36. Masa Kelam

8 3 0
                                    

Masa Kelam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masa Kelam

Baik, aku kembalikan seperti semula, Tuan
Aku tidak akan membiarkan hariku luruh tanpa puisi yang kularikkan
Kuawali pagi dengan seulas senyuman
Pura-pura tertawa atas rindu yang menekan

Tuan ...
Aku bukan perempuan yang tiada luka
Runtuhnya air mata sudah bukan lagi sekedar merata
Luluh senyumku hanya berdiri karena sekuntum tujuan yang perlu ditata
Berjejernya huruf yang kususun dengan jemariku yang saling merasuki ponsel sudah jelas mengatakan tentang masa kelam runyam yang tak bisa dibuta

Mencintaimu itu bukan tentang kekhawatiran
Aku tidak pernah berpikir dan mengenalkan bertepuk sebelah tangan
Bodoh? Mungkin, tapi tidak semua bodoh perlu disingkirkan
Mengapa demikian? Jelas karena aku tidak mau tersekap dalam seramnya kegelapan

Entah akhir akan bagaimana
Aku sudah sering menegaskan, bahwa tugasku adalah merawat, mendidik, dan menerima dengan tulus atas cinta yang telah diberikan
Perkara imbal balik itu ranahmu, perkara ending itu masih di masa yang sedikit pun belum bisa kita tahu
Sesuai nasihatmu Tuan, akan kuhadapi ruang cinta dengan angin sepoi-sepoi, bukan dengan angin badai

Bersiap-siaplah ... hari ini Tuan berhadapan dengan wanita yang raganya telah tercoret-coret oleh banyak nista
Hari ini wanita yang sedang Tuan ajak bicara adalah dia yang jiwanya telah dirobek dari susunan amerta
Bukan lagi seorang wanita yang masih bersih anggun jelita
Bahkan bisa dikatakan, hari ini wanita itu sebenarnya sudah mati, hanya saja mengalami reinkarnasi yang diberi mata kejaiban oleh sang Maha Pemberi hingga masih bisa Tuan dengar rengekan-rengekan menyebalkan yang kisaran buruknya sampai berjuta-juta

Jangan heran, jika setitik katamu tak bisa kuterima
Sebab hatiku masih penuh dengan luka
Sebab diriku yang ceria bisa mengolah dengan hiasan tawa itu sudah sirna
Jadi ... mohon kerja samanya Tuan ... perempuan seperti aku ini butuhnya nasihat yang telah mengalami pengolahan karena alat olahku sendiri sudah tenggelam dalam lautan masa kelam

Al: Saya sudah tidak muda lagi

Az: 😂Sejak kapan kepala dua dikatakan tua

Al: Ya udah tua itu, temen-temenku bahkan lebih muda udah punya anak

Az: Tuan pengen punya anak?

Al: Udah punya anak pun label saya itu tetap udah tua

Az: Mau Tuan apa, sih? Udah mau nikah ya?

Al: Iya kalau sudah waktunya

Az: Dengan?

Al: Bisa juga dengan kamu. Saya gak bisa janji kalau soal begitu 🙏🏻

Az: Tuan ... 👍👍 baguslah jangan janji

Al: Biasanya permpuan suka dikasih janji

Az: Dikasih janjinya suka, cuma kalau dikhianati hancurnya tak terkira, lebih manis langsung pembuktian nyata bukan?

Al: Tapi belum bisa sekarang

Az: Karena masa lalu?

Al: Bukan, karena saya masih fokus mencari ilmu. Bagi saya antara dunia pendidikan dengan rumah tangga belum bisa disatukan.

Az: Bisa aja kok asal udah punya tameng. Secara usia Tuan tuh udah matang loh🤣

Al: Kamu nggak salah, tapi kualitasnya bagusan kalau diselesaikan dulu masalah pendidikan

Az: Kayak gitu kok ngeluh umur tua

Al: Kamu udah siap nikah? Kemarin nanyain perkara nikah mulu

Az: Hhaha dasar ngalihin pembicaraan! Kemarin itu kasusnya temen aku Tuan. Kualitasnya justru bagus kok kalau barengan, kan ada support halal.

Al: Lama-lama anak saya yang satu ini kok meresahkan 🤣

Al: Lama-lama anak saya yang satu ini kok meresahkan 🤣

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Az: Anak bisa kan jadi istri?😾

Al: Bisa asal sesuai prosedur

Az: Prosedur pertama?

Al: Tidak ada ikatan darah

Azizah Bounty
Ponorogo, 28 Mei 2024

Desahan Rindu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang