06. TOKOH UTAMA

36 7 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
.
.

---

Batas waktu membuat tim hanya bisa dilakukan selama satu minggu. Lewat dari itu, kamu gagal. Dan permainan berakhir!

Ethan Lebanin

---

Terry mengacak rambutnya frustasi. Rasa penasaran dan obsesi dirinya untuk menemukan sosok Ethan semakin membuncah dalam dirinya. Namun ia tak tau harus bagaimana mencari enam orang itu untuk membentuk tim.

"Kayaknya lo harus pikirin ulang tentang buat tim," pungkas Steve.

"Kagak bisa, gue harus nyari 6 orang itu buat bentuk tim!" kekeuh Terry.

Steve menghela nafas kasar. "Buat tim itu susah, Ry. Dimana lo harus nyari yang sesuai dari segi fisik, otak, kemampuan dan segalanya. Dan juga harus ada tujuan ama alasannya. Kagak semudah itu nyari 6 orang buat bentuk tim tanpa itu semua."

Terry menghela nafas kasar. Ia memijat kepalanya yang terasa pening.

"Mending lo lupain aja si Ethan itu, lo juga kagak rugi kan?"

Terry terdiam. Melupakan sosok Ethan tak semudah itu untuknya. Sosok Ethan seolah sudah membuat pikirannya terbuai akan sosoknya yang begitu misterius, seakan ada rahasia dibalik ini semua. Hal itu sulit membuatnya tak bisa melupakan sosok misterius itu. Menyerah sekarang hanya akan membuatnya semakin dilanda rasa penasaran yang tinggi.

Bahkan ia sudah beberapa kali mencari aplikasi dan beberapa website untuk melacak nomor anonim yang sering dipakai Ethan untuk mengiriminya pesan, namun ia belum juga menemukan apa-apa. Dan bukan hanya itu, ia juga sempat menyewa hackers melacak nomor itu tapi masih belum ada tanda apa-apa. Sosok misterius Ethan semakin memancing jiwa penasaran Terry. Dan Terry akan melakukan apapun agar bisa menemukan sosok itu.

"Gue harus lakuin apapun buat menemukan Ethan, Steve!"

Steve menghela nafas kasar. "Jangan terlalu obsesi buat nemuin Ethan yang bahkan kagak lo kenal sama sekali. Kita kagak tau seberbahaya apa si Ethan."

Steve berbalik pergi meninggalkan Terry sendirian.

Terry membuang nafas kasar. Cowok itu menunduk dengan pikiran berkecamuk.

Sebuah tepukan di bahunya membuatnya mendongak menatap sosok Ben.

Ben duduk di samping Terry. "Lo kenapa? Frustasi gitu," tanya Ben.

Terry menoleh menatap Ben. "Apa yang bakal lo lakuin kalo misalnya ada nomor asing yang chat lo dan nyuruh lo buat tim?"

Ben terdiam sesaat. "Gue mungkin kagak peduli ama orang itu, karena bagaimana pun gue kagak tau di siapa. "

Terry menunduk terdiam.

"Tapi gue juga penasaran sama sosok orang itu," lanjut Ben.

Terry masih terdiam.

"Kenapa harus gue? Dan apa alasan dan tujuan dia? Mungkin itu pertanyaan yang pengen gue tanyain ke orang itu." Ben kembali melanjutkan saat Terry hanya terdiam.

"Gue juga sepemikiran ama lo, berhenti sama aja kagak ada jawabannya." Terry menoleh menatap Ben. "Iya kan?"

Keduanya yang sibuk saling tatap tak menyadari tatapan seseorang yang menatap mereka dengan tatapan yang sulit diartikan.

***

Sosok berhoodie hitam itu menatap foto Terry dengan senyuman lebar. Ia merasa takjub melihat tokoh utama dalam permainan balas dendamnya. Meskipun cowok itu berperan bukan sebagai antagonis, tapi ia tetap saja takjub.

Suara gebrakan pada pintu tak membuat sosok itu menoleh. Matanya hanya sibuk memandangi foto Terry yang lebih menarik.

"Jadi dia, orang yang menjadi tokoh utama dalam permainan gila lo itu?" tanya cowok bertopi hitam pelaku dari gebrakan pintu kepada sosok berhoodie itu sambil berusaha menahan amarahnya.

"Iya, dia tokoh utamanya." Sosok itu menjawab dengan santai.

Cowok itu menggebrak meja dengan kasar melampiaskan amarahnya. "Lo gila?"

Sosok itu menoleh menatap datar cowok itu. "Iya, gue gila! Kenapa?"

Cowok itu menatap tajam sosok itu. "Hentiin permainan gila lo sekarang! Jangan melangkah terlalu jauh, yang ada semuanya bakal kacau karena ulah lo sendiri."

Sosok itu terdiam. Tatapan matanya mengarah ke arah foto-foto yang tertempel di papan.

"Lo bilang, lo bakal balas dendam. Apa gini cara lo balas dendam? Mempermainkan orang yang kagak bersalah, dan ngebuat permainan kagak masuk akal!?"

"Gue cuma ngelakuin apa yang gue mau! Dan gue cuma pengen balas dendam gue beda dari balas dendam yang lain," tutur sosok itu.

Cowok itu terdiam. Rahangnya semakin mengeras dengan tangan terkepal erat disisi tubuhnya. Matanya menatap tajam pada sosok itu.

Sosok itu membalikkan kursi putarnya. Matanya menatap cowok itu dengan tatapan datar. "Jangan jadi pengganggu dalam permainan gue!"

___________

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN ❤️

Mysterious Invitation (TXT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang