11

637 82 1
                                    


Maaf jika membosankan.












Pagi telah berganti peran dengan pagi, menjadi watu penyelesaian kegiatan yang telah dilakukan. Waktu untuk menanti malam yang tenang yang akan memberi energi yang terkulai habis hari ini.

Kesegaran telah terasa dalam tubuh Icha, dinginnya air menghilangkan penat dan menyusun puing-puing kesegaran. Setelah menyelesaikan mandinya ia berjalan menuju meja rias merapikan rambut yang basah dan sedikit memoles wajahnya. Ditengah kegiatannya fokusnya teralihkan dengan punggung yang membelakanginya, tubuh yang tengah duduk di sebrang menyibukkan diri dengan laptop yang ada di depannya. Ia kembali teringat kejadian kemarin yang membuatnya tak bertegur sapa dengan gadis itu.

Setelah menyelesaikan kegiatannya Icha perlahan bangkit menghampiri temannya ia harap temannya bisa memaafkannya ataupun sekedar menjawab sapaannya pun tak apa. " Ce." Tapi orang yang ia panggil tak menanggapinya dan terus menyibukkan diri dengan tugasnya.

Icha mengambil tangan yang sibuk mengetik dan menggenggamnya agar sang pemilik memperhatikannya. " Ce dengerin aku dulu." Pintanya. Sedangkan Celly hanya menghela nafas dan menatap Icha sebagai tanda persetujuan. " Aku udah coba jelasin semua ke ka Erga tapi dianya gak terima itu. Dia terus maksa aku buat nerima perasaannya meskipun dia tau alasannya itu kakak." Jelasnya.

Celly menghela nafasnya lagi dan melepas genggaman Icha. " Jadi kalau bukan aku, kamu mau?." Sambil melanjutkan pekerjaannya.

Icha yang mendengarnya berdecak kesal dan kembali menarik tangan Celly. " Ih ce enggak gitu." Rengeknya. " Aku gak ada rasa sama ka Erga aku cuma gak mau kakak salah paham aja!." Jelasnya.

Celly memutarkan bola matanya." Iya aku tau." Ucapannya membuat sang lawan kebingungan, melihatnya ia tersenyum. " Kamu memang gak ada rasa sama Erga, tapi Khala." Sontak perkataannya membuat Icha kaget, ia memegang kedua tangan Icha. " Kamu suka sama dia.?"

Pertanyaan itu membuat sekujur tubuh Icha tegang bagaimana temannya tahu dengan perasaannya. Sebelum ia menjelaskan terlihat seseorang membuka pintu kamar Meraka dan langsung melontarkan pertanyaan. " Suka siapa?." Tanya Rachel sambil membawa map.

Icha diam tak menjawab pertanyaan temannya yang baru saja masuk. Tapi Celly dengan entengnya menjawab pertanyaan Rachel. " Icha suka sama Khala." Sontak hal itu membuat Rachel kaget, sedangkan Ica tak tau harus bicara apa.

" Eh, enggak aku gak suka sama.....

Belum selesai omongannya di potong oleh Celly. " Enggak tapi sampe kissing."

Sontak keduanya terkejut dengan apa yang mereka dengar begitupun sang pelaku yang tak bisa berkutik. Rachel mendekati Icha dan memegang pundak Icha meminta penjelasan. " Bener Cha kamu kissing sama dia."

Icha kembali ingin mengelus agar rasa curiga temannya tak memojokkan dirinya tapi Celly membuatnya semakin terkejut. " Terus yang semalam di sofa depan siapa?." Ucapnya menatap Icha intens.

Rachel hanya bisa menutup mulutnya terkejut dengan apa yang dikatakan Celly. " Cha itu beneran?." Tapi Icha hanya diam bingung dan juga takut. " Ce, Cece tau dari mana?." Tanyanya.

" Semalam, niatnya mau ambil minum di bawah tapi malah mergokin orang yang lagi enak, apa lagi yang mulai si bule ini." Goda Celly.

Ucapan Celly sontak membuat wajah Icha memanas betapa bodohnya ia hingga di pergoki. Sedangkan Rachel dan Celly tertawa melihat wajah temannya yang bersemu menahan malunya.

" Apalagi dia bilang, ' emmh khalaaa '." Godanya kembali.

" Ah Cece jangan gitu ih." Rengeknya.

