THE LOVE TRIANGLE || END [✓]

ᥫ᭡ Six

◖Happy Reading◗

Semua barang-barang berjatuhan dari tempatnya. Kini markas Varveroz berantakan karena ulah Johan. Johan melampiaskan amarahnya dengan datang ke markas Varveroz.

"ALASKA SIALAN! KENAPA BUKAN GUE YANG JADI PEMENANGNYA? KENAPA HARUS ALASKA? ARRGHH!" Sekali lagi Johan menendang barang-barang yang ada disitu.

Saka "JO! UDAH JO!" Ujarnya berusaha menghentikan Johan yang sedang mengamuk.

Saka "Eh bantuin anjir! Gue juga gabisa kalo sendiri!" Ujarnya menyuruh teman-temannya untuk membantu Saka menghentikan Johan.

Johan "PERGI LO SEMUA, ANJING!"

Kenzo "UDAH ANJIR, JOHAN!"

Gerald "Udah Jo, lo tenang dulu. Duduk lah. Markas kita udah berantakan ini."

Johan menatap tajam Gerald. Tetapi ia tetap menuruti perintah Gerald, Johan menduduki dirinya disebuah kursi. Ia kembali merenungkan kalimat-kalimat yang dilontarkan Sora kemarin.

Johan "Gue kurang apa sih?" Ujarnya bertanya kepada semua teman-temannya.

Gavin "Mungkin Sora emang bukan buat lo, Jo. Lo boleh galau kali ini. tapi inget, diluar sana masih banyak cewek yang mau sama lo. Lo ganteng, Jo. Lo ganteng, tinggi, kaya, punya segalanya, dan semuanya yang lo mau bisa lo dapetin."

Johan "Iya, semua yang gue mau bisa gue dapetin. Kecuali Sora kan?"

Gavin pun terdiam. 'Waduh, gue salah ngomong deh kayanya.' batin Gavin.

Drrtt...drrtt

Johan merogoh ponselnya dan mengangkat telepon itu. "Ya, kenapa?" Jawab Johan.

"ANAK SIALAN! INI SUDAH JAM  05.00 PAGI KAMU MASIH KEMANA AJA?  INGET JOHAN, KAMU MASIH PUNYA ORANG TUA!."

Johan reflek menjauhkan ponselnya dari kupingnya.

"Jangan membebankan papi mami kamu! Besok papi sama mami harus pergi keluar negeri untuk bisnis, Johan. Dan kamu malah menganggu waktu tidur papi sama mami."

Johan "Siapa suruh telepon Johan dan suruh Johan pulang? Johan diam aja, Johan ga ganggu kalian berdua."

"Memang anak sialan ya kamu! Dibilangin nge jawab terus. PULANG, NATHANIEL JOHAN!"

Tutt. Johan mematikan telepon dari papinya itu. Johan menghela nafasnya panjang. "Gerald, anter gua pulang." Ujar Johan.

Gerald "Siap, bos!" Kemudian Gerald mengantar Johan pulang sampai ke halaman rumah Johan.

Johan "Thanks ya, rald."

"Yoi! Pergi dulu ya, bos." Ujar Gerald mengendarai motornya pergi meninggalkan halaman rumah Johan.

Johan berjalan memasuki rumahnya. Johan melihat Papi dan Maminya berjalan menghampirinya dengan wajah yang tidak ramah untuk dipandang.

Shinta menampar pipi Johan. Ya, itu memang tidak cukup keras tamparannya. Namun bisa membuat Johan tersentak. "Apasih, mi?" Tanya Johan bingung.