.
.
.
Terry mendongak menatap seorang cowok yang berperawakan bule yang berdiri di sampingnya. Cowok yang menjadi teman pertamanya di kelas. Namanya, Kai Sebastian."Kantin yuk," ajak cowok itu.
"Di kantin ada apa aja?" tanya Terry seraya bangkit dari duduknya.
"Banyaklah pokoknya," balas Kai.
Keduanya mulai melangkahkan kaki keluar kelas. Tak ada yang membuka suara. Keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Lo kenal Ethan Lebanin?" Terry memulai percakapan kembali dengan bertanya disela-sela langkahnya. Ia masih penasaran akan sosok Ethan. Sosok misterius yang tiba-tiba mengirimkannya undangan digital. Entah apa maksud dan tujuan orang itu.
Kai mengerutkan alisnya bingung. "Ethan Lebanin? Kagak tuh, emang kenapa?"
"Emang disini kagak ada yang namanya Ethan Lebanin?"
"Kagak ada!"
Terry menghela nafas pelan. Rasa penasarannya tentang Ethan semakin membuncah.
'Sebenarnya apa tujuan Ethan nyuruh gue ke SMA ARUTALA?' batin Terry.
Terry menghentikan langkahnya lalu mendongak menatap gedung lantai dua dengan ekspresi datar. 'Apapun alasannya, gue bakal cari tau!'
Kai yang tak merasakan kehadiran Terry disisinya menoleh ke belakang. "Kenapa lo berhenti?"
Terry menoleh menatap Kai dengan senyuman tipis. "Tadi gue ngelihat sesuatu, tapi mungkin gue salah liat."
"Oh gitu! Yaudah yuk lanjut ke kantin," ajak Kai.
Terry menganggukkan kepalanya lalu mengikuti langkah Kai.
***
Terry mengangkat sebelah alisnya saat melihat setangkai bunga mawar putih di mejanya. "Bunga mawar putih?""Baru aja lo masuk di sekolah ini, lo udah dapet bunga penyambutan."
Terry yang baru saja mendudukkan dirinya di kursi menerima pesan dari nomor anonim lagi. Tanpa berlama-lama lagi, ia membuka pesan dari orang yang menjadi alasannya pindah ke sini sekaligus orang yang membuatnya penasaran.
---
XXIII
V
XII
III
XV
XIII
V-Ethan Lebanin-
---
Terry mengerutkan alisnya bingung dengan angka romawi yang dikirimkan oleh Ethan kepadanya.
"Lo kenapa Ry? Ada masalah?" tanya Kai saat melihat Terry yang mengerutkan alisnya.
Terry tersenyum kikuk. "Kagak!"
Terry mulai memecahkan angka-angka romawi itu menjadi angka biasa. Dimana XXIII itu adalah 23, V itu adalah 5, XII adalah 12, III adalah 3, XV adalah 15, XIII adalah 13. Namun ia masih bingung untuk apa angka-angka itu. Tidak mungkin Ethan mengirimkannya angka-angka ini tanpa ada maksud dan tujuannya. Pasti ada sesuatu dibalik angka-angka ini, tapi apa?
"Apa jangan-jangan ini sandi angka?" gumam Terry.
Terry terdiam sesaat dengan otaknya yang berusaha merangkai maksud dari angka-angka itu. Setelah mengetahui artinya, ia berseru pelan dengan nada kesal. "Aish, Ethan bangke! Dia ngirim kek ginian cuma mau bilang welcome?" Terry berdecak kesal.
Terry memegang kepalanya yang sedikit pusing. Semakin ia berusaha ingin mengetahui tentang Ethan, ia semakin dibuat penasaran dan gila.
"Gue pikir petunjuk, kagak taunya malah ucapan penyambutan doang!" Terry bergumam lalu menghela nafas pelan.
Cowok itu mendongak menatap keluar jendela. Sebelah alisnya terangkat satu saat melihat Ben yang berjalan di koridor sendirian dengan headphone yang menyumbat telinga cowok berkacamata itu.
"Terry Fernando?"
Terry mengalihkan pandangannya ke arah depan, dimana seorang guru menyebut namanya. "Saya bu!" Terry berucap sembari mengangkat tangan kanannya.
"Baiklah anak-anak, karena Terry merupakan murid baru disekolah kita maka dari itu ibu ingin kalian semua harus membantu Terry beradaptasi. Mengerti semua?"
"Siap Bu!" ucap kompak satu kelas, kecuali Terry tentu saja.
"Hari lalu ibu kasih kalian tugas seni kan? Ada yang sudah selesai?" tanya guru itu sembari membuka tasnya untuk mencari pena.
Terry hanya terdiam memperhatikan teman sekelasnya yang begitu ricuh. Sudut bibirnya terangkat ke atas membentuk senyuman tipis.
'Mungkin ini langkah awal buat terbebas dari hidup gue yang membosankan, sekaligus nyari tau maksud dan tujuan Ethan ke gue. Ethan Lebanin, gue bakal nyari lo!' batin Terry seraya menyeringai kecil.
_____________
Terry
Kai
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Invitation (TXT)
Mystery / ThrillerWARNING!!! DILARANG PLAGIAT!!! SEDANG DALAM PROSES PERBAIKAN DAN ADA BEBERAPA TYPO YANG TAK DISENGAJA Terry merupakan murid berprestasi di sekolahnya. Namun meskipun demikian, ia merasa bahwa hidupnya sangat membosankan. Dimana dia hanya belajar, se...