Kedua tangannya malah tertawa melihat gadis tantrum didepan mereka. " Gimana rasanya Cha?." Goda Rachel sambil menarik turunkan alisnya.

Icha membalas dengan pukulan di lengan Rachel, ah begitu malunya ia. " Kalian udah ada hubungan?." Tanya Celly.

Dalam hubungan mereka masih belum ada kejelasan tapi mereka telah mengetahui perasaan satu sama lain. Icha menggeleng menanggapi pertanyaan Celly membuat kedua tangannya melotot. " Belum ada hubungan tapi kalian udah ciuman." Ucap Rachel terkejut. Padahal temannya ini anti dengan hal yang seintim ini dalam berpacaran tapi kali ini ia melakukannya di luar hubungan.

" Aku cuma takut aja." Cicit Icha.

Memegang kembali tangan Icha yang sempat ia lepaskan menatap netra coklat itu dengan lekat. " Takut kita tau dan juga orang lain. Hei, semua hal itu ada konsekuensinya apa lagi hubungan kalian. Itu pilihan kamu Cha, itu kebahagiaan kamu, kita teman sahabat mu yang menyetujui apapun yang membuat kamu bahagia." Tutur Celly.

" Ya, kita akan bahagia jika teman kita juga bahagia begitu juga sebaliknya." Sambung Rachel.

Mendengar perkataan sahabat-sahabatnya membuatnya terharu dan memeluk sahabat-sahabatnya. " Makasih." Ucapnya.

_________



Malam ini Icha sudah di buat khawatir dengan kondisi gadis kesayangannya. Wajah yang tak pernah lelah menerima luka yang terus berdatangan.

Kini ia di dalam kamar Khala mengobati luka yang ada di perut sang pemilik kamar. " Belum puas berantemnya?, kasihan tubuh kamu khal!." Ucap Icha membereskan semua obat yang ia pakai.

Khala yang melihat Icha menyelesaikan beberesnya langsung menarik tangan Icha dan mengungkungnya di atas ranjang. Khala mengecup leher jenjang Icha dan mengendusnya, ia begitu merindukan tubuh yang memiliki aroma yang begitu khas baginya.

Icha hanya pasrah dengan perlakuan Khala. " Suka banget ngendus-ngendus kayak guguk." Ucapnya dan di jawab dengan suara anjing oleh Khala.

Tak berselang lama Khala mengangkat kepalanya menunjukkan wajah cemberutnya." Berarti guguk pernah dong ngendus kamu?!." Dengan memanyunkan bibirnya.

Icha dibuat gemas dengan Khala, ia mencubit kedua pipi gadis diatasnya. " Iya kamu, kamu anjing nakal." Sambil mengacak-acak rambut Khala.

Khala kembali menyembunyikan wajahnya di leher Icha dan memberi beberapa kecupan lalu memeluk tubuh gadis pendobrak hatinya. " Orang nakal itu ada alasannya tau!." Ujarnya.

" Apa?." Tanyanya sambil mengelus gadisnya.

" Emm, untuk mencari kenyamanan di tempat yang banyak dihindari mungkin." Jawabannya.

" Aku kurang untuk membuat kamu nyaman, hm?!." Tanyanya lagi.

Khala mengangkat kepalanya menatap mata coklat Icha lekat mengantarkan semua hal yang tak bisa diungkapkan hanya dengan sebuah kata. Khala membelai wajah cantik Icha dan memberi kecupan dibibir. " Kamu mendatangkan kenyamanan itu lebih." Ucapnya.

" Lalu?!." Ucapnya sambil membalas usapan yang Khala beri untuknya. Gadis yang mengurungnya terlihat diam, ia pun mengecup bibir ranumnya. " Apapun itu perlahan akan hilang dan berganti dengan hal baik, jika hal itu datang ingat masih ada waktu untuk membuatmu lupa." Ucap Icha dan kembali menempelkan bibir mereka dengan sedikit hisapan. " Love you." Ucapnya.

" yes, until that time comes." Dan mendalamkan ciuman.









Maaf kalo bs.inggris nya salah, nurut Tante silit soalnya.

Ternyata ucapan ' semangat ' berpengaruh juga, ya.

Sehat-sehat orang gabut.

Terima dan kasih.
👇✨👇

K H A U L A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang