8

223 20 0
                                    

* konflik muncul seiring cerita/part..



"Kamu kenapa sih? Ga jelas banget. Dari tadi marah-marah terus! Aku ada salah apa sama kamu itu?" sebal Nara memandang pacarnya yang menampilkan wajah datar. Tangannya mengambil beberapa jeli di meja hadapannya.

"Aku gak suka kamu deketin cowok sok ganteng itu! Gantengan juga aku kemana-mana." naksir Rey menenggelamkan kepalanya di bantal sofa.

"Dia itu tukang kebun Kak, astaga masa cemburu sama tukang kebun sih." geram Nara melemparkan bungkus jeli ke Rey yang langsung di tangkap baik oleh Rey.

"Tetap aja dia cowok! Wajarlah aku cemburu." seru Rey cemberut.

"Sakarepmu wes." kata Nara pergi dari sana menuju ke dapur, tenggorokannya kering membuat dia ingin mengambil es krim di dalam kulkas dingin milik Rey.

"NARA DENGERIN AKU IH!" ujar Rey berdiri dari rebahan nya lalu mengejar langkah Nara.

"Diem deh Kak! Mending pesen makanan sana atau aku keluar dari apartemen Kakak ini." ancam Nara mengambil satu es krim berbentuk kartu SpongeBob, covernya yang menarik membuat dia memilih es krim itu di bandingkan dengan yang lain , tapi saat bungkusnya di buka bukan seperti gambar di cover bentuk es krim nya yang ada justru sangat jelek.

Mata turun karena meleleh, mulut yang tak terlihat benar-benar definisi buruk rupa.

"Aku kurang apa sih sama kamu? Kenapa kamu giniin aku, kekurangan aku apa coba sebutkan. Aku kurang masako? royco? garem? micin? ngomong jangan diem aja." dramatis Rey memegangi tangan Nara tapi langsung di tepis oleh Nara.

"Kurang satu agama." galak Nara merasa jengkel sifat dramatis Rey, sudah kesal dengan bentuk es krim yang tidak sesuai keinginannya sekarang harus melihat sifat Rey yang tantrum.

"Ya kalau itu susah sih, tapi sebenarnya kamu ngerasa baik-baik aja kan tanpa aku? Oke fine aku akan pergi kalau gitu." ucap Rey menampilkan raut melas nya yang membuat Nara ingin sekali menabok wajah yang terlihat boti di mata Nara itu.

"Diem deh boti." ucap Nara membuat hati Rey tertusuk ribuan jarum tak kasat mata. Bisa-bisa nya cowok ter-maco, ter-ganteng, dan ter-otot ini justru di katakan cowok boti.

"Yang, boti darimana sih astaga." seru Rey cemberut.

"Kenapa? Katanya mau pergi! Sana pergi, biar jadi gembel di jalan sekalian jangan lupa uang dan ATM kamu di tangan aku."

"Aku cuma bercanda sayang kamu mah ga asik ih ga bisa di ajak bercanda." rengek Rey.

"Aku emang ga asik, terus kenapa? Mau selingkuh? Sana selingkuh aja." ketus Nara pergi dari sana menuju kamarnya.

"NGGAK! AKU CINTANYA KAN CUMA SAMA KAMU AJA." teriak Rey menyusul langkah Nara.

..

"Lo berhak egois kalo itu soal kebahagian." ucap Raffa sambil menikmati makanan di hadapannya, pandangannya menyapu sekitar yang terlihat ramai karena siswa-siswi mengarti untuk mengambil makanan.

Saat ini mereka sedang berkumpul mesikpun tidak bersama Biru, karena anak itu masih belum pulang dari kampungnya.

"Yang di ucapkan Raffa bener Ar, ga semuanya harus lo pendem sendiri. Lo juga harus egois, jangan sering ngalah terus yang ada lo ga di hargai kalau terus kayak gitu." ceramah Zen memasukkan satu bakso kedalam mulutnya. Setelah mendengar cerita dari Raffa jika Arbian kembali terluka seketika Zen dan yang lain kembali menceramahi anak itu agar lagi-lagi harus mementingkan dirinya terlebih dahulu.

Arbian terdiam dia bingung harus menjawab apa, "Tanpa lo kasih tau pun gue ngerti, rasanya gue pingin banget nyerah. Tapi, keadaan selalu maksa gue buat tetap bertahan."

Mom, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang