13

794 91 1
                                    


Maaf jika membosankan.
















Hari berganti makhluk hidup sudah menjalani aktivitas mereka kembali. Para pelajar yang berangkat ke sekolah, para petani yang melanjutkan aktivitas di ladang mereka dan mahasiswa yang melaksanakan agendanya.

Kini para mahasiswa sudah berada di hamparan ladang tebu, ada yang siap panen ada juga yang belum. Terlihat banyak warga yang berbondong-bondong membantu menebang tebu, sekaligus mengambil daun untuk ternak mereka.

Sedangkan mereka kini tengah mendengar penjelasan petani bagaimana cara penanaman yang baik, pupuk yang digunakan dan perawatan agar bisa mendapatkan hasil panen yang bagus. Mereka mengikuti langkah petani memasuk kedalam hamparan tebu.

Icha yang posisinya paling belakang dan sedikit ada jarak dengan teman-temannya di tarik oleh seseorang masuk kedalam lorong-lorong tebu yang begitu lebat. Ia terus di tarik menjauh dari rombongan dan berhenti, mungkin ditengah-tengah ladang.

Icha hanya menatap datar orang yang menariknya, ia sungguh jengah dengan orang yang sudah mencapai puncak obsesinya. Apa yang harus ia lakukan agar orang didepannya tau, betapa egoisnya dia?.

Sedangkan orang yang menarik Icha kini menggenggam kedua tangan gadis itu, entah dia hanya ingin gadis itu tau betapa ia mencintai gadis pujaan hatinya. " Cha, aku harus nunggu berapa lama lagi, buat bisa yakinin kamu?."

Icha hanya memutarkan bola matanya mendengar pertanyaan yang bisa dijawab dia sendiri. " Kak aku udah seberusaha apa buat yakinin kakak kalau aku cuma anggap kamu kakak, hanya sekedar kaka.......

Ucapan Icha seakan hilang mendapati bibir lain berada di bibirnya, bukan hanya kecupan seperti sebelumnya namun lumatan. Bibir Icha yang sebelumnya terbuka memudahkan Erga untuk menjelajahi seisi mulutnya.

Icha hanya bisa diam ketika mendapatkan serangan, sampai ia merasakan tangan yang menarik tengkuknya agar ciuman mereka semakin dalam. Icha berusaha memberontak melepaskan kedua tangannya yang dikunci dengan satu tangan Erga. Setelah berhasil terlepas, ia juga melepaskan satu tamparan keras pada Erga membuat ciuman itu terlepas.

" Kakak mikir gak?, kalau semua yang kakak lakuin itu cuma obsesi kakak, obsesi untuk dapetin aku. Apa yang kakak lakuin itu membuat aku menjauh dari kakak?." Bentak Icha sambil menangis. " Kakak terlalu egois, mementingkan kebahagiaan kakak tanpa memperdulikan kebahagiaan aku."

" Aku bisa buat kamu bahagia melebihi gadis berandalan itu. Apa yang kamu harapkan dari dia?. Kalian sama-sama perempuan hubu.......

" Seenggaknya dia enggak seegois kakak." Sahut Icha. " Seenggaknya dia enggak sekasar kakak, yang hanya mau mengambil peruntungan sendiri tanpa mikirin pe........

Plakk,,,,,,. Satu tamparan mendarat di pipi mulus itu. Erga seakan tidak terima jika ia dibanding-bandingkan dengan seorang gadis. Emosinya memuncak ketika gadis yang dia cintai lebih memilih seorang perempuan dari pada dirinya.

Icha yang seumur hidupnya tidak pernah mendapatkan tamparan hanya bisa menangis dan berlari meninggalkan Erga yang menatapnya dengan tatapan bersalah.

Sedangkan teman-teman Icha yang menyadari Icha tidak ada di lokasi mulai bertanya-tanya keberadaan temannya. " Eh, Erga juga gak ada!."

Mendengar ucapan yang lain membuat Rachel dan juga Celly cemas. Mereka berlari menyusuri jalan yang sebelumnya mereka lewati, mereka khawatir dengan keadaan Icha.

Dari kejauhan mereka melihat Icha yang berlari ke arah jalan besar dan tak berselang lama keluarlah Erga dari balik rimbunan tebu. Rachel yang makin khawatir terus mengejar Icha, sedangkan Celly menatap tajam ke arah Erga. " Cowok brengsek." Tekannya dan kembali mengejar Icha.

K H A U L A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang