.
.
.
Cika Permatasari, cewek berambut panjang itu menatap seseorang yang mengajaknya bertemu di koridor sekolah yang berdekatan dengan gudang yang sudah terbengkalai. Padahal ini sudah malam hari. Entah apa tujuan orang itu, namun Cika tak bisa menolaknya karena dia adalah orang yang paling Cika percayai. "Kenapa lo ajak gue ke sini?"Orang itu terdiam memandangi Cika.
"Kalo lo gak mau ngasih tau gue alasannya, lebih baik gue pergi dari sini." Cika berbalik hendak pergi, namun orang itu tiba-tiba memeluk tubuhnya dari belakang.
"Gue cinta sama lo!" Cika tau itu, namun ia tak bisa membalas perasaan orang itu.
Cika berusaha melepaskan pelukan orang itu. Namun orang itu semakin memeluknya. "Gue gak bisa, maaf!" Akhirnya, kata itu keluar dari bibirnya.
"Lo nolak gue?" tanya orang itu berusaha menahan amarahnya.
"Maaf!" Hanya itu yang bisa Cika ucapkan.
Orang itu menggertakkan giginya. "Apa karena anak beasiswa itu?"
Cika menoleh menatap tajam orang itu. Tangannya tetap berusaha melepaskan pelukan orang itu. Meskipun ia sadar bahwa kekuatannya tak sebanding dengan orang itu. "Itu bukan urusan lo!"
Orang itu semakin menggertakkan giginya penuh amarah. Tatapannya semakin menajam. Ia meraih pisau yang berada di belakang celananya dan langsung menikam perut Cika. Cika menunduk menatap pisau yang menusuk perutnya. Saat pisau tajam itu menembus perutnya, ia merasakan sensasi dingin yang langsung diikuti oleh rasa sakit yang menyengat. Sakit itu begitu intens, seolah-olah membakar dari dalam.
Nafasnya tersengal-sengal, dan setiap gerakan kecil memperparah penderitaannya. Darah mulai mengalir, dan ia merasa pusing, tubuhnya mulai lemas. Wajahnya memucat, dan pandangannya mulai kabur, terfokus pada rasa nyeri yang tak tertahankan. Namun ia harus tetap sadar. Cewek itu menahan pisau itu agar tidak terlalu dalam menusuk perutnya. Kepalanya lalu menoleh menatap orang itu dengan sayu. "Ke-kenapa lo lakuin ini ke gue?" Ia masih tak percaya bahwa orang yang begitu ia percayai tega melakukan hal ini kepadanya.
Orang itu terdiam sambil melepaskan pelukannya pada Cika hingga membuat tubuh Cika ambruk ke lantai karena tubuhnya yang sudah tak bisa lagi menopang.
Orang itu berjongkok. Tangannya yang bergetar memegang tangan Cika yang memegang pisau yang menusuk perutnya. Cika yang mengira orang itu akan menggendongnya hendak dibawa ke rumah sakit harus dikecewakan saat orang itu malah semakin menekan pisau itu ke perutnya lebih dalam.
"Maaf, Cik! Tapi gue ngelakuin ini karena gue kagak mau lo jadian sama siapapun. Gue egois ya? Tapi gak masalah, seenggaknya lo gak bisa dimiliki sama siapapun."
Cika hanya terdiam berusaha menahan pisau itu berusaha menahan rasa sakit yang sangat menyakitkan.
Orang itu menggertakkan giginya saat melihat Cika belum juga mati. Ia melepaskan dasinya dan mengalungkan dasi itu ke leher Cika lalu mencekiknya menggunakan dasi itu dengan cara menarik kedua sisinya. Cika meronta-ronta saat ia tak bisa lagi bernapas dengan benar.
Senyuman orang itu terbit disudut bibirnya saat melihat Cika yang sudah berada diambang batas, orang itu mengusap wajah Cika hingga ternodai darah. Ia lalu mengecup kening cewek itu dengan mata terpejam. Untuk menunjukkan pada cewek itu betapa dia mencintainya. "Gue sayang sama lo, selamanya!" Setelah mengatakan itu, orang itu menarik pisau diperut Cika untuk menghilangkan barang bukti. Ia beranjak pergi meninggalkan Cika yang terkapar diatas lantai koridor yang dingin dengan rasa penyesalan dan lega secara bersamaan. Menyesal karena ia sudah melakukan hal gila ini pada cewek yang begitu ia cintai, namun lega karena Cika tak akan bisa dimiliki oleh siapapun.
Sesaat kepergiaan orang itu, sosok berhoodie hitam muncul sambil bersiul mendekati Cika.
Sosok berhoodie hitam itu tersenyum miring menatap Cika yang sedang berusaha menekan perutnya agar darah diperutnya tak merembes keluar, namun percuma saja. Darahnya tetap merembes keluar.
Sosok itu menginjak perut Cika tanpa rasa kasihan sama sekali."Gimana neraka yang gue ciptain buat lo? Keren kan? Sama kayak yang diperbuat kakak lo ke kakak gue." Sosok itu menggaruk pelipisnya yang tak gatal. "Yah meskipun bukan gue yang nusuk lo sih!" Sosok berhoodie itu tersenyum. "Tapi bukannya dikhianatin sama seseorang yang begitu lo percaya adalah balas dendam yang terbaik?"
Cika hanya terdiam menahan sakit meskipun percuma. Mata hitamnya menatap sayu pada sosok itu. Melihat wajah yang tak asing itu, membuat Cika baru menyadari bahwa ia salah menilai sosok itu. Ia yang awalnya mengira bahwa sosok itu adalah malaikat namun nyatanya salah, sosok itu adalah iblis yang tersembunyi.
"K-kenapa lo ... Lakuin ini?" Nafas Cika tersengal-sengal. Namun ia tetap berusaha berucap. Ia sangat penasaran alasan sosok itu melakukan hal seperti ini kepadanya. Meskipun nyawanya sedang berada diambang batas. Apalagi saat ini ia sudah tak bisa lagi bertahan.
Sosok itu berjongkok dihadapan Cika. "Bales dendam! Gue cuma mau ngasih liat orang-orang yang udah buat keluarga gue hancur dengan memperlihatkan kekejaman gue. Sekaligus, gue mau buktiin ke dia kalo gue bisa ngebalas orang-orang yang udah buat gue menderita." Sosok itu menarik rambut Cika dengan kasar. "Sebenarnya gue kagak mau ngelakuin ini ke lo, tapi sayangnya lo adalah keluarga dari salah satu orang yang udah ngebuat keluarga gue hancur." Sosok itu berkata sambil memperbaiki rambut Cika yang menghalangi dirinya menatap wajah cantik itu.
Cika memejamkan matanya. Rasa sakit diperutnya semakin membuatnya tak lagi bisa bertahan untuk tetap sadar. Ia saat ini sangat membutuhkan penanganan dokter, namun ia yakin bahwa sosok itu tak akan mau menolongnya dikarenakan dia adalah target. Perlahan-lahan Cika memejamkan matanya karena tak bisa lagi menahan diri untuk tetap sadar.
Melihat Cika menutup mata, sosok itu menggertakkan giginya menahan amarah. Ia tanpa berbelas kasih langsung menampar wajah Cika agar tetap sadar. Tapi semuanya percuma, Cika sudah tak sadarkan diri. Sebelah tangannya ia dekatkan didekat hidung Cika untuk mengecek apakah cewek itu masih hidup ataukah tidak. Helaan nafas keluar dari bibir sosok berhoodie hitam itu. "Awal yang buruk, tapi gak apa-apa. Pembalasan dendam gue masih panjang!"
Sosok itu menatap datar pada mayat Cika. Ia menarik rambut Cika untuk menyeretnya menuju gudang sekolah yang sudah terbengkalai tanpa rasa iba sedikitpun.
Setelah sampai di gudang, ia menyandarkan mayat itu ke tembok. Membersihkan wajah Cika agar terlihat fresh dan bersih menggunakan tisu basah. Mengganti baju cewek itu menjadi gaun putih. Meskipun nanti gaun itu akan berubah menjadi merah karena darah Cika yang masih merembes keluar.
Tas yang ada di punggungnya ia taruh ke lantai, membuka resleting tasnya dan meraih bunga forget-me-not ke atas kepala Cika dan juga bunga anyelir kuning yang ia letakkan diatas pangkuan cewek itu. Dua bunga yang menjadi lambang dari alasan pembunuhan orang yang tadi menusuk Cika. Sosok yang diketahui sebagai Ethan itu akan membuat permainan ini semakin seru untuk Terry. Meskipun begitu, ia tetap akan meletakkan bunga kebanggaannya itu di dekat mayat Cika. Bunga mawar hitam, lambang dari balas dendamnya. Dan meletakkan kertas berupa kode yang akan dipecahkan oleh Terry tentu saja.
__________
Doubel update
JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Mysterious Invitation (TXT)
Misterio / SuspensoWARNING!!! DILARANG PLAGIAT!!! SEDANG DALAM PROSES PERBAIKAN DAN ADA BEBERAPA TYPO YANG TAK DISENGAJA Terry merupakan murid berprestasi di sekolahnya. Namun meskipun demikian, ia merasa bahwa hidupnya sangat membosankan. Dimana dia hanya belajar, se...