Chapter 8

34 17 15
                                    

"Sekeras apapun batu pasti akan terbelah bukan jika terus ditetesi air?"

•••

Seorang pria membanting pintu dengan kencang, ia segera menyambar dasinya lantas menyugar rambutnya dengan kasar.

Satu jam yang lalu Razril sedang mengikuti persidangan antar pebisnis gila. Ia menangani seorang klien yang statusnya tertuduh melakukan pekerjaan yang tidak ia lakukan. Hampir saja kasus itu dimenangkan olehnya, namun di detik-detik terakhir seorang hacker wanita yang tidak dikenal memberikan data-data konkrit kepada lawan Razril.

Sehingga kasus dimenangkan oleh mereka, dan klien milik Razril berhasil dijebloskan ke dalam jeruji besi. Disini Razril pun tak habis pikir, ternyata kliennya ini memang bersalah, lalu mengapa ia malah menyewa pengacara, terkemuka lagi seperti Razril, bahkan jika ia harus mati-matian membelanya, kliennya tetap lah bersalah. Merepotkan saja, pikirnya.

Cklek~

Pintu terbuka tanpa diketuk.

"Ril" Seorang gadis dengan riasan make up tebal di wajahnya menghampiri pria itu.

"Berhenti disana" Ia mengerutkan dahinya.

"What? Why?!"

"Keluar."

"Hah?" beonya.

"Aku sedang tidak ingin diganggu, apa kau paham?" membuat gadis itu semakin geram dan kesal.

"Apalagi ini Ril?! Lagi-lagi kau mengusirku? Apa sekarang kau menjadi gila sebab perubahan adikmu, hah?!"

"Ck, tutup mulutmu Retta." Razril memelankan nada bicaranya namun sarat akan kedinginan.

"Sejak kapan nada bicaramu berubah seperti itu kepadaku," kini Retta yang berbicara naik satu oktaf.

"Itu bukan urusanmu?"

"K-kau.. Apa aku membuat kesalahan? Sampai kau bersikap sangat acuh belakangan ini," tanyanya melemah, kini gadis itu sudah berdiri tepat di hadapan Razril.

Razril terdiam, menatapnya manik dihadapannya yang mulai bergetar.

"Jadi sekarang aku tidak dapat mengetahui apapun tentangmu lagi? Jadi sekrang aku hanya seonggok gangguan untukmu, Razril?" Retta memasang raut wajah kecewa. Razril tak bergeming, ia butuh waktu, jujur ia tidak dapat berhadapan dengan sosok Retta yang seperti ini.

Pria itu harus segera menjaga jarak dengannya. Jika tidak, selamanya Razril akan terus larut dalam lautan penyesalan.

"Razril?" Gadis itu menyentuh bahunya. Namun langsung di turunkan lagi oleh Razril.

"Gue cuman butuh waktu ta, lo harus mulai fokus sama diri lo sendiri." Ucapnya lembut.

"Sekarang lebih baik kau pulang dulu, istirahat, jangan membuang energimu hanya untuk hal yang sia-sia seperti ini, okay?" tidak ada ucapan yang dingin lagi, hanya ada perkataan lembut yang mengandung perhatian seperti biasanya.

Gadis itu mengangguk paham, ia mengusap ujung matanya yang mulai membasah. Kemudian pergi meninggalkan nya.

Razril mendudukkan diri di kursi kebesarannya, ia menghela nafas berat. Pikiran nya sedang berantakan, ditambah dengan kedatangan Retta mengingat kannya selalu dengan penyesalan yang belakangan ini terus menggelayuti pria itu.

•••

Eyra tengah bersantai didepan televisi, ia sedang asik menonton anime bergenre slice of life seraya mengemil kripik yang dibelinya.

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang