03

715 78 3
                                    





Maaf jika membosankan.




Kicauan burung berirama menghantar pagi, embun pagi yang mulai menyusut semua aktivitas akan dimulai. Matahari yang mulai tinggi di penghujung timur, jalanan yang mulai ramai berlalu lalang kendaraan besar sampai pejalan kaki. Gerai-gerai toko yang memulai berjualan, pedagang sayuran yang mulai berkeliling menjajakan dagangannya.

Hamparan angin menyusuri setiap lorong-lorong, menyusuri setiap sudut bangunan berbentuk sekolah. Langkah kaki menggema, suara tawa berirama dengan seksama. Para murid perlahan memenuhi semua ruang pembelajaran yang ditentukan, menjalankan pembelajaran dengan khidmat.

Begitu juga dengan Khala pandangannya fokus tapi tidak dengan pikirannya. Khaulah-ku, suara itu terus terngiang di kepalanya, memenuhi seisi pikirannya, kenapa juga harus memikirkan gadis itu?.

Tertarik, tapi itu bukan Khala yang ia kenal. Kemana dirinya yang angkuh cuwek dan acuh dengan orang baru, tapi ini. Hanya dengan gadis itu tubuhnya serasa terkendalikan, mata coklat itu seakan menghipnotisnya, senyuman yang terus mengunci, ah apa ini Khala?!.

Kini pikirannya kacau kenapa biasa seorang gadis membuatnya stres seperti ini, ingat dia seorang gadis perempuan, wanita menuju matang yang akan menjadi penghangat ranj*, ah sudahlah.

Khala memainkan jarinya mengetuk-ngetuk meja dihadapannya dengan tatapan yang kosong. Tanpa ia sadari ada seseorang yang sedari tadi memperhatikannya perlahan orang itu mendekat. " Lagi mikirin apa sih Sampek ngelamun gitu." Ujarnya sambil menaruh sesuatu dimeja dan duduk didepan Khala.

Khala hanya menggeleng ringan meminum segelas teh hangat yang di bawa orang didepannya. " Ga ada apa-apa teh." Jawabannya ramah.

Wanita itu hanya tersenyum melihat sifat Khala yang keluar. " Tumben ke warung teteh sendirian, yang lain ga ikut?." Tanya teh Yanti.

" Lagi ada ulangan teh mangkanya pada rajin mereka nya." Jelas Khala.

" Emang kamu ga ulangan juga?."

" Dia mah ga usah di kasih ulangan teh, kasian." Ucap seseorang yang masuk kedalam warung dan ikut duduk bersama mereka. Tak lupa juga dua temannya yang ikut masuk.

" Kasian kenapa Lu?." Tanya teh Yanti pada Lutfi.

" Kasian gurunya teh, mendadak jadi bego kalau sama Khala." Jawab Lutfi.

" Orang pintar ga bakal mikirin itu teh, sebulan masuk tiga kali aja pas ujian nilai tetep bagus." Ujar yang lain Eza ( Adel ).

" Huh, ada-ada saja." Teh Yanti menghela nafasnya beranjak dari duduknya. " Kalian mau pesan apa?."

" Yang biasa aja teh " ucap Daniel ( oniel ).Teh Yanti pun bergegas membuatkan pesanan mereka.

" Eh, Khal cewek kemarin siapa?." Tanya Daniel.

Mendengar pertanyaan temannya, kini pikirannya kembali terserang. Gummy smile itu serasa menghantuinya.

BRAKK. Suara benda bertabrakan dengan keras mengagetkan mereka semua termasuk teh Yanti yang mengantarkan pesanan mereka. Sontak mereka bergegas keluar dari warung.

" Sialan." Umpat Khala ketika melihat kuda hitam kesayangannya di tabrak seseorang. Khala menghampiri gerombolan remaja seusianya yang masih duduk di atas motor masing-masing. Khala menatap tajam orang yang menjadi pelaku utama yang menabrak motornya. " Kalau ada masalah dengan saya urus dengan saya bukan yang lain."

Sedangkan lawan bicaranya hanya menyunggingkan senyuman, berlagak sombong ia turun dari motornya dan berbalik menatap tajam Khala. " Udah berapa kali saya peringatkan, jangan dekati Lefi ( ce fio ), jauhi dia." Ucapannya dengan penekanan tangannya pun telah memegang kerah jaket yang di pakai Khala.

K H A U L A HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang