16

285 28 1
                                    


"Kamu yakin tidak ingin ikut dengan saya?" tanya Gala sambil menikmati makanan yang ada di depannya.

"Tidak." balas singkat Arbian mengambil botol minum lalu meminumnya sekali tegukan.

"Kenapa?"

"Saya tidak ada niatan saja."

"Saya tinggal sendiri Bian, dari pada kamu tersiksa bersama teman saya yang kayak anjing itu mending tinggal bareng saya."

"Yang paman bilang kayak anjing itu orang tua saya paman." ketus Arbian membuang bungkus mie yang sudah habis di tempat sampah.

"Ya lagian sifat mirip anjing." gumam Gala memutar bola mata malas.

"Sekarang gantian saya tanya!" seru Arbian memandang orang di sebelahnya, tangannya mengambil HP sebentar guna mengecek sekarang pukul berapa.

05.00 am.

Biasanya jam segini Arbian sudah siap-siap untuk berangkat sekolah, tapi mengingat dia sudah lulus maka dari itu tidak perlu repot-repot berangkat. Sekarang yang ada di otaknya bagaimana cara mencari kerja dengan ijazah yang hanya lulusan SMA saja.

"Apaan?" jawab Gala sambil menikmati makanan yang tinggal setengah itu

"Kenapa paman tinggal sendiri? Nggak punya pasangan kah."

"Hmm!" Gala mengarahkan lima jari tangan nya di depan, bermaksud memberitahu jika dia ingin menyelesaikan makanannya terlebih dahulu.

Selesai menyelesaikan makanannya dia mengambil air putih lalu meminumnya.

"Istri saya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu." ujar Gala di sertai senyum tipis.

"Ah begitu, maaf Paman saya tidak tau."

"Tidak masalah.. Saya sudah merelakannya walaupun kadang masih sakit mengingat dia pergi membawa anak saya juga."

"Maksudnya?" ucap tak mengerti Arbian.

"Kamu mau tau istri saya meninggal karena apa?"

"Jika membuat paman tidak nyaman lebih baik tidak usah di lanjutkan."

"No! Sudah saya bilang jika saya sudah merelakan otomatis saya sudah tidak terlalu berlarut-larut dengan kesedihan."

Sambil mengambil tas di sampingnya Arbian memeluk tasnya karena merasa hawa dingin menerap kulitnya.

"Istri saya bunuh diri..." ucap Gala mulai bercerita, tanpa sadar tangan mengepal erat menandakan jika marah.

"Dia bunuh diri membawa anak di kandungannya, padahal saya dengan istri saya sudah menanti anak yang ada di kandungannya. Tapi istri saya justru bunuh diri karena seseorang, dia--"

"Tidak perlu di lanjutkan paman." lirih Arbian memberikan minuman guna membantu meredakan emosi Gala yang saat ini tanpa sadar muncul.

"Ah, sori.." ekspresi yang tadinya marah, terlihat melunak saat tersadar jika tak seharusnya dia menampilkan ekpresi itu.

"Tidak masalah." balas Arbian menatap kosong ke arah jalan raya, "Setiap orang pasti punya masalahnya masing-masing, entah masalah ringan maupun berat."

"Kamu benar.. jadi Bian mau tinggal bersama paman?"

"Terima kasih tapi saya perlu mengurus masalah saya dulu paman.." ujar Arbian di sertai senyum tipis..

"Kamu terlalu baik Bian, tidak perlu sampai segitunya hanya demi Angelina saja. Saya tau dia Mama kamu, tapi mengingat sifatnya selama ini apa pantas dia di panggil Mama?" celetuk Gala merasa prihatin dengan anak di sampingnya.

Mom, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang