.
.
.Terry menatap ragu pintu rumah Cika. Ia takut gagal menyelinap ke kamar cewek itu. Apalagi, ia bingung harus bagaimana di depan keluarga Cika. Ia tak tau siapa Cika, bagaimana sifat aslinya dan apapun tentang cewek itu. Bukankah sangat aneh jika ia masuk ke dalam rumah Cika yang tak ia kenal sama sekali?
Steve yang berada di samping Terry menoleh menatap cowok itu yang hanya terdiam. "Apa kita kagak usah masuk aja?"
"Kalo kita kagak masuk, terus ngapain kita buang-buang waktu disini?" timpal Moana.
"Ry? Kita bakal jalanin rencananya kan?" Steve bertanya pada Terry yang masih terdiam.
Helaan nafas keluar dari bibir Terry. Cowok itu melangkahkan kakinya mendekat ke arah pintu. Ia mengetuk pintu berwarna coklat itu dengan wajah tanpa ekspresi.
"Siapa?" Sahutan di dalam rumah membuat Terry berhenti mengetuk. Cowok itu menoleh menatap Moana yang kini balas menatapnya.
Moana yang mengerti mengangguk. Moana yang merupakan satu-satunya cewek disana berdehem pelan. "Saya Moana, teman sekolah Cika!"
Suasana berubah sunyi. Tak ada tanggapan dari dalam membuat ketiga murid SMA Arutala itu saling memandang satu sama lain.
"Apa kita gagal?" tukas Steve.
"Kayaknya kit ..."
Perkataan Moana terpotong saat pintu terbuka. Ketiga murid SMA Arutala itu memandang ke arah seorang wanita yang terlihat masih muda namun dandanannya terlihat menor itu dengan senyuman canggung.
Wanita itu menelisik penampilan Moana, Terry dan Steve dengan lekat.
"Kalian beneran temen adik gue?" tanya wanita itu memastikan.
"Iya Kak," jawab Steve dengan kikuk.
Siska, nama kakak dari Cika itu menghela nafas. Ia membuka lebar pintu rumahnya dan mempersilahkan ketiga orang yang mengaku teman adiknya itu untuk masuk ke dalam rumahnya.
"Ada keperluan apa kalian ke sini?"
"Kami hanya ingin mengunjungi rumah Cika bermaksud berbelasungkawa kak, Cika adalah teman yang baik hati dan perhatian pada semua teman-teman yang lain."
Siska terdiam menatap lekat ketiga murid itu. "Lalu?"
Ketiganya terdiam. Mereka bingung harus bagaimana.
Melihat ketiga teman Cika itu terdiam, Siska menghela napas pelan. "Terima kasih atas perhatian kalian, apa kalian ingin minum sesuatu?"
"Ah, air putih saja Kak!"
"Kalian bertiga tunggu disini, gue ambilin minum dulu."
"Ah tunggu Kak," tahan Terry saat Siska hendak melangkah pergi.
"Ada apa?"
"Saya pengen ke toilet, dimana ya kak?"
"Lo terus aja dari sini! Kalo lo ngeliat tangga toiletnya tepat disamping tangga."
"Makasih Kak," ucap Terry sambil tersenyum tipis.
Siska hanya mengangguk kecil dan melanjutkan langkahnya menuju dapur.
Terry menoleh menatap Steve dan Moana. "Lo pada disini aja, biar gue yang nyelinap ke kamar Cika. Dan hubungi gue kalo kakak Cika nyari gue," tutur Terry.
Steve dan Moana hanya mengangguk mengiyakan.
Terry berjalan menaiki tangga rumah itu. Kepalanya mengedar mencari kamar Cika. Senyuman terbit di bibirnya setelah menemukan kamar cewek itu. Ia membuka pintu kamar itu dengan pelan, lalu masuk ke kamar itu. Cowok itu mulai membongkar isi lemari dan juga laci nakas milik Cika berharap bisa menemukan sesuatu yang bisa menjadi barang bukti baru atas kasus pembunuhan cewek itu.
Terry berdecak kesal saat belum juga menemukan apapun. Cowok itu mendudukkan tubuhnya ke kasur Cika sembari menelisik setiap sudut kamar itu dengan lebih teliti. Memikirkan bagaimana jika ia menjadi Cika, apa yang akan ia lakukan untuk menyimpan barang-barang kesayangannya. Terry bangkit dari duduknya saat matanya fokus menatap rak buku Cika yang berada di pojok. Terry meraih beberapa buku dan membaca judulnya. Hingga buku harian milik Cika akhirnya ia temukan. Senyuman miring terbit di bibirnya. "Akhirnya gue nemuin buku hariannya."
Terry meraih ponselnya yang berdering.
"Kenapa?"
"Cepetan keluar, kakaknya Cika nyariin Lo yang terlalu lama ke toiletnya." Suara Steve di seberang sana membuat Terry menghela nafas. "Oke, gue ke Sana!"
Saat akan melangkahkan kakinya keluar kamar Cika, Terry berhenti sejenak menatap sebuah jaket kulit hitam yang begitu mengganjal.
Diruang tamu, Steve dan Moana saling menatap menunggu kehadiran Terry yang belum juga datang dengan perasaan gelisah.
"Kok temen Lo yang satu lama banget di toilet?"
"Ah, mungkin dia lagi BAB kak!" jawab Moana.
Siska hanya terdiam.
"Eh iya kak, kalo boleh tau temen yang sering ke sini siapa aja kak?"
Siska terdiam sesaat untuk mengingat siapa saja yang biasanya bersama adiknya itu.
"Kalo gue gak salah inget, ada dua orang yang selalu anter jemput adek gue. Ah, dan seingat gue dia punya mantan pacar yang masih suka sama dia. Tapi gue lupa namanya," pungkas Siska.
"Kalo boleh tau, siapa nama mereka yang sering jemput Cika Kak? Siapa tau aja, salah satu dari mereka itu pelakunya kak?!" tutur Moana.
Steve hanya terdiam menyimak.
"Namanya Dean sama Hans kalo gak salah," balas Siska.
"Gue penasaran, kenapa kalian nanya ini? Emang hubungannya ke kalian apaan?"
Moana dan Steve terdiam. Mereka berdua saling memandang dengan lekat.
"Maaf saya lama!"
Ketiga orang itu menoleh menatap Terry yang baru saja datang. Cowok itu mendudukkan dirinya di samping Steve.
Siska hanya mengangguk.
_____________
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Invitation (TXT)
Misteri / ThrillerWARNING!!! DILARANG PLAGIAT!!! SEDANG DALAM PROSES PERBAIKAN DAN ADA BEBERAPA TYPO YANG TAK DISENGAJA Terry merupakan murid berprestasi di sekolahnya. Namun meskipun demikian, ia merasa bahwa hidupnya sangat membosankan. Dimana dia hanya belajar, se...