08

625 77 4
                                    



Maaf jika alurnya gitu gitu aja.














Sejuknya suasana sore hari dan indahnya lukisan senja yang membentang di barat langit. Hawa sejuk membuat genggaman itu semakin mengerat memperhangat satu sama lain.

Hembusan angin membuat bunga-bunga taman menari-nari. Pemandangan itu tak luput dari dua sejoli yang duduk di bangku panjang taman. Gadis berambut hitam itu mengelus punggung gadis yang merapatkan pelukan mereka. " Dingin?!." Ujarnya yang di balas gumaman gadis yang ada di dekapannya. " Mau pulang?." Mengusap lembut kepala yang bersandar di bahunya.

Gadis yang semula bersandar kini membenarkan duduknya. " Aku masih mau sama kamu Ra." Ujarnya menggenggam tangan gadis di depannya.

Sedangkan gadis yang mendengarnya hanya tersenyum mengelus tangan yang menggenggamnya. " Mau kemana Hem?." Tanyanya.

" Aku mau terus sama kamu Ra, sampai kapanpun aku mau Kamu Ra." Perkataan itu membuat gadis yang dipanggil Ra itu terdiam. Lagi, perasaan itu datang kembali ketika gadis penghuni hatinya mengucapkan kata yang membuatnya takut. Kenapa ia harus merasakan perasaan ini? Kenapa ia harus berada di posisi yang sulit untuk ia pilih?.

Gadis berambut cokelat itu memeluk erat gadis yang ia cintai, ia tau apa yang membuat gadisnya terdiam. " Aku mau Kamu, kamu ngerti kan Ra?!. Aku mencintaimu Zahra."

Gadis bernama Zahra itu melepaskan pelukan memegang kedua bahu gadis bermata coklat di hadapannya. " Itu tidak akan bisa, itu mustahil Chika." Ia mencoba menyadarkan gadis itu dengan apa yang mereka lakukan dan apa yang akan mereka lalui. " Kita gak bisa selamanya seperti ini. Aku....

" Kamu takut, kamu takut kan Ra?." Bentaknya menghempas cengkraman tangan Zahra di bahunya. " Aku cuma punya kamu, cuma kamu yang bisa ngertiin aku, cuma kamu Ra, cuma kamu." Kini air matanya tak lagi terbendung ia mengerti situasi ini tapi kenapa ia dipertemukan dengan kenyamanan yang tidak bisa ia miliki.

Tangisan itu membuat bayangan yang tak ia mengerti membuat kepalanya terhuyung merasakan goncangan yang begitu besar. Kepalanya serasa ingin meledak menerima bayangan yang bersahutan dalam kepalanya.

" Ra, Ara.... Zahra."

" Jauhi gadis itu, kalian punya masa depan."

" Ra aku mau kamu."

Akhhh, rintihannya merasakan denyutan yang kuat di kepalanya.

" Kamu membuat saya kehilangan putri saya."

" Apapun itu jangan lari nak."

" Dasar kau pembunuh."

Aakhhhh,,,,

". Pembunuh."

" Nyawa dibeli dengan nyawa."

" Pembunuh."

Dor dor dor .......

AYAHHHHH........

Huh huh huh,,,,,

Deru nafas tak beraturan keringat dingin yang bercucuran ingatan yang datang dengan mimpi itu lagi. Gadis itu meringkuk memeluk lututnya mencekram kuat rambut hitamnya berusaha melawan semua ingatan yang menyerangnya.

" Enggak aku bukan pembunuh, aku bukan pembunuh."

Kata-kata itu yang terus ia ucapkan mencoba menangkap semua bayangan yang terus menjeratnya.

Suara pintu terbuka memperlihatkan gadis lain yang masuk membawa nampan berisikan sarapan. Ia segera meletakkannya di nakas dan menghampiri gadis yang menangis tersedu-sedu. Ia menarik tubuh yang bergetar ke dalam pelukannya mencoba menenangkan gadis yang penuh pilu. " Khal tenang ya." Mengelus punggung Khala agar ia sedikit tenang.

K H A U L A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang