9

244 22 1
                                    


"Zen ayo masuk sini." teriak Biru mengajak Zen untuk masuk bersama ke sungai, saat ini mereka semua sedang mandi sungai tapi sayangnya Zen tidak ingin ikut.

"Ga mau ah, jijik. Pasti ada tai ngambang di sana." ucap Zen menampilkan wajah mual, wajahnya berkerut.

"Halah lo cowok bukan? Masa takut sama coklat tea."

"Bukan takut, tapi jijik."

"Udahlah Zen sini masuk, lebay banget jadi lakik lagian sungainya jernih gak mungkin ada tai." geram Rey memainkan air yang terlihat jernih dan dingin itu.

"Mungkin lah, gue pernah denger orang desa kalau eek di sungai." teriak Zen memilih duduk di bawah pohon, walaupun keadaan airnya yang jernih dan juga terlihat menyejukkan, tapi Zen tidak akan tergiur. Karena memang sedari dulu Zen paling anti dengan namanya sesuatu bakteri, debu kotoran dan sejenisnya. Melihat temannya yang belum mandi saja Zen tidak ingin mendekati apalagi harus mandi di sungai membayangkan saja membuat dia sudah ingin muntah lagi big no.

"Aish si Zen penyakitnya kumat lagi." Raffa menikmati air sungai yang mengalir itu matanya pun tak tinggal diam, dia mencoba mencari udang dan ikan sejenisnya siapa tau yang di dengar dari lagu jika 'ada udang di balik batu, batunya hilang gajahnya datang' beneran nyata.

Sementara Arbian yang melihat sifat teman-teman hanya mampu menggelengkan kepala, merasa unik melihat sifat masing-masing temannya. Yang satu anti dengan sesuatu berbau kotoran atau sejenisnya, yang satu mulutnya ga bisa di jaga, yang satu kang bucin dan yang satu lagi memiliki sifat pecinta benda warna-warni.

Berjalan di salah satu batu besar Arbian mendudukkan dirinya sambil menikmati sejuknya di pagi hari. Udara yang dingin tidak membuat Arbian pergi dari sungai, meskipun dia saat ini tidak memakai baju dan hanya memakai celana pendek saja seperti yang lain.

Tapi sepertinya niat untuk tidak akan keluar dari air harus dia tunda saat melihat sesuatu yang panjang berwarna kuning sedang mengambang di air, dan itu terlihat padat.

"Oh shit." umpat Arbian memandang teman-temannya yang terlihat bahagia sedang mencari udang dan ikan-ikan kecil.

Dengan cepat dia berlari menuju ke arah Zen yang saat ini menikmati pemandangan dengan kaca mata di dahinya, sekali-kali anak itu bernyanyi tidak jelas tanpa memperdulikan keseruan temannya di sungai.

"Zen!" panggil Arbian membuat Zen menoleh kearah Arbian yang saat ini menampilkan wajah sulit di artikan.

"Paan?!"

"Sepertinya ucapan lo bener deh!" cemas Arbian menuju tai yang saat ini mengambang mendekati teman-temannya.

"Ajir beneran ada tai." shock Zen berdiri dari duduknya, dia memang berbicara jika sungai biasanya ada benda seperti itu. Tapi Zen tidak pernah menyangka jika yang dia ucapkan beneran ada dan saat ini nyata di depannya.

"Woi, buruan kabur ada tai mendekati." teriak Zen sambil berusaha agar tidak mual, wajahnya menampilkan raut jijik.

Mereka yang mendengar sedang bersenang-senang seketika mendongak menatap kearah Zen dan di sampingnya ada Arbian.

"Halah, kibul kan lo? Mau bohong kita semua. Udahlah ga mempan bro, kalau ga mau kesini jangan ajak-ajak dong." balas Raffa tidak memperdulikan ekspresi Zen begitu juga dengan yang lain.

"Gak bohong sumpah beneran ada tai. Liat belakang lo semua."

"Ga percaya wle! Bian sini masuk lagi jangan gampang di bohongi sama Zen." ajak Biru menenggelamkan kepalanya ke air yang membuat Arbian dan juga Zen melihat itu seketika ngeri karena tai itu sudah tepat berada di atas kepala Biru.

Mom, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang