Maaf jika membosankan.
Kini sang gelap telah menguasai, sunyi sepi mengalun bersama hembusan angin malam. Gelap merenggut penuh perannya, menjadi tempat pelepasan semua kepayahan dan kegundahan bagi makhluk di bawahnya. Tapi tidak dengan ini, kegundahan terus menggerogoti hati dan pikirannya. Entah apa yang membuatnya seperti ini, seperti ada hal diantara yang sudah terjadi dan akan terjadi.
Tiga jam terakhir dari tidurnya ia terbangun, seperti lelah tapi ia tak melakukan apa-apa. Kini sudah dipertengahan malam, tapi pikirannya masih mengingat adegan tadi siang dan selama itu juga ia tak melihat gadis pencuri perhatiannya.
Gadis itu bangun pergi meninggalkan kamar yang sunyi, menyusuri anak tangga yang gelap menuju dapur. Setelah menghidupkan beberapa lampu ia mengambil segelas air putih untuk sedikit menghilangkan kegundahan hatinya.
Sesaat ingin kembali naik ia mendengar adanya suara motor yang bersahutan dan juga gedoran dari balik pagar besi. Dengan hati-hati gadis itu mulai mengintip di jendela rumah terlihat segerombolan anak muda yang berkerumun.
" Woi yang didalam cepat buka." Sontak teriakan itu membuatnya takut, ia mencoba untuk abai dan meninggalkan tempat tapi terhenti ketika seseorang meneriaki nama sang pemilik rumah. " Kita temennya Khala."
Dengan perasaan takut Icha perlahan membuka pintu rumah sedikit mengintip memastikan jika yang ia lihat adalah teman Khala. " Woi cepetan Khala pingsan."mendengar pernyataan seperti itu Icha sontak berlari menuju gerbang dan membukanya.
Dengan perlahan para teman-teman Khala masuk kedalam begitu pula Icha yang mengekor di belakang. " Tolong buka pintu kamar Khala." Ujar salah satu pemuda sambil memberikan sebuah kunci.
Icha yang paham langsung berlari mendahului mereka menuju kamar Khala dan membukanya. Setelah menaruh Khala didalam para remaja itu keluar termasuk orang yang terakhir mengajaknya bicara.
" Tolong bersihkan tubuh Khala dan jangan sampai Bunda tau soal ini." Ucap Amir ( Amira).Icha yang ditatap tajam henya mengangguk faham dan para remaja itu pergi meninggalkan mereka berdua.
Icha masuk kedalam kamar melihat wajah Khala yang sudah mendapatkan luka lebam baru, padahal luka tadi siang belum sepenuhnya pulih.
Icha kembali ke dapur mengambil segelas air putih dan juga sebaskom air hangat. Perlahan ia menaiki anak tangga sampai ia mendengar suara barang jatuh dan erangan keras dari kamar Khala. Sontak ia panik berjalan cepat menuju kamar ia sudah tidak melihat Khala di ranjang. Icha menaruh nampan yang ia bawa dan menuju suara di kamar mandi. Dia melihat Khala yang sudah terkulai lemas didepan kloset duduk mencoba untuk terus mengeluarkan isi perutnya.
Icha membantu memijat tengkuk Khala dan sedikit menopang tubuh Khala yang melemas. Setelah dirasa tak ada lagi yang keluar, Icha membantu Khala membersihkan mulutnya dan memapahnya menuju ranjang. Dengan hati-hati Icha melepaskan jaket kulit yang dipakai Khala ia sedikit mencium bau menyengat dari jaket Khala seperti bau alkohol, apakah gadis ini minum?.
Tidak ingin berpikir jauh Icha membantu Khala sedikit duduk agar ia bisa minum. Perlahan Khala mendongakkan kepalanya dan meminum air putih yang Icha bawa.
Icha memandangi wajah Khala ada sedikit goresan pada pelipisnya dan juga tiga tanda keunguan dileher mulusnya. Bukan seperti pukulan melainkan, seperti..
Lamunan Icha teralihkan ketika Khala menyudahi minumnya dan kembali berbaring. Icha menaruh gelas dan mengobati luka Khala dengan telaten. Erangan terdengar ketika dinginnya alkohol menyentuh luka yang ada di wajahnya. " Tahan ya." Ucap Icha.
Gadis itu membereskan kotak obatnya dan beranjak dari duduknya. Pergerakannya terhenti ketika ia merasa tangannya di pegang. " Mau kemana?." Suara serak itu membuat sang empu menoleh terlihat gadis yang tengah merengek menarik tangannya agar kembali duduk. Mau tak mau Icha kembali duduk dan menaruh kotak obatnya di atas nakas.
Khala yang merasakan orang yang kembali duduk disampingnya, ia bergerak kesamping dan berusaha menenggelamkan wajahnya di perut rata itu. Icha yang mengerti dengan pergerakan Khala ia bergerak mensejajarkan perutnya dengan kepala Khala.
Khala memeluk erat pinggang Icha memperdalam wajahnya dan kembali menggesekkan hidung di perut Icha. Ia begitu nyaman dengan perut rata itu hangat dan juga wangi. Ia juga merasakan elusan lembut di kepalanya seakan mengingatkannya pada kejadian siang tadi ia teringat bagaimana bibir seksi yang digigit dan mata yang di pejamkan. Dengan sengaja Khala memasukkan hidungnya di sela-sela kancing piyama yang dikenakan Icha. Ia kembali merasakan ketegangan di tubuh gadis cantik ini dan rambutnya yang kembali diremas.
Khala tersenyum licik ia mulai memberanikan diri menjilat bagian perut yang tak tertutup piyama dan sedikit menghisapnya. Ia merasakan tubuh itu bergetar di barengi dengan erangan halus yang masih ia dengar. Ia mendongakkan kepalanya melihat gadis didepannya memejamkan mata dan bibir yang kembali ia gigit terlihat begitu menggairahkan bagi Khala. Ia mendekatkan kepalanya berbisik dengan pelan. " Tidur ya kak." Ia sedikit menghembuskan nafasnya tepat di daun telinga Icha.
Gadis itu kembali mengerang membuka matanya melihat wajah cantik Khala yang begitu dekat dengannya. Icha mengatur kembali nafasnya wajahnya kini sangat memerah dan keringat dingin mulai membasahi dahinya.
Khala mengusap lembut dahi Icha dan tersenyum. " Tidur ya.? Seakan patuh tubuh Icha mulai mengikuti pergerakan Khala untuk merebahkan tubuh mereka.
Icha hanya terdiam ketika ia merasakan tangan yang bergerak mengelus perutnya dari samping. Entah mengapa tubuhnya seakan menerima semua yang dilakukan gadis itu.
Khala merasakan tubuh yang menegang ketika ia mendekatkan mulutnya ditelinga dan berbisik. " tidur sayang."
Di usahakan sehari dua kali up jika tidak berarti otak sedang bermasalah.
Terima dan kasih.
👇✨👇

KAMU SEDANG MEMBACA
K H A U L A H
Novela Juvenilbukan akhir yang semua orang mau, tapi jika sudah lelah apa yang akan dilakukan?