Sebelumnya, maaf dan maaf.
Malam ini para penghuni rumah telah selesai makan malam ada yang melanjutkan tugas ada juga yang bersantai di ruang keluarga. Sedangkan Icha ia tengah duduk di bangku taman buatan belakang rumah. Ia termenung memikirkan perkataan Khala tadi sore, tanggung jawab dan rasa. Apakah gadis itu juga merasakan apa yang ia rasakan?. Tapi ia masih bimbang dengan perasaannya, apakah ia hanya penasaran atau hanya sekedar tertarik?.
Ia memainkan jemarinya mengetuk-ngetuk gelas berisi coklat hangat yang ia pegang. Sampai ia menyadari adanya orang yang ikut duduk di sampingnya. " Lagi mikirin apa?." Suara berat itu mengalihkan pandangannya. Ia menyandarkan tubuhnya sambil meminum coklat panasnya enggan menjawab.
Erga yang tidak mendengar jawaban Icha mencoba mencari topik pembicaraan. " Aku lihat-lihat kamu dekat dengan anak Bu Zahra." Ucapnya.
" Kalau kamu mau, Kamu juga bisa dekat." Ucap Icha sedikit cuwek.
Mendengar nada bicara Icha yang tak enak ia mengerti jika gadis ini ingin menjaga jarak padanya. " Cha soal kemarin....
Icha yang mengerti arah pembicaraan memotong dengan cepat. " Kak masih ada yang bisa menghargai perasaan kakak tapi bukan aku." Ia kembali teringat ketika teman satu angkatannya mengungkapkan perasaan padanya. Ia tak ingin jika hal ini membuat ia kehilangan orang yang ia sayang.
" Cha coba hargai perasaan aku dan ga usah mikirin orang lain." Erga memegang tangan Icha sambil meyakinkan kembali perasaannya. Ia juga tau apa alasan gadis disebelahnya menolak pesanannya.
" Kak, apa bedanya sama kakak?. Apa kakak gak mikirin perasaan aku dan juga dia?. Aku ga mau ada drama dalam pertemanan ku." Tuturnya.
Erga hanya diam mendengarkan penuturan Icha, ia mengerti bukan hanya permasalahan pertemanan yang menghalanginya untuk mendapatkan gadis yang ia cintai tapi juga perasaan sang gadis yang hanya menganggap dirinya sebatas kakak. Erga kembali memandangi wajah gadis yang tengah menikmati minuman yang ia pegang sampai ia menyadari adanya bekas keuangan di leher jenjangnya. " Cha." Panggilnya dan menyentuh permukaan leher jenjang itu.
Icha yang menyadari yang dilakukan Erga ia menoleh dan mendapati tatapan penuh tanya. Ia menurunkan tangan Erga dan beranjak untuk pergi, tapi ia ditarik dan kembali duduk. " Bekas siapa Cha?." Tanya Erga.
Erga yang tidak mendapati jawaban Icha, ia mendekati leher jenjang itu tapi dengan cepat Icha menjauhkan diri dan langsung pergi meninggalkan Erga sendiri.
Icha yang kembali masuk di kejutkan dengan keberadaan Khala yang menikmati minuman di dapur. Melihat ekspresi Icha Khala hanya tersenyum dan pergi meninggalkan Icha yang masih berdiri tegak tanpa pergerakan.
Icha yang sadar gadis itu menghilang mencoba untuk mengejar dan membuka kamar yang tak terkunci. Ia melihat gadis yang duduk di kursi game yang kembali fokus pada game yang sempat ia mainkan. Icha mendekat dan mencoba mengajak gadis itu bicara tapi tak di dapati respon. Ia melepas paksa earphone dan menarik kursi agar menghadapnya.
Khala yang mengerti gadis di depannya ingin menjelaskan kejadian tadi hanya acuh dan kembali memainkan PC nya. " Kenapa gak di terima, lumayan kan, ganteng juga?!."
Icha terdiam mendengar ucapan Khala apa ia mendengarkan semua percakapannya tadi dengan Erga. Ia kembali menarik kursi Khala agar gadis itu menghadapnya. " Enggak gitu khal." Rengek nya mencoba untuk menjelaskan apa yang dilihat gadis ini.
Khala menarik tangan Icha mendudukkan tubuh gadis itu di pangkuannya. Ia mengelus lembut punggung gadis yang menyandarkan kepala di pundaknya. " Gimana rasanya di cium dia tadi?."
Sontak Icha mendongakkan kepalanya mendengar pertanyaan Khala ia memukul bahu Khala dengan kesal. " Aku gak di cium ya." Sangkalnya.
Dengan jail Khala memegang leher Icha yang berbekas. " Apaan, nambah nih kissmark nya."
Icha kembali melayangkan pukulan bertubi-tubi di bahu Khala tanpa ampun. Ia yang sebal dengan tingkah Khala berdiri dari duduknya dan bergegas keluar.
Dengan sigap Khala menarik tangan Icha yang sudah menyentuh gagang pintu dan mengangkat tubuh yang lebih besar darinya ke atas ranjang. Icha memberontak dalam kungkungan Khala mencoba untuk melarikan diri. " Khala lepas." Ujarnya sambil mendorong kepala Khala agar menjauh dari lehernya.
Khala dengan mencengkram kedua tangan Icha menaruhnya di kedua sisi kepala gadis yang sudah tak berdaya di kungkungannya. Khala kembali memajukan wajahnya mengecup bekas-bekas di leher Icha dan menatap intens mata coklat yang mulai sayu. " Kamu sudah menemukan jawaban dari yang aku katakan tadi." Ucapnya sambil mencium rahang Icha.
Icha hanya menggeleng memberikan jawaban. Khala kembali mengecup rahang yang mengeras. " Bukan kita yang memulai, tapi rasa penasaran mu yang membuat ku tertarik. Dan soal tanggung jawab, hanya ada dua pilihan dengan akhir yang sama. Berhenti dan merasakan sakit dari awal, atau melanjutkan sampai waktu itu habis." Jelas Khala dan mengecup bibir ranum yang menggodanya.
Icha terus memikirkan perkataan Khala, apakah tidak ada opsi lain untuk perasaan mereka?. Apakah ia berani menggantungkan perasaannya?.
Khala yang melihat raut wajah Icha kembali mendekat. " Mari merasakan sakit itu bersama." Lalu menghisap bibir Icha dengan kuat.
Emmh, khalaaa...
Maaf jika membosankan.
Mungkin ga ada konflik karena otak susah membuat bab selanjutnya.
Trima dan kasih.
👇✨👇
![](https://img.wattpad.com/cover/369516921-288-k403180.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
K H A U L A H
Roman pour Adolescentsbukan akhir yang semua orang mau, tapi jika sudah lelah apa yang akan dilakukan?