3

280 23 0
                                    

😱😭😁votmenkawan!!!😜😞❤

*:..。o○ 𝐞𝐧𝐣𝐨𝐲 ○o。..:*

Arbian menghela napas bosan lagi-lagi harus mendengarkan guru di depannya ceramah karena dia terlambat lagi.

Kali ini Arbian terlambat bukan karena mamanya tetapi harus berurusan dengan kakaknya lagi, waktu pulang jam enam pagi kakanya sudah marah-marah karena melihat luka di tangan Arbian.

Meskipun sudah jenuh mendengar ucapan kakaknya Arbian tetap diam dan pasrah ketika tangannya di perban oleh Gavin.

"Telat lagi, telat lagi." ucap tengil seseorang datang di ikutin yang lain.

"Nggak capek ketemu Bu Susi sama Bu Tuti?"

"Lebih capek ngelihat lo yang nggak sadar-sadar kalau lo sama dia itu beda agama." sarkas Arbian memutar bola matanya malas, tangan mengambil sambal yang tinggal setengah kemudian menumpahkan ke bakso yang saat ini dia makan.

Selepasnya melakukan hukuman Arbian lebih memilih makan di kantin karena jam istirahat akan berbunyi beberapa menit lagi.

Rey yang mendengar itu seketika terdiam karena yang di ucapkan temannya memang benar adanya.

"Mampus kicep lo Rey." ejek Zen duduk di sebelah Arbian menghentikan tangan Arbian yang masih terus menuangkan sambal itu, "Sakit perut lo nanti."

"Nggak enak kalau nggak ada sambel." ngeyel Arbian masih terus menuangkan sambal tapi langsung di rebut oleh Biru, "Ck, kita kemarin biarin lo pergi dalam keadaan masih laper ya, sekarang kalau makan nggak usah aneh-aneh kalau perut lo sakit gimana ngurus Ibu lo itu!" decak Biru memberi kecap ke Arbian.

Mendengar perkataan Biru, Arbian hanya menurut lalu menuangkan kecap di mangkuknya.

Melihat itu Biru tersenyum puas, cara agar Arbian menurut adalah dengan melibatkan nama Ibunya.

"Kalau kayak gitu aja nurut." omel Raffa yang sedari tadi diam.

"Bacot lo Raf," kesal Arbian mengambil kerupuk yang berada cukup jauh dari sana. Tanpa sengaja perban yang sudah dia tutupi dengan hoodie justru terlihat.

"Tangan lo kenapa lagi Ar?" geram Rey menyahut tangan Arbian untuk memperlihatkannya. Mereka yang tadinya fokus ke makanan dan handphone masing-masing seketika kompak melihat kearah tangan Arbian.

"Huft, luka lagi." Lelah Zen melihat kearah perban tangan Arbian.

"Ajir pakai ketahuan segala." batin Arbian tersenyum canggung.

"Bian dengerin gue terserah lo, gue nggak larang buat lo sayang sama Ibu lo, tapi bisa nggak sih lo nggak usah sampai terluka?"ucap Raffa memukul pelan kepala Arbian geram melihat sifat bebal itu.

"Udah di obatin Bang Gavin tenang aja."

"Sakarepmu Ar, sakarepmu. Gak ngurus wes gak ngurus." ujar Biru memilih memainkan game di HP nya kembali.

Mom, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang