ᥫ᭡ Sixteen

39 7 2
                                    

Happy Reading

Johan memarkirkan mobilnya di parkiran rumah sakit. Johan berniat untuk menjenguk supir Shinta yang ikut dalam kejadian kecelakaan kemarin. Johan berjalan memasuki rumah sakit dan mencari ruang inap yang ditempati oleh Pak Roni.

Johan menatap pria itu yang sedang tertidur diranjang ditemani oleh sang istri.

Tok..tok..tok!

"Eh? Den Johan ada apa kemari?" Tanya wanita tua itu.

Johan tersenyum ramah. "Johan mau jenguk Pak Jirman, Bu."

"Ah.. silahkan masuk, den."

"Maaf ya kalo Johan ganggu."

"Ehh enggak kok. Malah seneng di jengukin sama den Johan."

"Saya minta maaf karena ga bisa datang ke pemakaman Nyonya Shinta ya, den." Kata Pak Jirman.

"Gapapa, Pak. Ga masalah, Papi sama Johan juga tau gimana kondisi Pak Jirman."

Pak Jirmanto tersenyum. "Terimakasih, den."

"Oh iya, Papi ga bisa ikut jenguk Pak Jirman karena lagi sibuk, Pak."

"Gapapa, Saya ngerti kok."

Johan menatap luka sayatan yang ada di pipi kanan Pak Jirmanto. "Itu pipinya kena apa, Pak? Ke gores kaca mobil?" Tanya Johan.

"Bukan, den. Ini kena pisau pas kecelakaan."

"Kena pisau? Gimana ceritanya bisa kena pisau?"

"Pelakunya yang nabrak saya sama Nyonya Shinta itu bawa pisau, dia menyayat pipi saya, den."

Johan mengerutkan keningnya. Siapa sebenarnya pelaku yang sudah menabrak Pak Jirmanto dan juga Maminya?

"Mohon maaf banget ini mah, den.. saya berpikir kalo yang nabrak Pak Jirmanto sama Nyonya Shinta itu salah satu anak gang motor. Lagipula ngapain nabrak Pak Jirman dan Nyonya Shinta? Pake main pisau segala lagi. Dia ada masalah sama suami saya? Atau sama Nyonya Shinta?" Kata istri Pak Jirman.

Johan berpikir sejenak. "Bener juga apa yang ibu bilang. Johan jadi kepikiran."

• •𓆩♡𓆪• •

Beberapa hari kemudian.

Kini Johan dan Sora sedang berjalan-jalan disebuah taman yang banyak sekali pedagang berjualan jajanan disitu. "Mau jajan apa, ra? Hari ini semuanya aku yang bayarin." Kata Johan.

"Ih, kok gitu sih?"

"Ya begitu. Kenapa? Udah deh gausah ga enakan sama aku. Ini juga kemauan aku yang mau bayarin semuanya."

"Beneran??"

Johan mengangguk. "Iya, sayang."

Sora mencubit tangan Johan. Ia kesel karena cowok itu memanggil Sora seperti itu. "Nyebelin!" Ujarnya mengerucutkan bibirnya.

Johan tertawa. "Lucu banget sih bocil."

"Sekarang aku mau jajan! Katanya kamu mau bayarin aku."

THE LOVE TRIANGLE || END [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang