10

317 33 1
                                    

"Gavin udah besar Ma!"

"Gapapa kamu tetep anak kecil Mama..."

"Malu ih, Gavin udah kerja jangan di suapin gini."

"Kamu kan ga pernah Mama suapin jadi biarin Mama lakukan sekarang."

"Tapi Gavin udah besar bisa makan sendiri, mending Mama makan aja sekarang."

"Ayo dong Gavin... Mama kan pingin manjain anak Mama ini."

"Aish, iya-iya." cibir nya kesal.

"Nah gitu doang... ayo buka mulut."

"Maluuu.." ucap Gavin sambil menutupi wajahnya yang memerah sambil mengunyah makanan terakhirnya.

Arbian menatap pemandangan itu dari arah pintu, sedari tadi dia tidak beralih dari sana. Terus melihat kearah mereka, boleh kah dia menginginkan perhatian itu juga?

Saat ingin mendekati mereka, pandangannya bertemu dengan mata Angelina. Pandangan itu terlihat dingin, membuat Arbian mengurungkan niat untuk melangkah.

Kenapa tiba-tiba berubah?!

"Gavin mau ke kamar dulu Ma, ada berkas yang harus di cek!" Setelah mengatakan itu Gavin pergi dari sana sesudah mencium pipi mamanya.

Angelina hanya tersenyum kemudian berjalan kearah dapur untuk mencuci piring bekas di tangannya.

Dengan cepat Arbian melangkah menuju kearah Angelina,

"Ma!" panggil Arbian dengan lirih.

Angelina menghentikan cucian piringnya, tanpa menoleh dia berkata.

"Pergi." ucap dingin Angelina membuat tubuh Arbian menegang.

Mengigit bibir bawah, Arbian mengontrol perasaannya sendiri agar tidak terlalu sakit.

"Ma! Bian mau di suapin kayak Bang Gavin." ujarnya sambil memegang daster yang saat ini di pakai oleh Angelina, terlihat sangat cantik menurut Arbian. Tak di pungkirin mamanya memang selalu cantik.

"Jangan sentuh!" sentak terdengar kasar dan dingin.

"Ma..." sendu Arbian.

"Jangan ganggu saya.. pergi dari sini."

"Bian mau peluk!!" ucapan Arbian terdengar sedikit merengek, karena sejujurnya dia benar-benar ingin pelukan dari seorang Ibu. Sejak kecil Arbian harus menyembunyikan perasaan manja nya agar tidak di anggap cowok lemah.

"Jangan mimpi kamu." kesal Angelina tak terkendali, kenapa setiap bertemu dengan anak di depannya emosinya selalu saja tidak stabil.

"Mama, kenapa tidak pernah sayang Bian?" tanya Arbian dengan lirih tangannya berusaha menjangkau Angelina namun dengan cepat di tepis oleh wanita itu.

"Karena kamu penyebab semua penderitaan saya." sengitnya.

"Bian, cuma pingin pelukan dari Mama." pintal Arbian menampilkan wajah putus asa nya, rasanya melelahkan jika terus berjuang seperti ini.

"Jangan mimpi mau pelukan dari saya."

"Mama nggak pernah suka Bian ada ya?" tanya Arbian memandang wajah mamanya yang terlihat selalu cantik.. meskipun tidak pernah tersenyum kepadanya.

"Kamu nggak di harapkan di dunia ini. Gara-gara kelahiran mu rumah tangga saya jadi hancur." bentak Angelina mendorong bahu Arbian hingga anak itu terjatuh terkena ujung meja sangking kuatnya dorongan.

"Bian tidak di harapkan?" ringkis Arbian merasa nyeri area punggungnya, pasti akan membiru nanti.

Angelina mengambil pisau di depannya lalu melangkah mendekati Arbian "Ya saya benar-benar membencimu, semoga kamu pergi dan jangan pernah muncul lagi."

Mom, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang