"Mencintaimu ialah penghargaan yang luar biasa."
Bukankah desahanku itu nikmat bagimu, Tuan? Lantas mengapa kau jahit mulutku?
Terus saja mengambil dalih cinta sebagai pagar dari gelombang nafsu!
Terus saja kau salahkan desahanku,
tapi kau timang...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Masa Kelam
Baik, aku kembalikan seperti semula, Tuan Aku tidak akan membiarkan hariku luruh tanpa puisi yang kularikkan Kuawali pagi dengan seulas senyuman Pura-pura tertawa atas rindu yang menekan
Tuan ... Aku bukan perempuan yang tiada luka Runtuhnya air mata sudah bukan lagi sekedar merata Luluh senyumku hanya berdiri karena sekuntum tujuan yang perlu ditata Berjejernya huruf yang kususun dengan jemariku yang saling merasuki ponsel sudah jelas mengatakan tentang masa kelam runyam yang tak bisa dibuta
Mencintaimu itu bukan tentang kekhawatiran Aku tidak pernah berpikir dan mengenalkan bertepuk sebelah tangan Bodoh? Mungkin, tapi tidak semua bodoh perlu disingkirkan Mengapa demikian? Jelas karena aku tidak mau tersekap dalam seramnya kegelapan
Entah akhir akan bagaimana Aku sudah sering menegaskan, bahwa tugasku adalah merawat, mendidik, dan menerima dengan tulus atas cinta yang telah diberikan Perkara imbal balik itu ranahmu, perkara ending itu masih di masa yang sedikit pun belum bisa kita tahu Sesuai nasihatmu Tuan, akan kuhadapi ruang cinta dengan angin sepoi-sepoi, bukan dengan angin badai
Bersiap-siaplah ... hari ini Tuan berhadapan dengan wanita yang raganya telah tercoret-coret oleh banyak nista Hari ini wanita yang sedang Tuan ajak bicara adalah dia yang jiwanya telah dirobek dari susunan amerta Bukan lagi seorang wanita yang masih bersih anggun jelita Bahkan bisa dikatakan, hari ini wanita itu sebenarnya sudah mati, hanya saja mengalami reinkarnasi yang diberi mata kejaiban oleh sang Maha Pemberi hingga masih bisa Tuan dengar rengekan-rengekan menyebalkan yang kisaran buruknya sampai berjuta-juta
Jangan heran, jika setitik katamu tak bisa kuterima Sebab hatiku masih penuh dengan luka Sebab diriku yang ceria bisa mengolah dengan hiasan tawa itu sudah sirna Jadi ... mohon kerja samanya Tuan ... perempuan seperti aku ini butuhnya nasihat yang telah mengalami pengolahan karena alat olahku sendiri sudah tenggelam dalam lautan masa kelam
Al: Saya sudah tidak muda lagi
Az: 😂Sejak kapan kepala dua dikatakan tua
Al: Ya udah tua itu, temen-temenku bahkan lebih muda udah punya anak
Az: Tuan pengen punya anak?
Al: Udah punya anak pun label saya itu tetap udah tua
Az: Mau Tuan apa, sih? Udah mau nikah ya?
Al: Iya kalau sudah waktunya
Az: Dengan?
Al: Bisa juga dengan kamu. Saya gak bisa janji kalau soal begitu 🙏🏻
Az: Tuan ... 👍👍 baguslah jangan janji
Al: Biasanya permpuan suka dikasih janji
Az: Dikasih janjinya suka, cuma kalau dikhianati hancurnya tak terkira, lebih manis langsung pembuktian nyata bukan?
Al: Tapi belum bisa sekarang
Az: Karena masa lalu?
Al: Bukan, karena saya masih fokus mencari ilmu. Bagi saya antara dunia pendidikan dengan rumah tangga belum bisa disatukan.
Az: Bisa aja kok asal udah punya tameng. Secara usia Tuan tuh udah matang loh🤣
Al: Kamu nggak salah, tapi kualitasnya bagusan kalau diselesaikan dulu masalah pendidikan
Az: Kayak gitu kok ngeluh umur tua
Al: Kamu udah siap nikah? Kemarin nanyain perkara nikah mulu
Az: Hhaha dasar ngalihin pembicaraan! Kemarin itu kasusnya temen aku Tuan. Kualitasnya justru bagus kok kalau barengan, kan ada support halal.
Al: Lama-lama anak saya yang satu ini kok meresahkan 🤣
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.