14

463 37 2
                                    

* ga suka skip ini drama banget..

Hari ini adalah hari yang paling di tunggu untuk semua siswa-siswi di sekolah, yaitu hari kelulusan mereka. Setelah menunggu ujian selesai mereka merayakan dengan membuat trend memanggil pemadam kebakaran untuk bermain air bersama satu angkatan dan lainnya.

Dan acara terakhir di adakan yaitu... yang di wajibkan murid membawa orang tua ataupun wali untuk datang.

Di sini lah Arbian di depan cermin memandang wajahnya dengan senyum kecil, dia sudah memakai jas hitamnya tak lupa dasi yang semakin membuat keren.

Tangan serasa gemeter, bukan karena gugup atas acaranya tapi karena keinginan tiba-tiba membawa mamanya untuk datang melihat acaranya terakhir kali nya.

Berusaha berpikir positif Arbian mengetuk pelan pintu mamanya, tidak ada jawaban namun dia masih berusaha.

"Ma ini Bian.. boleh masuk?!" tanya Arbian masih tak ada sahutan.

Sudah beberapa kali dia mengetuk, namun tidak ada jawaban. Seketika bahu Arbian lesu, dia sudah yakin tidak ada bisa membawa mamanya pergi ke acara sekolahnya.

"Den!" panggil Bi Ina dari belakang membuat Arbian menoleh.

"Cari siapa?" tanyanya.

"Mama Bi.."

"Oh Nyonya lagi di sofa depan.." ucap Bi Ina memberi tau.

Mendengar itu Arbian tersenyum senang, setelah mengatakan terimakasih kepada Bi Ina. Arbian bergegas-gegas pergi menyusul mamanya.

Sesampainya di sana dia bisa melihat mamanya tengah menatap kosong kearah televisi dan terdapat cemilan di atas meja. Dengan cepat Arbian langsung memanggil mamanya.

"Ma!"

Tidak ada jawaban! Yang ada hanyalah sebuah tatapan dingin.

"Ma, Bian hari ini ada acara di sekolah.. Mama bisa datang ke acara sekolah Bian?!" ujar Arbian mencoba mendekati.

"Tidak!" dingin Angelina membuat Arbian meluruh.

Semangat yang sedari tadi dia kumpulkan seketika hancur begitu saja menerima menolak itu.

"Kenapa?" lirihnya pelan.

"Saya benci dengan kamu.." balas Angelina memandang penuh kebencian semakin membuat bahu Arbian lemas. Tidak ada tenaga.

"Ma, Bian cuma pingin Mama datang.. Mama ga perlu ngelakuin apapun di sana, Mama cuman duduk aja." ungkap Arbian sembari menatap penuh permohonan.

"Saya bilang tidak ya tidak!"

"Maa, Bian mohon.." Dengan nada rengekan kecil Arbian berkata.

Sejujurnya, Arbian adalah anak yang manja! Ya dia mengakui itu. Sejak Arbian kecil dia tidak pernah merasakan yang namanya kasih sayang, semuanya selalu memandang dia penuh kebencian.

Arbian bisa saja sekarang menunjukkan sikap manja nya namun mengingat semua masalah yang terjadi membuat dia selalu menahan sikap itu.

"Kamu benar-benar memancing emosi saya!" teriak Angelina mengambil gelas minum di depannya langsung melemparkan kearah Arbian.

Prang!

"SAYA BENCI KAMU.."

Kejadian itu begitu cepat, Arbian belum sempat menghindari.

Arbian mengeleng ribut hatinya sakit seperti tertusuk pisau, dia sudah mendengar berkali-kali tapi tetap saja rasa sakitnya tidak meredah.

Tidak peduli dengan luka di keningnya dia mengusap kasar darah tersebut lalu melangkah ke arah mamanya.

Mom, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang