Sikap yang dingin tatapan tajam dengan sorot kosong, ia tahu alasan dibalik semua itu. Kesalahan yang tidak disadarkan, kesalahan yang tidak terbendung, kesalahan yang mengurung diri mereka. Ingin memulai tapi mereka saling kecewa, ingin mengulang tapi tidak tahu cerita apa yang tidak sampai, ingin bangkit tapi mereka saling mematahkan.

Rindu, itu pasti mereka rasakan tapi apa yang bisa mereka lakukan. Keegoisan yang melekat dalam diri mereka tidak bisa melepaskan rindu yang menjerat hati mereka.

Kecewa, itu jelas diantara mereka. Saling kecewa satu sama lain, saling kecewa dengan diri mereka sendiri, kecewa dengan kisah yang mereka buat sendiri.

Kini apakah ia yang akan berkuasa dalam cerita ini. Menyatukan hal yang tidak pernah ia rasakan, menata bingkai kebahagiaan yang mereka inginkan, membuat jembatan penghubung rindu, mungkin itu yang harus ia lakukan.

Mengambil alih cerita ini adalah hal yang tak semestinya ia ambil, ia hanya orang baru yang datang, ia hanya orang yang tahu bukan yang mengetahuinya. Tapi ia yakin jika ia yang diberikan tugas untuk cerita ini, mengubah semuanya menjadi apa yang mereka inginkan.

Kini ia setia memandangi wajah yang lelah, kelopak mata yang sedikit membengkak, hidung yang memerah, betapa hancurnya gadis ini. Mengusap Surai hitam yang lepek sama lelahnya dengan apa yang dirasakan sang pemilik. Mengusap pipi yang masih tersisa bekas sakit yang mengalir diatasnya. Ia memejamkan matanya ia bisa merasakan sakit yang dirasakan. Sayatan yang terus datang, luka yang tidak pernah terobati, goresan yang selalu terbuka seiringan dengan kenangan yang datang.

Tak sadar ia juga meneteskan air matanya, mengetahui rasa dibalik seseorang sudah membuatnya ikut sakit, apalagi ia juga ikut dalam luka itu. Ia menyeka air matanya, masih dengan tangan yang terus mengusap wajah yang sudah tak berdaya lelah dengan semua yang dihadapi.

Mungkin apa yang telah ia lakukan masih kurang jika ingin membuat orang yang ia sayang menjadi lebih bahagia. Senyuman tawa yang terdengar disampingnya, tidak seperti kenyataan jika ia tidak ada bersama gadisnya. Tapi kini ia akan melakukan semua hal yang ia bisa untuk terus membuat gadis ini tersenyum tertawa dan bahagia meski tidak dengannya.

Ia mengangkat tangannya ketika ada pergerakan dari gadis yang tertidur disampingnya. Gadis itu perlahan membuka matanya, membenarkan duduknya agar berhasil dengan orang yang terus memberinya senyuman.

" Kok, kakak bisa masuk?." Tanyanya sambil mengucek matanya namun tertahan oleh tangan gadis didepannya.

" Aku minta kunci cadangan ke Bunda." Jawab Icha dengan mengelap kedua mata gadisnya dengan air hangat yang tadi ia bawa.

" Kakak kok tau aku disini?." Tanya Khala lagi.

" Bunda, Bunda yang nyuruh aku kesini." Perkataan yang ia lontarkan membuat gadis didepannya terdiam, tersenyum dan terus membersihkan muka gadisnya dengan saputangan yang ia bawa. " Aku kesini sebelum hal yang tidak semestinya aku tahu itu terjadi."

Khala menatap Icha dengan ekspresi terkejutnya, namun gadis didepannya hanya tersenyum.

Icha menggenggam kedua tangan Khala, menggenggamnya erat mencoba menguatkan hati gadis itu. " Aku tau kekecewaan yang kamu rasakan, aku tau hal yang membuat kamu tertutup seperti ini, tapi ini bukan yang Kamu mau. Aku memang bukan siapa-siapa disini, tapi jika aku tahu, aku rasa tuhan izinkan aku buat ikut dalam cerita ini.

" Aku memang gak pernah merasakan hal yang kamu rasa, ataupun aku ikut dalam rasa itu. Khal, aku gak tau ini benar atau tidak, tapi apa yang kalian lakukan itu salah. Kamu dan juga Bunda ingin untuk saling melengkapi dalam sepi yang kalian rasakan, tapi karena rasa kecewa yang kalian rasakan membuat ego kalian membendung hal itu.

" Khal, coba untuk memulai semuanya menjadi lebih baik, meskipun banyak luka dan juga kecewa yang kamu rasakan, tapi dia masih Bunda kamu. Kamu atupun Bunda ingin kan!?. Tak selamanya kalian akan bersama sebelum penyesalan itu datang lebih baik menjalani sakit itu sampai sembuh."

Icha mendekatkan diri memeluk gadis yang kembali terisak. " Meskipun aku tidak selamanya ada disini tapi aku akan menjadi perekat kalian, aku kan menjadi jembatan untuk rindu kalian. Hilangkan ego kamu meskipun kecewa terus ada, tapi penyesalan lebih sakit dari sebelumnya." Ucapnya dan terus mengusap punggung Khala.

Khala mengangkat kepalanya, ia merasakan usapan penuh kasih yang disalurkan dari tangan Icha yang mengusap air matanya. Ia memegang kedua tangan Icha mengecupnya membalas aliran cinta yang ia terima. " Aku tak tau sebaik apa aku hingga Tuhan hadirkan kamu dihidup aku. Aku sangat bersyukur mengenal kamu, Tuhan sebaik itu untukku.

" Aku rasa memang kamu yang diizinkan untuk kebahagiaan ku, kamu selalu tahu apa yang aku mau, apa yang aku rasa, ragu ku, sedih kecewa yang Ku rasakan kamu tahu. Terima kasih membuat aku lebih merasa kuat untuk menghadapi semuanya. Terimakasih sudah datang untuk cerita dan cintaku."

Khala memberikan ciuman dalam penuh arti pada bibir Icha, melumat menyalurkan cinta dalam pagutan yang saling mereka lakukan.

Icha menerima ciuman itu, membalas semua cinta yang ia terima. Ia membenarkan posisinya menjadikan paha Khala sebagai tempat duduknya. Mengeratkan pelukan mereka, memperdalam ciuman mereka, membawa diri mereka melayang dalam kenikmatan cinta.











Trima dan kasih.
👇✨👇

K H A U L A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang