Chapter 9

12 0 0
                                    

"Aku akan selalu siap menemanimu dalam keadaan apapun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku akan selalu siap menemanimu dalam keadaan apapun. Maka menangislah selagi aku yang masih menjadi sandaranmu."

•••

3 tahun yang lalu

(Flashback on)

Ini adalah hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa kelas akhir, yaitu perpisahan. Semua orang berdandan begitu rapih sesuai dresscode yang telah ditentukan.

Setiap siswa wajib mengenakkan jas dengan celana putih tentunya dipadukan dengan kemeja putih lalu para siswi wajib mengenakan dress bewarna putih pula.

"Penghargaan siswa terbaik diberikan kepada ananda Eyrafa Lamont"

Tepukan meriah menyambutnya, sedang gadis yang dipanggil itu kebingungan, apakah pemilik nama itu adalah dirinya, ia sungguh tak menyangka apa yang telah terjadi di masa lalu hingga dirinya mendapatkan penghargaan tersebut.

Eyra pun menerima penghargaan itu dengan senang hati meskipun masih banyak kebingungan yang menerpa kepalanya.

Lalu sampai lah pada sesi foto, tak ada satupun keluarganya yang datang sebab Eyra sengaja tidak mengundang mereka. Ada banyak pertanyaan di kepalanya mengenai keluarganya sendiri, kini gadis itu menatap kesibukan orang-orang yang tengah mengambil sesi foto bersama entah dengan keluarga maupun teman.

Bahkan untuk sekadar foto bersama teman-temannya saja Eyra enggan, tak ada satupun yang ia kenali setelah ia bangun dari tidurnya kala itu. Ingatannya seakan kosong bahkan ia tak mengenali dirinya sendiri. Terhitung sudah satu bulan sejak kejadian itu.

"Congratulations girl" Seseorang menghampiri Eyra lalu memberikan nya sebuket bunga mawar merah, Eyra pun mengangkat kepalanya.

"Thanks, hem tapi maaf sebelum nya, kau siapa ya?" Eyra merasa tak enak hati. Apakah pria di hadapannya ini adalah temannya.

Pria itu mengernyit, namun tak lama tangannya terulur, tatapan mata nya jatuh tepat pada manik coklat terang yang memancarkan kebingungan.

"Kau melupakanku?" Eyra menggaruk tengkuknya yang tak gatal itu lantas tersenyum konyol menurut pria yang tengah berdiri dihadapannya ini.

Perkenalan sekali lagi tak masalah bukan.

"Agress."

Eyra menyambut uluran tangannya.

"Apa kita pernah berteman?" tanya Eyra.

"Yah."

"Dekat?"

"Lumayan," harapnya. Agress berbohong mengenai kedekatan mereka, namun mendapati kenyataan yang sangat tidak diduga ini, ia pun bertekad akan memanfaatkannya dengan sangat baik.

ResetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang