15

293 28 2
                                    

"Om, tante saya izin pulang dulu." ujar canggung Arbian bersaliman kepada orang tua Raffa.

"Lho? Kok tiba-tiba. Di luar cuacanya masih gerimis lho." kata Zara berdiri dari duduknya, saat ini mereka memang berada di luar tamu sedang menonton TV, hari sudah pukul satu dini tidak membuat mereka mengantuk.

"Hehehe, Mama saya suruh saya pulang tante." bohong Arbian.

"Mau Om anter?!" tawar Revan berdiri.

Dengan cepat Arbian menggelengkan kepala, "Nggak usah Om, saya di jemput sama Mama di depan." ucap Arbian berbohong sekali lagi.

"Baiklah hati-hati, titip salam sama Mama kamu." ucap mereka di balas anggukan oleh Arbian, dengan cepat dia berjalan keluar setelah berpamitan.

Setelah keluar dari gerbang rumah sahabatnya itu, Arbian berjalan menyelusuri trotoar malam. Matanya menatap sekeliling yang terlihat sepi, dia bingung harus pergi kemana lagi malam ini.

Arbian menghela napas lelah, jujur tubuhnya sudah sangat capek yang dia butuhkan adalah istirahat.

Arbian bingung dia tidak memiliki tujuan, setelah pengusiran temannya tadi Arbian jadi canggung untuk pergi ke rumah teman-temannya yang lain. Pasti mereka akan terganggu olehnya, maka dari itu malam ini pukul satu malam dia memutuskan untuk tidur di bangku taman dekat tempat kerjanya.

Arbian akan tidur di sana malam ini, setelah pagi dia akan bekerja dan meminta izin untuk tidur di tempat kerjanya. Setau Arbian di sana ada kamar kosong, bukan kamar melainkan gudang tapi dia tidak masalah asalkan memiliki tempat kerja.

Soal sekolah Arbian tidak terlalu memusingkan, dia sudah lulus bahkan ijazah sudah di bagi sejak acara di mulai. Sekolah elit benar-benar kerja tepat waktu.

Sampai di bangku Arbian meletakkan tasnya. Lalu dia memijat sebentar kakinya yang lelah karena berjalan cukup jauh.

"Huft." hela napas sekali lagi terdengar.

Arbian sejujurnya masih memikirkan sahabatnya itu, kenapa dia tega mengusirnya. Tapi setelah di pikir-pikir itu wajar, mengingat Raffa sejak dulu tidak mendapatkan kasih sayang jadi Raffa pasti takut kasih sayang orang tua nya akan di ambil olehnya.

Agak kesal juga, kenapa ga di usir waktu pagi aja gitu.. Sahabatnya itu memang benar-benar. Meski begitu Arbian tidak terlalu mempermasalahkan.

Kalau di tanya kecewa atau tidak, jelas dia kecewa tapi dia paham alasannya jadi Arbian tidak akan menghakimi sahabatnya itu.

Soal Om Aryan dan Bang Gavin, Arbian tidak memusingkan mengingat mereka saat ini tengah bekerja ke luar negeri. Yang sedari tadi menganggu pikiran itu adalah mamanya sendiri, bagaimana keadaannya? Mengingat terakhir kali Arbian melihat mamanya terlihat tidak bisa mengontrol emosinya.

Memilih abai dia menidurkan tubuhnya ke kursi putih panjang itu, tak butuh waktu lama Arbian tertidur dalam keadaan memeluk tubuhnya yang kedinginan.

..

"Hei bangun.." guncang seorang membangunkan tidur Arbian.

Arbian mengerjapkan matanya beberapa kali mengusir rasa ngantuknya. Setelah merasa sadar dia mendudukkan dirinya.

Matanya memandang lelaki di depan tengah menatap dirinya, dalam hati Arbian berharap orang di depannya bukan hantu mengingat saat ini masih tengah malam.

"Jangan tidur di sini." perintah orang tersebut.

"Maaf.." ujar Arbian, sambil mengaruk belakang rambutnya.

"Kenapa tidur di sini?!" tanya orang itu duduk di sebelah Arbian.

"Saya di usir Paman.." jelas Arbian sambil memeluk tasnya. Cuaca sangat dingin.

Mom, I'm SorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang